Bab 22

3.6K 381 80
                                    

"Dia seneng banget waktu aku beliin jilbab... "

Senyuman Kirana tergelincir begitu saja saat mendengarkan ceritanya. Malam itu mereka makan malam bersama di mall yang dekat dengan apartemen Kirana.

"Kamu beliin dia jilbab?" Kirana menatap tak percaya. Terlihat sedikit heran.

"Iya. Aku beliin dia jilbab yang bagus, yang bahannya bagus biar rapi."

"Okeeee.... " Kirana memutar bola matanya.

"Terus dia ngaca di mejanya, sambil pegang-pegang bagian atas hijabnya." Ares mencontohkan gerakan centil Ais dengan sebelah tangannya.

Senyuman Kirana menjadi lebih lebar. "Kayaknya dia nggak pernah punya jilbab yang mahal...." Kalimatnya tertahan sejenak. "Bentar, harganya mahal kan?"

"Hmm aku kurang tahu sih harga jilbab. Tapi ya satu jilbab 150.000...."

"Oh.... " Bibir Kirana tertahan.

"Aku beliin dia lima." Ares meletakkan sendok demi menunjukkan kelima jemari tangan kanannya.

"LIMA?"

"Buat Senin sampai Jumat," sambung Ares sebelum senyumannya lepas.

"Kamu baik banget?" Kirana mengamati raut wajah suka cita Ares.

"Itu supaya aku nggak liat jilbabnya yang nggak rapi. Jilbab dia itu sering kusut, nggak kenceng gitu lho. Ya mungkin karena motoran ya? Jadi kena helm mungkin kusut."

"Mungkin. Tapi banyak temen-temen kantor aku yang pake jilbab sama naik motor, juga nggak kusut-kusut amat jilbabnya. Kata kamu jilbab dia ada yang benangnya sampe keluar kan?" Kirana mengingat-ingat cerita Ares mengenai Ais. "Kalo kayak gitu kan berarti memang udah rusak tapi tetep dipake?"

"Iya. Kayaknya emang dasarnya nggak rapi. Dia tuh kayak nggak perhatiin penampilan. Tapi meja kerja dia rapi."

"Terus kamu orangnya paling nggak bisa liat penampilan yang nggak rapi." Senyuman Kirana kembali mengembang.

"Iya."

Kirana terkekeh kecil. Selama ini ia memang mengenal Ares sebagai sosok yang rapi. Bukan hanya soal penampilan, tempat tinggal dan kamar Ares pun selalu rapi.

Sepuluh tahun menjalin hubungan, ia tidak pernah menemukan apartemen Ares berantakan. Ares juga menyukai kebersihan. Selain itu, Ares juga sensitif terhadap aroma. Singkatnya, Ares adalah seseorang yang sangat memperhatikan penampilan, kebersihan, dan kerapian. Selama ini ia tidak pernah melihat Ares mengeluh terhadap penampilan seseorang. Baru kali ini, seorang wanita yang ia yakin tidak menarik menyeret perhatian Ares meski dalam artian berbeda.

"Mungkin dia orangnya emang yang nggak sebegitunya ke penampilan. Yaa... tipikal emak-emak yang suka pake apa aja asal nyaman. Lebih suka ngemil sama makan. Kata kamu dia suka bawa keripik ke kantor kan?"

"Iya bener! Ais itu tipe yang gitu. Bekal makannya aja bisa empat sampai lima kotak." Kedua mata Ares membelalak lebar.

"Kamu sampe ngitung berapa kotak bekal dia?" Kirana mengernyit heran.

"Iya! Aku liat lewat CCTV...."

"What?" Kirana tersenyum kaku. "Ares... it's weird."

"Hah?" Ares mengangkat kedua alis sambil menatap protes. "Aneh kenapa?"

"Ngapain kamu perhatiin dia sampe segitunya?" Kirana gagal menahan senyuman geli di wajahnya.

"Soalnya dia tuh.... kayak cuek sama penampilan terus cuma peduli sama dunianya sendiri. Ya, aku pas iseng aja pingin tahu seberapa banyak porsi makan dia."

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang