Bab 53

5.3K 657 230
                                    

"Kok lama ngapain aja?"

Murni yang sedang mencicipi bolen bersama Dita mengawali pertanyaannya. Ais yang baru saja keluar dari kamar mandi turut duduk di meja makan untuk meminum teh hangat yang sudah disediakan ibunya. Sementara Shakila sudah kembali tidur setelah meminum susu satu botol penuh.

"Jadi meeting itu sebenernya udah selesai dari jam lima Buk." Ais mengawali penjelasannya. "Nah sesuai kesepakatan sebelumnya, kita balik ke Surabaya nggak sama supir. Soalnya supirnya kebetulan ada acara di Jember. Kan kasihan kalo dia nyupirin kita balik ke Surabaya, terus dia balik lagi ke Jember."

"Widiw jadi berdua-duaan nih?" goda Dita yang bersambut senyuman Murni.

"Iya," jawab Ais dengan tampang datar.

"Tapi lama lho Mbak..." Dita mengerutkan dahi.

"Ya mau gimana? Kita baru turun dari lokasi meeting jam lima sore. Terus mampir sholat dulu di masjid. Habis gitu kita makan malem. Terus Pak Ares melipir beli oleh-oleh. Terus masih mampir lagi ke minimarket buat beli kopi."

"Harusnya Jember-Surabaya bisa lebih cepet. Pasti lewat tol kan?"

"Iya lewat tol. Tapi Pak Ares itu di tol yang nggak di lajur kenceng. Jadi kecepatannya biasa-biasa aja, dia lebih sering di lajur kiri.... kalo ada truk baru dia nyalip."

"Cieeee sengaja ituuu!" Dita tak dapat menyembunyikan cengiran di wajahnya, membuat senyuman Murni semakin lebar.

"Terus Pak Ares keluar dari tol ngantuk Akhirnya tadi berhenti dulu di pinggir jalan, dia tidur."

"Jadi Mbak tidur sama Pak Ares?" tanya Dita dengan mata membelalak.

"HUSH BAHASAMU!" tegur Ais yang melotot gemas dan bersambut dengan gelak tawa Dita yang seperti baru menyadari kesalahannya. "Aku nggak tidur, Pak Ares aja yang tidur..."

Murni yang tak dapat menahan kekehan tawanya turut bertanya, "Berarti kamu liat dia tidur?"

"Udah sering Buuuuk. Dia itu kalo siang-siang di kantor sering ketiduran di kursinya, aku yang selalu bangunin."

"Banguninnya gimana?" Murni sungguh ingin tahu.

"Ya bangunin biasa aku ketuk mejanya. Ah Ibuk pake nanya..."

"Kirain elus pipinya!" seloroh Dita yang membuat tawa mereka kembali terseret. Ais mau tidak mau jadi membayangkan dan ikut tertawa.

"Kalo yang di mobil?" Murni bertanya lagi.

"Aku setel alarm..."

"Ooo kirain guncang-guncang manja!" celetuk Dita yang kembali membuat tawa mereka kembali terseret.

"Hush!" Ais yang luar biasa malu menepuk pelan bahu Dita yang lahap mencicipi bolen.

"Terus-terus, selama perjalanan kalian ngobrol apa aja?" Murni masih penasaran.

"Ya banyak Buuuk... "

"Kayak apa contohnya?" Dita menyambung pertanyaan Murni.

"Aduh apa ya?" Ais memutar kedua matanya saat mengingat-ingat. "Kayak ngobrolin istrinya kepala kanwil yang Ketua Himpunan Istri Pegawai Bank Nasional Kanwil Surabaya. Ternyata si Ibu mantan chef. Terus Pak Ares juga minta link Youtube-ku, mau lihat konten-konten masakku. Ya gitu-gitu..."

"Wah, Mbak Ais mau direkrut jadi istrinya kayaknya...." Dita belum ingin berhenti membuat Ais tersipu.

"Ck.... enggah ah!" Ais yang mendadak salah tingkah memilih menyeruput teh-nya.

"Ya siapa tahu Ais? Kan kamu suka masak? Kalo jadi istrinya Pak Ares, bisa nyambung sama si ibu ketua himpunan itu," cetus Murni yang bersambut anggukan setuju Dita.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang