Bab 56

5.4K 657 231
                                    

Dua kali panggilan tidak terjawab itu muncul di layar. Ares baru saja selesai mandi saat melihat nama Kirana di layar. Tumben?

'Ares km kmn?'

'Ares angkat telpku 🥺'

Ares serta merta mengangkat kedua alis saat melihat chat dari Kirana.

Kamu mau apa? Ares menatap lurus layar ponselnya.  Tanpa ragu jemarinya segera bergerak memblokir nomor Kirana.

Nggak lagi. Ares melempar ponselnya ke atas ranjang dan beralih menatap pantulan dirinya di cermin. Sejenak ia menyurai rambut yang masih basah dengan jemari sebelum memainkan bibir demi membuat rahangnya terlihat lebih macho.

Lihat aku, kamu sekarang butuh aku? Ares menekuk lengan demi mempertegas bisepnya. Kedua matanya menyusuri separuh tubuh yang setengah telanjang dan hanya tertutup handuk.
"Sori....sori....sori....sori....sori....sori...sori...sori...nehi....nehi.....nehi....nehi....nehi....nehi....nehi....nehi..." Ares bersenandung dengan nada lagu salah satu grup boyband yang dulu sangat hits.

Masa janda nggak suka yang kayak gini? Ares kembali menjelajahi pantulan tubuhnya di cermin. Masa janda bisa tahan sama yang kayak gini? Ares menilai bangga dirinya sendiri.

Kirana aja yang bego. Bye girl. Bye! Ares melempar handuknya dengan senyuman lebar. Sejenak melirik kembali ke arah cermin sebelum terkikik sendirian. Hatinya belum pernah seringan ini, khususnya jika menyangkut Kirana.

Ia bahkan tidak sempat membenci Kirana. Ternyata tidak perlu segunung kebencian untuk merelakan Kirana. Ia hanya perlu jatuh cinta lagi.

Ares melempar tubuhnya yang sudah berpakaian ke atas ranjang sebelum meraih kembali ponselnya demi mencari-cari referensi hadiah untuk bayi perempuan.

Apa ya? Ares menjelajahi feed Instagram-nya dan melihat aneka hampers yang muncul di layar. Tapi ia sedang tidak mencari hampers. Sebenarnya Ares tidak benar-benar mencari. Ares juga sedang tidak ingin yang praktis-praktis karena sebenarnya kado bayi itu tidak pernah penting baginya. Ia hanya butuh bahan agar ada alasan menghubungi Ais di luar jam kerja.

Ares mulai mencari-cari barang yang terlihat estetik di Instagram-nya. Senyumannya mengembang kecil saat melihat sepatu bayi. Jemarinya mengetik sepatu bayi pada kolom pencarian dan mengambil beberapa gambar yang lucu. Sekarang masih jam setengah delapan malam, Ares rasa belum terlalu malam untuk mengirimi pesan basa-basi.

"Nenenene....nenenenenene.....nenenenee...." Ares bersenandung acak saat hatinya kegirangan sendiri. Namun detik berikutnya tatapannya segera tertahan saat ia melihat foto selfie Kirana yang baru saja muncul.

'Homesick.' Demikian caption yang tertera di bawah foto Kirana.

Sejak kapan Kirana homesick? Ares memutar kedua mata mengingat pengakuan Kirana yang sudah memilih tinggal terpisah dari keluarganya sejak lulus SMA.

Wait.... home..... Ares mengingat-ingat makna dirinya yang diakui Kirana sebagai rumah. Seketika senyuman gelinya mengembang.

"Jamban kamu rusak? Atau keran kamu mampet?" Ares bertanya pada foto bisu Kirana. "Atau kamu horny?" Ares sudah bisa menebak akan sepanas apa Kirana setelah mereka lama tidak bertemu.
Bentar, pasti sewa apartemennya jatuh tempo. Atau.... alisnya udah waktunya dibenerin di salon Korea sana? Ares memilih segera  menutup aplikasi Instagram-nya. Ia sudah malas untuk menebak-nebak motif Kirana.

Apa pun itu, ia sudah tidak ingin peduli.

'Ais, udah tidur?' Ares tersenyum sendirian saat mengetik.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang