Bab 57

6K 686 307
                                    

Sesuai dugaannya, seluruh mata tim meeting pagi ini menatap heran begitu ia menyusul langkah Ares memasuki ruangan.

"Wah, ada Bunda Ais." Guntur, tim leader AMLO menyapa dengan wajah ramah seperti biasanya.

"Hehe iya Pak." Ais mengangguk kikuk dan melihat seluruh staf AMLO hadir dalam meeting siang ini. Ais memilih duduk di sebelah Ratih, tepat di ujung meja dan sempat menatap Dona yang masih memandangi wajahnya. Seperti biasa, Dona duduk di ujung meja sebelah sana, dekat dengan tempat Ares yang menghadap lurus ke arah layar proyektor.

"Baik, kita mulai Pak?" Guntur menatap Ares.

"Oke Mas Guntur." Ares mengangguk dan menatap lurus ke depan.

"Baik, sebelum masuk ke materi meeting hari ini, kami ingin melaporkan Pak kalau baru aja masuk surat dari PPATK, agar kita melakukan pemberhentian transaksi pendebetan pada lima nasabah kelolaan cabang di bawah region kita, terkait dugaan tindak pidana narkotika. Untuk email sudah saya cc-kan ke email Bapak..."

"Belum terima aku Mas," potong Ares sambil melirik Ais.

"Barusan saya cek belum masuk Pak," jawab Ais dengan segera.

"Ya... masih otw mungkin Pak. Kebetulan saya ada...." Guntur melirik Awan yang segera membuka data email di laptop dan menampilkannya pada layar.

"Jadi ada 5 nasabah yang tersebar di empat area. Dua di Area Surabaya Niaga, sedang tiga lainnya di Area Malang, Area Jember, dan Area Kediri. Untuk instruksi ini sudah kami teruskan kepada masing-masing cabang terkait. Oleh PPATK kita diinstruksikan untuk melakukan pemblokiran selama 5 hari sejak surat terbit berarti hari ini. Masih kami pantau pada cabang-cabang terkait dan kami tunggu tindak lanjut dari cabang sampai satu jam ke depan."

"Kalo slow respon hubungi aja Mas, kepala cabangnya."

"Siap Pak. Ini Dona masih koordinasi sama tim risk di tiap area."

"Oke Mas. Nanti report ke aku cabang mana aja yang slow." Ares melirik jam dinding. "Terima emailnya jam berapa tadi?"

"Sebelum meeting ini Pak. Setengah sembilan lah..."

"Jam sepuluh harus udah diblokir semua rekening lima nasabah tadi." Ares memberi tenggat waktu.

"Baik Pak." Guntur mengangguk.

"Dona, nanti jam 10 report ke aku siapa aja yang belum diblokir." Ares menatap Dona yang segera mengangguk. "Langsung aku telpon area managernya."

"Bapak langsung telpon Area Manager-nya?" Guntur menatap tak percaya. Padahal ia berencana akan menghubungi masing-masing Kepala Cabang yang belum merespon. Akan tetapi, Ares sudah berinisiatif menghubungi Area Manager yang notabene adalah atasan dari Kepala Cabang.

"Nggak pa-pa Mas, biar cepet. Ini yang minta PPATK soalnya. Kalo slow respon kita juga yang kena. Udah blast via WA juga kan?"

"Sudah Pak."

"Ya berarti nggak ada alasan slow respon. Kalo udah di-email, di-WA, masih juga nggak ditanggepin, aku yang telpon area managernya. Kita nggak usah telpon mohon-mohon ditanggepin. Aku laporin langsung aja ke area managernya."

"Baik Pak."

Wah edan. Ais membatin. Jika sampai Ares menelpon Area Manager, bisa dipastikan Kepala Cabang terkait dinilai tidak merespon pada kesempatan pertama. Ini sama saja dengan Ares menunjukkan sikap teledor dari cabang terkait.

"Key, makasih infonya Mas Guntur. Kita mulai aja."

"Baik Pak....ini terkait progress update data nasabah...." Guntur memulai materi meeting hari ini.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang