Bab 54

5.3K 736 256
                                    

Ares bisa melihat bagaimana reaksi terkejut tim pagi ini saat Ais yang mengekor di belakangnya turut masuk ke dalam ruangan meeting. Sebenarnya, tadi ia sempat mendengar pertanyaan heran Sodiq kepada Ais.

"Lho? Kamu ikut?"

Ares tahu, mungkin Ais juga merasa tidak nyaman karena belum terbiasa. Tapi Ares ingin membiasakan hal ini supaya bisa lebih sering menatap wajah Ais.

"Lho Bund? Tumben?" Setengah berbisik Billy menanyai Ais yang segera duduk di sebelahnya.

"Disuruh Pak Ares." Ais juga menjawab dengan bisikan. Ais sempat melirik Maria yang tampak tersenyum simpul menatap dari tempatnya duduk.

"Oke, bisa kita mulai?" Ares yang sudah duduk di tempatnya segera menatap layar proyektor.

"Baik Pak." Maria membetulkan duduknya dan menggeser slide power point di laptop. "Jadi ada permintaan dari kantor pusat kepada tiap-tiap kantor wilayah agar melakukan review kepada cabang-cabang yang sudah APERD."

Ais mulai mencatat pada agendanya.

"Sedikit saya refresh supaya temen-temen nggak bingung. APERD atau Agen Penjual Efek Reksadana adalah sebutan untuk perusahaan atau institusi yang sudah terdaftar dan memiliki ijin untuk memasarkan reksadana. Nah, WAPERD atau Wakil Agen Penjual Efek Reksadana adalah sebutan untuk perorangan yang telah mendapatkan sertifikasi OJK untuk melakukan kegiatan pemasaran tersebut. Singkatnya, dua hal ini harus ada pada sebuah cabang agar bisa memasarkan reksadana." Maria menggeser slide untuk meneruskan presentasinya.

"Tapi keadaan di lapangan saat ini, terdapat cabang yang sudah APERD tapi tidak diimbangi dengan pegawai yang memiliki sertifikat WAPERD. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, tingginya tingkat mutasi. Kedua, tidak semua pegawai mendapatkan pelatihan dan memiliki sertifikat WAPERD. Ketiga, di dalam cabang terdapat pegawai yang sudah memiliki sertifikat WAPERD tetapi cabangnya belum APERD atau statusnya sudah bukan cabang APERD karena nggak pernah jualan reksadana.

Pandemi kemarin, menyebabkan banyak cabang yang harus tutup sementara karena para pegawai WFH. Investasi jadi lesu yang berimbas pada status APERD cabang tersebut. Nah, permintaan dari kantor pusat adalah agar kita melakukan update kepada seluruh cabang di bawah masing-masing area, mana saja yang masih APERD dan yang sudah bukan APERD."

Ais menyimak dengan sepenuh perhatian sambil mencatat pada agendanya.

"Nah, ini adalah data dari kantor pusat." Maria menggeser slide. "Tugas kita meneruskan data ini ke masing-masing area dan setiap area wajib memperbaharui data seluruh cabang kelolaannya. Itu Pak review yang harus segera kita laporkan ke kantor pusat." Maria menoleh pada Ares saat mengakhiri presentasi singkatnya.

"Kita punya berapa hari Bu Mar?" tanya Ares tanpa mengalihkan tatapannya dari layar proyeksi.

"Lima hari kerja Pak."

"Oke. Kelar meeting langsung share datanya ke setiap area. Saya minta ini selesai maksimal lusa." Ares menatap anak buahnya. "Lusa, kita udah dapet semua laporan. Hari keempat, final laporan udah di Pak Sodiq, hari kelima aku ricek, aku tanda tangan, kirim ke kantor pusat."

Ais segera mencatat dan melirik Billy yang juga mencatat cepat di agendanya.

"Bu Mar, bikin zoom sama tim risk di tiap area."

"Itu Pak...  hari ini ada sosialisasi dari tim audit kantor pusat terkait ini. Giliran kanwil kita sore jam empat. Ini saya tetep zoom Pak?"

"O udah ada? Ya udah nggak usah. Tapi pastiin aja temen-temen di area ngisi laporannya gercep sama bener," tegas Ares.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang