Bab 15

4.1K 425 61
                                    

"Jadi apa rencana lo sekarang?" tanya Radi sambil menggigit satenya.

Ares membersihkan sejenak sisa daging ayam di gigi dengan lidah, sebelum menjawab pertanyaan Radi. "Gue bakal narik diri dari Kirana. Ya tetep ketemuan cuma gue agak ngejauh gitu..."

"Supaya dia mau kawin sama lo? Eh nikah...." Senyuman Radi tertahan di sudut bibir.

Ares mengangguk sebelum menenggak teh kemasan di atas meja. Malam ini, mereka sedang duduk di ruang makannya. Ia ikut menikmati makan sate meski hanya tiga tusuk dan tidak menyantap nasi lagi. Demi menjaga perut kencangnya, Ares tidak ingin rakus meski besok ia dan Radi sepakat membakar lemak bersama di gym.

Ia dan Radi memang memiliki kesamaan. Mereka sama-sama memperhatikan penampilan dan rajin berolahraga demi menjaga bentuk tubuh. Maka dari itu, dari semua teman-temannya ia merasa paling cocok dengan Radi, begitu juga sebaliknya.

"Playing games again," seloroh Radi. "Terus kalo misal, Kirana tetep nggak berubah pikiran gimana?"

Ares menghembuskan napas berat. "Ya udah, gue usaha move on lagi."

"Beneeeeeeer?" Radi menatap sangsi. "Nanti pas lo deket sama cewek lain, dia masuk lagi, terus lo goyah lagi ujung-ujungnya balikan. Gimana lo mau move on, tiap lo mulai buka hati dia ada lagi, dia ada lagi. Lo biarin dia masuk lagi. Gue sampe heran, jangan-jangan lo kena pelet lagi. Nggak jalan amat logika lo?"

Ares memilih diam dan tidak bereaksi. Ia tahu ia teramat bodoh karena kelewat memuja.

"Res, menikah itu enaaak lho." Radi tersenyum menatap raut datar Ares. "Hati tenang."

Ares hanya menatap hampa. Sebenarnya, ia memang sudah menginginkan ketenangan hati.

"Buat apa lo bertahan ngejar satu cewek, tapi hati lo nggak tenang? Buat apa?"

Ares memutar kedua matanya. Sebenarnya ini juga soal hati.

"Gue tahu Kirana tipe lo banget. Mungkin nilai fisik dia di mata lo sepuluh, sempurna, A plus. Tapi secara sifat, kalian nggak cocok. Buat apa sih dipaksain? Tujuan juga jelas beda. Kirana itu bebas. Nah sementara lo, pacaran sama dia tujuannya buat nikah. Tapi dia masih demen seneng-seneng sama cowok lain.

Dari pacaran aja udah nggak setia, gampang pergi tiap kali bosen. Lo yakin mau nikah sama cewek kayak gitu? Menikah itu seumur hidup lho. Iya gue tahu lo cinta banget sama Kirana. Tapi kalo lo mau nikah, mau hidup tenang, saran gue ganti opsi lo. Lupain Kirana. Lo ganteng, sukses, bisa provide cewek. Lo pantes dapetin cewek yang cinta mampus sama lo. Buat apa lo perjuangin cewek kayak Kirana? Ya kecuali lo mau ngikut gayanya Kirana, yang nggak mau nikah gitu. Lagian, kalian juga udah ngewe."

"Lo tahu gimana gue?" Ares menatap lelah. "Mata gue ini kayak..... gue kadang heran juga sama diri gue sendiri. Gue kayak terlalu...... gimana ya, gue liat Kirana tuh perfect!"

"Casing-nya doang...."

Gerak bibir Ares tertahan.

"Res, cewek cakep lain banyak. Lo juga waktu putus sempet pacaran sama cewek lain dan menurut gue mereka cakep! Cuma lo gampang ilfil ya karena hati lo cuma mau Kirana. Okelah jaman kuliah dulu, lo ilfil gara-gara kangkung nyelip di gigi, terus lo ilfil gara-gara kuku kakinya item, lo juga ilfil gara-gara semir rambut yang menurut lho nggak banget, kata lo oranye kayak besi karatan dan lo malu jalan sama dia."

Senyuman Ares lepas begitu saja.

"Terus yang lo coba pedekate sama cewek, terus pas jalan nggak sengaja keliatan tali behanya, kata lo buluk terus lo ilfil. Ya Tuhan.... " Radi menggeleng heran. "Terus pernah cewek lo sakit perut dan lo nyium bau kentut, terus lo ilfil. Ya gue tahu lo gampang ilfil sama hal-hal remeh temeh kayak gitu. Ya lo kurang-kurangin lah perfeksionis kek gitu, kayak kentut lo nggak bau aja!"

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang