Bab 58

5.5K 707 510
                                    

Sabtu pagi yang berbeda.

Ares sedang malas mengunjungi gym. Meski begitu keringatnya sudah bercucuran membasahi punggung dan dada, ketika ia melangkah kelelahan begitu sampai di seberang gang rumah Ais.

Pagi ini Ares menginginkan olahraga yang berbeda. Tepat pukul enam ia sudah memulai aktivitas lari paginya. Kali ini Ares mengambil rute yang berbeda dan di sinilah ia sekarang, di tepi jalan raya, menatap lurus ke arah gang rumah Ais.

Ares menyeberangi jalan dan segera menuju minimarket di deretan ruko. Ia bermaksud membeli air minum demi menuntaskan dahaga. Sapaan sejuk dari mesin pendingin terasa begitu menyegarkan. Ares mengambil tiga botol air mineral  berukuran sedang dan segera membayar ke kasir sebelum duduk sejenak di emperan ruko yang tutup demi meluruskan kaki. Mau bagaimana lagi, di depan minimarket ini tidak tersedia kursi dan ia  ingin beristirahat. Memang begini jika jogging, ia tidak bisa pilih-pilih tempat istirahat jika sudah kelelahan. Ares berencana setelah ini merendam pakaiannya dalam larutan air deterjen.

Air mineral membasahi mulutnya yang kering. Ares menenggak hingga tandas dan menoleh ke arah mulut gang. Ia hanya melihat gapura gang saja, tapi rindunya sudah berkurang sedikit. Itu hanya gapura  gang, tapi hatinya sudah bergejolak dan perasaannya membuncah siap tumpah.

Tapi rindunya belum terobati.

Padahal sudah bertemu dari Senin sampai Jumat. Memang akhir-akhir ini Ares merasa hampa menyongsong Sabtu Minggu. Seperti ada yang hilang seperti ada yang kurang. Harinya bagai tidak lengkap saat memulai paginya tanpa melihat Ais. Akibat perasaan hampa ini, ia malah bersemangat menyongsong Senin.

I love Monday, pret. Ares masih memantau gapura gang menuju rumah Ais. Ia ingin sekali lewat di depan rumah Ais, demi melihat pagar rumahnya saja, tetapi hatinya masih malu.

Gimana kalo dia lagi nyapu-nyapu di depan rumah? Masa aku keringetan gini? Ares mengusap peluhnya di kening dan menatap cetakan dada bidangnya yang tampak jelas. Sungguh penampilannya saat ini tidak layak untuk bertamu. Ares tidak bermaksud bertamu, ia hanya bermaksud lewat saja. Tapi bagaimana jika Ais melihatnya dalam keadaan seperti ini?

Tapi ia rindu. Pagar rumah Ais, mungkin bisa mengurangi sedikit lagi kadar rindunya.

Ares membuka botol berikutnya sambil memikirkan cara untuk menuntaskan rindu. Lamunannya sudah terseret jauh dan hari Senin dirasa terlalu lama. Ares tidak bisa menunggu Senin.

Tapi nggak gini juga kalik. Ares kembali menatap tubuhnya yang bermandikan keringat. Sejenak ia memijat kecil kakinya sambil memikirkan bagaimana membawa rindu kepada muaranya. Ares beranjak dari tempatnya kemudian menghabiskan sisa air di botol untuk menyiram kepalanya. Gerakannya tertahan saat menyadari seorang gadis yang akan melintas tertegun menatapnya.

                                                                                                  ***

Sabtu pagi yang sudah sibuk seperti biasanya. Ais mengaduk ayam ungkep di dalam wajan. Sesekali ia menyeruput kopi panas di atas meja dapur. Setelah ini ia akan mengupas bawang, membersihkan kulkas, dan mengisi toples-toples camilannya yang sudah kosong. Supaya besok tidak terlalu sibuk, Ais juga berencana membersihkan kamar mandinya. Ais menyadari, saat ini ia masih tidak sempat membuat konten memasak. Meski rindu membuat konten, Ais tidak ingin memaksakan diri. Paling-paling yang menunggu kontennya hanya si user aires.

Ais sudah menjadwalkan besok ia akan bersih-bersih rumah dan menyetrika baju-baju yang sudah menumpuk di keranjang khusus pakaian bersih. Agar tidak terlalu banyak pekerjaan, Ais menyiapkan stok ayam ungkep untuk seminggu ke depan di pagi ini. Bagaimana pun juga, ia harus menyediakan waktu untuk bersantai bersama anak-anaknya meski kenyataannya di Sabtu Minggu antrean pekerjaan rumah sudah menunggu. Malam nanti Ais sudah berencana mengajak anak-anaknya membeli snack di minimarket depan. Begitu saja, anak-anaknya sudah bahagia.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang