Bab 79

4.9K 818 538
                                    

Malam Minggu dan Kirana tidak melihat mobil Ares di halaman rumah dinas. Kirana yakin mobil itu tidak dimasukkan ke dalam garasi, ia sungguh hapal kebiasaan Ares.

Kemana Ares? Kirana berjalan kembali ke mobilnya yang parkir di pinggir taman seberang rumah Ares dan duduk di balik kemudi. Ia menurunkan sedikit jendela agar angin bisa masuk sambil memandangi rumah Ares.

Apa ada cewek lain? Pertanyaan itu terselip di kepalanya meski ia tidak yakin. Ares nekat menyusulnya ke Surabaya dan di kota ini Ares tidak mengenal siapa-siapa, kecuali orang-orang kantor tentunya. Radi juga baru beberapa bulan belakangan datang ke Surabaya.

Apa keluar sama Radi? Kirana mencari kontak Radi di ponselnya. Tentu saja ia punya nomor orang-orang penting dalam hidup Ares. Ia bahkan punya nomor Nayla, istri Radi. Mereka tentu pernah bertemu dan hangout berempat saat masih di Jakarta dulu. Ares juga kerap membawanya ikut kumpul-kumpul bersama teman-temannya dan selama ini teman-teman Ares hanya mengetahui dirinya sebagai satu-satunya perempuan dalam hidup Ares. Meski Ares sempat dekat dengan perempuan lain, teman-teman Ares tahu jika itu hanya selingan dan tidak pernah bertahan lama. Bagi mereka semua, ia adalah perempuannya Ares. Tidak ada nama lain.

Tanpa berpikir dua kali, Kirana menghubungi Radi meski sejak setahun lalu sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan sahabat terdekat Ares itu.

"Halo?" terdengar suara Radi di seberang sana.

"Halo Radi, sori gue ganggu. Pa kabar?"

"Baik. Kenapa?"

"Lagi sama Nayla?"

"Nggak."

"Ares sama lo?" Kirana langsung menuju pokok pembahasan. Ia yakin Radi juga sudah tahu maksudnya.

"Nggak."

Nggak? Kirana memutar kedua matanya. Lantas ke mana Ares?

"Ke mana ya dia? Gue cari ke rumahnya nggak ada."

"Ya coba lo tanya dia."

"Nggak bisa. Gue diblokir." Kirana berterus terang meski harus menahan malu. Ares memang memblokir lagi nomornya.

Terdengar kekehan kecil Radi.

"Gue DM IG nggak dibales. Gue sampai telpon ke IG-nya, juga nggak diangkat. Makanya gue tanya lo...."

"Gue seharian nggak sama dia."

"Oh gitu ya... ya udah deh. Kalo misal dia ke tempat lo, tolong bilang gue ke rumahnya."

"Yup."

Kirana memicingkan kedua matanya saat kembali memandangi rumah dinas Ares. Ia yakin Radi pasti tahu sesuatu yang ia tidak tahu.

"Radi, sori gue mau nanya. Lo kan sobatnya Ares. Gue mau nanya, apa Ares sekarang lagi deket sama cewek?"

"Gue nggak tahu."

Kirana menahan kesal saat jawaban Radi sungguh terdengar tidak kooperatif. Tidak mungkin Radi tidak tahu. Kirana menyimpulkan, sepertinya memang ada perempuan lain.

"Masa sih dia nggak cerita ke lo?"

"Nggak ada cerita apa-apa tuh..."

Kirana nyaris tertawa saat mendengar kebohongan Radi yang sungguh payah. "Ya udah deh. Thanks ya Radi."

"Okey."

Dengan kesal Kirana mengakhiri panggilan. Kenapa Radi tidak mau jujur terbuka dengannya? Apa sebaiknya ia menelpon Nayla? Nayla pasti tahu karena Radi pasti menceritakan soal Ares kepada Nayla, mengingat betapa dekatnya hubungan mereka. Tapi Kirana segera mengurungkan niatnya. Ia rasa, kurang tepat menghubungi Nayla saat ini. Ia tidak ingin terlihat seperti investigator dadakan di mata pasangan suami-istri itu.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang