Episode 18

47 24 4
                                    

Duduk di atas tempat tidur dengan mata setengah tertutup, kantuk dan malas untuk sholat tahajud tapi sang Suami memintanya untuk ikut sholat.

Rasa curiga akan pengkhianatan sang Suami berimbas rasa malas untuk bangun.

"Paman, aku percaya kok kalau Paman bukan mau selingkuh. Aku tidur saja ya?" Gadis itu menatap sang Suami dengan tatapan ngantuk.

"Baiklah, agar Istri ku tidak ngantuk dan malas sholat malam, bagaimana kalau kita olahraga malam sebentar?" Maulana tersenyum genit menatap sang Istri.

Dengan secepat kilat Fira turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi."Mana ada Paman akan melakukan dengan cepat, pasti juga lama. Dasar pria mesum."

Dia terus menggerutu sepanjang jalan.

Maulana tersenyum tipis kemudian mengikuti sang Istri ke kamar mandi."Terimakasih ya Allah, Engkau memberikan Istri yang imut pada hamba."

Setelah sholat tahajud, Maulana duduk berdzikir sedangkan Fira menjadikan paha sang Suami sebagai bantal, berbaring di atas karpet.

"Besok adalah hari Minggu, biasanya aku hanya akan diam di rumah dan membantu Ibu, padahal di luar sana banyak remaja yang liburan." Mata kecoklatan gadis itu menatap sang Suami.

"Paman, besok Paman ada acara apa?"

"Tidak ada, kenapa?" Maulana melirik sekilas sang Istri.

Dengan penuh semangat gadis itu bangkit dari posisi tidur lalu merapatkan tubuh pada sang Suami."Paman, ayo jalan-jalan?"

Maulana menoleh pada sang Istri."Kamu ingin kemana? Mengunjungi orang tua?"

"Tidak, aku ingin jalan-jalan seperti remaja yang lain." Fira tersenyum merayu.

Dahi Maulana berkerut mendengar ucapan sang Istri." Remaja yang lain?"

Fira mengangguk antusias."Iya, seperti remaja yang lain. Jalan-jalan bersama pacar."

Maulana masih menatap sang Istri dengan alis hampir menyatu, hidup selama 30 tahun belum pernah dirinya pacaran, bagaimana cara jalan bersama pacar?

"Istri ku, bagaimana kalau ganti jalan-jalan bersama Suami saja? Kamu ingin kemana nanti akan dipenuhi."

"Terserah Paman saja, sebentar..." Fira bangkit dari tempat duduknya lalu melepas mukenah, ia tidak langsung menaruh mukenah di tempatnya melainkan masih tergeletak di samping sang Suami.

Maulana memperhatikan gerak-gerik Istrinya, ia penasaran apa yang ingin dilakukan gadis itu.

Fira mengambil sebuah kertas dan pena, setelah itu duduk di kursi dan menuliskan sesuatu di dalam lembaran kertas tersebut.

Setelah selesai, Fira kembali berjalan mendekati sang Suami kemudian duduk di samping pria itu."Paman baca ini."

Maulana mengambil kertas tersebut lalu membacanya.

Peraturan berkencan
1. Pria harus mengikuti apapun yang diinginkan wanita.
2. Pria harus membayar apapun yang nanti dibeli wanita.
3. Pria harus memanjakan wanita, tidak boleh marah-marah.
4. Harus selalu bergandengan tangan seperti orang pacaran.

Maulana tersenyum tipis membaca peraturan dari sang Istri, ia melipat kertas tersebut lalu menatap sang Istri.

"Sayang, bukankah selama ini apapun yang kamu inginkan, aku tidak menolak? Semua kebutuhan mu juga ku penuhi, apa yang kurang?"

"Ya bukan begitu, Paman. Biasanya kan kalau orang pacaran kencan itu kan cowoknya pelit dan perhitungan, aku tidak mau bayar!" Fira memberikan alasan membenarkan isi peraturan tersebut.

Maulana memikirkan ucapan sang Istri, menurutnya tidak semua pria perhitungan seperti itu, tapi biarlah apapun yang dipikirkan Istrinya.

"Baiklah, semua peraturan darimu akan ku penuhi dengan sebuah syarat."

"Ha? Syarat apa?" tanya Fira penasaran.

"Kalau kencan jangan panggil Paman, panggil Mas itu lebih enak," balas Maulana.

"Dih, Paman sudah tua tapi masih mau dipanggil Mas." Fira bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju ruang ganti pakaian sang Suami, tidak lama kemudian keluar dengan membawa kaos lengan pendek dan Hoodie hitam serta celana jeans merek Escada.

Gadis itu kembali duduk di samping sang Suami yang masih fokus dzikir, menunjukkan setelan baju tersebut pada sang Suami.

"Paman, apakah semua merek baju Paman ini asli? Tidak imitasi?"

Maulana menoleh pada sang Istri, gadis itu menunjukkan setelah gaya muda."Tentu saja, Suami mu ini tidak pernah menggunakan barang imitasi. Kenapa kamu memilih semua itu?"

"Biar Paman terlihat seperti anak muda." Fira menaruh setelan baju itu di hadapan sang Suami.

"Paman pakai itu."

"Baiklah, apapun asal Istri ku bahagia." Maulana tersenyum lembut.

Drrt...

Drrt...

Bunyi getar ponsel di atas meja, Fira menoleh pada ponsel tersebut."Paman, ponsel Paman bergetar."

Maulana mengerutkan kening, tidak biasanya dini hari ponsel miliknya bergetar, ia tersenyum mengingat kartu sang Istri yang ditaruh di ponsel pribadi miliknya.

"Aku buka ya?" tanya Fira minta izin.

Maulana mengangguk, Fira bangkit dari posisinya lalu meraih ponsel tersebut, ia membawa ponsel itu dan kembali duduk di depan Suaminya.

Matanya membulat membaca isi pesan tersebut.

Fir, ini nomerku, Antonio. Disimpan ya..
Sayang, jangan lupa sholat malam, semoga kita jodoh.

Fira bergidik ngeri membaca pesan itu."Paman, kenapa Antonio chat Paman? Tapi dia menyebut namaku, apakah Paman ganti nomor Paman dengan nomerku?"

Maulana mengangguk." Benar, Sayang. Aku tahu kalau mereka pasti akan mengganggumu, jadi aku tukar nomer."

Fira mengangguk kemudian mengambil tangan sang Suami lalu meletakkan ponsel tersebut di atas telapak tangan Suaminya."Paman saja yang balas, aku tidak mau berurusan dengan pria kasar seperti Antonio. Seumur -umur aku sekolah, baru sekolah di SMA Dirgantara aku melihat betapa tidak sopannya seorang murid pada Gurunya."

Maulana tersenyum maklum, murid -muridnya memang beda dari murid yang lain, namun tidak semua murid di SMA Dirgantara bersikap seperti itu.

"Sayang, tidak semua murid di sana seperti itu. Itu hanya berlaku di kelas 3 F saja, di kelas lain tidak."

Fira tersenyum mengejek."Paman tidak usah membela lagi, sudah aku mau tidur lagi, bangunkan aku pukul 6."

"Baiklah, nanti ku bangunkan pas subuh. Jangan meninggalkan sholat, karena amal ibadah pertama kali dihisab itu adalah sholat," jawab Maulana.

"Terserah Paman saja." Fira menjawab dengan malas, ia sudah kesal karena dibangunkan tengah malam untuk sholat tahajud, sekarang mau dibangunkan lagi subuh.

Gadis itu kembali merebahkan diri di atas ranjang tanpa peduli mukenah masih tergeletak di atas karpet permadani.

Maulana menggelengkan kepala, tidak mudah merubah hitam menjadi putih, perlu kelembutan dan kesabaran.

Dengan sabar pria 30 tahun tersebut merapikan mukenah sang Istri lalu melipatnya dan menaruh di atas meja, setelah itu ia merubah posisi duduk menjadi selonjoran serta menyandarkan kepala di sofa.

Mata safir itu membaca isi pesan Antonio kemudian membalas isi pesan tersebut.

Kamu menyuruh istri orang sholat malam, apakah kamu tidak takut pada Suaminya?

Di sisi lain Antonio mengerutkan kening membaca isi pesan tersebut."Kenapa Fira bicara seperti ini?"

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang