Bab 25

4.2K 401 72
                                    

"Makasih ya temen-temen, udah mau jadi tim penyumbang ide. Sebelumnya aku minta maaf kalo temen-temen jadi telat pulang," Ares melirik sekilas ke arah jam dinding saat mengawali meeting di sore itu.

Di ruangan meeting berdinding kaca, sudah hadir Sodiq, Ais, Sammy, Ratih, Billy, Brili, dan Dona. Mereka semua duduk di sisi kanan dan sisi kiri meja. Sementara Ares duduk di sisi yang menghadap mereka semua. Kebetulan Dona dan Ais duduk di ujung yang paling dekat dengan Ares, masing-masing di ujung kanan dan kiri.

"Udah pada tahu kan kita mau bahas apa?" Ares menatap satu demi satu wajah anak buahnya.

"Ide buat perform Pak," jawab Sodiq.

"Bener Pak Sodiq. Buat yel-yel sekaligus perform. Memang kita tim kanwil nggak bakal ikut lomba perform. Tapi kita kan penyelenggara, jadi perform kita juga harus bagus. Jangan sampai kalah sama temen-temen di area." Ares melengkapi  jawaban Sodiq. "Supaya nggak lama-lama, siapa yang udah punya ide?"

Mereka semua saling melempar pandangan. Ares menatap wajah-wajah anak buahnya.

"Saya ada Pak." Dona mengangkat sedikit tangannya.

"Iya Dona?" Atensi Ares segera tertuju pada Dona.

"Gimana kalo temanya cheerleader?" Dona menatap Ares yang mengernyit heran.

Ais diam-diam memperhatikan raut wajah teman-temannya yang tampak keheranan.

"Cheerleader?" Ares menatap tidak yakin. "Kayak gimana?"

"Jadi ya bawa pom-pom gitu Pak. Nggak pake baju cheerleader, cuma pom-pomnya aja." Dona berusaha menjelaskan dengan sedikit senyuman di wajah.

Senyuman yang di mata Ais terbaca seperti orang salah tingkah.

"Alhamdulillaaah," sahut Sodiq yang bersambut tawa tertahan semua orang di ruangan meeting kecuali Ares yang masih tampak mengerutkan dahi.

"Jadi sambil yel-yel sambil bawa pom-pom Pak." Dona menyelesaikan penjelasannya.

"Mmmm...." Ares menggumam kecil meski tidak setuju. Tapi ia berusaha menghargai ide yang diberikan oleh Dona. "Oke kita tampung dulu. Catet ya Ais." Sekilas ia melirik Ais yang segera mencatat pada buku notes kecil.

"Ada lagi?" Ares kembali melempar pertanyaan pada yang lain.

"Saya Pak." Sammy mengangkat tangan dengan cengiran di wajah.

"Ya gimana Sam?" tanya Ares dengan antusias.

"Temanya jamaah," jawab Sammy yang segera bersambut senyuman yang lain.

"Gimana itu?" Ares menatap penasaran.

"Jadi Pak Sodiq jadi ustadznya." Sammy melirik Sodiq yang terbengong-bengong.
"Terus saya sama yang lain jadi jamaah."

"Kenapa bukan Pak Ares aja yang jadi ustadz?" tukas Sodiq dengan tampang protes yang segera bersambut raut bengong Ares.

Ais segera menekan bibir saat hampir kelepasan tersenyum. Sungguh lucu sekali Pak Sodiq ini. Masa iya Pak Ares yang selalu kabur waktu yasinan sama nggak pernah jum'atan jadi ustadz? Ini nyindir apa nantang?

"Pak Ares nggak berjanggut," jawab Sammy apa adanya yang membuat tawa mereka semua menyembur.

Sodiq yang hanya punya sehelai janggut hanya bisa menatap datar. Sungguh penghinaan bagi dirinya yang berusaha menumbuhkan janggut tetapi hanya tumbuh sehelai. Sambil menahan malu Sodiq sempat memperhatikan Ares yang turut tertawa bersama yang lain.

"Lagian kan Pak Ares nggak ikut perform Pak." Sammy mengingatkan Sodiq yang sepertinya lupa.

"E... ehm. Jadi itu gimana Sam?" tanya Ares dengan sisa senyuman di wajah.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang