Bab 18

3.6K 344 54
                                    

"Mama beli pica ya? Makacih Mama." Shakila memeluk kakinya erat-erat.

"Mama sudah gajian ya? Makasih Mama." Kenan turut memeluk perutnya ketika ia membuka dua kotak pizza berukuran besar di atas meja makan. Aroma gurih menguar, membuat ibunya dan Dita turut mendekati meja.

Pizza sepulang kerja, siapa yang tidak suka?

"Wah ini pizza enak!" Dita menatap antusias ketika mengintip nama pada box pizza. "Aku pernah ditraktir temenku, ini pizza restoran Itali yang mahal itu. Beneran pizza-nya emang segede ini dan enak! Kejunya molor-molor!"

"Ini dari Pak Ares," ucap Ais yang segera bersambut tatapan heran ibunya dan Dita.

"Dari Payes?" Shakila mendongak menatapnya.

"Mama, ayoo aku mau pizza!" Kenan kembali menyodorkan piringnya.

"Pak Ares?" Murni berusaha memastikan jika ia tidak salah dengar. Ia memang tidak pernah bertemu dengan Ares, tapi dari cara Ais menceritakan Ares, ia sudah bisa menduga atasan Ais itu pasti teramat ganteng sekali. Murni masih ingat, bagaimana saat tiga bulanan yang lalu Ais menceritakan soal atasannya yang baru di kantor.

"Pak Ares itu tinggi semampai gitu. Ganteng orangnya. Kulitnya kuning, terus matanya tajem gitu. Kadang pas dia lewat, kesannya dingin. Hidungnya tuh kalo Ais perhatiin mancung banget. Orangnya berkarisma. Suaranya berat. Lakik gitu. Penampilannya di kantor selalu rapi, necis. Terus pas tadi pertama kali ngadep ke ruangannya, wanginya enak gitu. Wah pokoknya begini deh Buk." Waktu itu Ais memuji hingga mengacungkan dua jempol tinggi-tinggi.

Ia saja yang sebatas mendengar sudah terpesona, apalagi Ais yang melihat langsung. Tampaknya selain ganteng, Ares juga royal. Murni yakin harga pizza di restoran Italia yang kata Dita mahal ini, tentu terasa sangat mahal di kantong mereka.

"Iya Buk. Ini dari Pak Ares." Ais menjawab sambil membagi potongan pizza untuk anak-anaknya. "Ambil Dit, ambil Buk..."

"Wahh makasih Mbak...." Dita segera menyahut sepotong pizza dan melihat keju yang molor. "Mantap niiii.... "

"Ini pica dayi Payes? Bukan dayi papa?" Shakila kembali bertanya.

"Bukan Kila, ini dari Pak Ares yang kemarin," jawab Ais sambil menyungging senyum.

"Kenapa bukan dari papa Ma?" tanya Kenan sebelum tergesa menggigit pizza-nya.

"Nanti kapan-kapan papa yang beliin ya? Udah duduk di karpet, makan pizzanya." Ais memberi komando agar anak-anaknya berhenti bertanya. Kenan dan Shakila segera duduk manis di karpet ruang tamu dan menyantap pizza.

"Kenapa tiba-tiba bos kamu kasih pizza?" tanya Murni sambil mengambil sepotong pizza.

"Jadi gini..." Ais menarik kursi, membuat Dita dan Murni melakukan hal yang sama dan duduk demi mendengarkan ceritanya. "Tadi pagi dia lihat aku sarapan. Kayaknya dia kepingin liat menu sarapanku. Dia bilang jadi pingin sarapan, padahal biasanya dia juga nggak pernah sarapan. Tapi ternyata, Mas Agus OB di kantor itu ijin telat. Karena kasihan liat dia laper, ya udah aku kasih bekal makan siangku, gitu. Terus tadi sore pas mau pulang, tiba-tiba dia bawain pizza, katanya buat anak-anak." Ais mengambil sepotong pizza saat menutup ceritanya.

"Ciyeeee buat anak-anak, perhatian bangeeeeeet!" Dita tidak tahan untuk tidak bereaksi heboh.

"Ya dia emang gitu.... emang baik." Ais buru-buru menepis geer yang nyaris menghampiri. Ia kembali membuat garis bawah, hal ini terjadi karena ia yang terlebih dulu memberikan menu bekalnya.

"Ya itu perhatian namanya Mbak. Kalo dia baik, harusnya cukup beliin Mbak Ais makan siang aja. Impas kan? Tapi dia beliin pizza buat dinikmati sekeluarga, ulalaaaaa...." Dita bertahan menggoda Ais.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang