Episode 66

8 1 0
                                    

Episode 66

Maulana mengantarkan Fira dan Naira ke kelas 3F setelah menyelesaikan makan di kantin, di dalam kelas 3F Indri belum datang, hingga para murid sibuk dengan urusan masing-masing.

Seperti biasa, murid -murid kelas 3F selalu ribut sendiri di dalam kelas, membuat kekacauan hingga suaranya terdengar di kelas sebelah.

Maulana berdiri bersandar di depan pintu menyaksikan keributan yang dilakukan oleh murid-muridnya.

Antonio dan Andrian berkelahi, Angga mojok dengan berbagai macam alat make up, sedangkan murid perempuan menonton perkelahian antara Antonio dan Andrian.

Fira dan Naira tidak berani masuk kedalam, mereka ikut berdiri di samping Maulana, menatap Antonio dan Rangga heran.

“Kenapa mereka berdua berkelahi?” tanya Fira heran.

“Mana ku tahu, Antonio kan biasa seperti itu. Kalau anak baru itu, paling juga karena membela pacarnya yang sinting itu,” jawab Naira.

Maulana menghela nafas, ia berjalan mendekati murid-murid perempuan yang sedang berkerumun menyoraki Antonio dan Andrian.

Antonio dan Andrian saling melakukan tendangan memutar untuk menyerang satu sama lain, namun tendangan mereka ditangkis dengan mudah oleh Maulana.

Pria 30 tahun itu berdiri di tengah -tengah Antonio dan Andrian, menangkis tendangan kedua pria itu.

Antonio dan Andrian terkejut melihat sosok sang Wali Kelas berdiri di tengah-tengah perkelahian.

“Jika kalian tidak berhenti berkelahi, Bapak akan mengirim kalian berdua ke rumah sakit.” Maulana menatap kedua muridnya itu tajam.

Perlahan Antonio dan Andrian menurunkan kaki mereka, lalu mundur beberapa langkah.

Maulana pun menurunkan kedua tangannya lalu memutar tubuh menatap kedua muridnya itu.

“Kalian semua, kembali ketempat duduk masing-masing!” Maulana tanpa memandang para murid perempuan saat memberikan perintah.

Serentak para murid perempuan dan laki-laki kembali ke tempat duduk masing-masing.

Tak lama kemudian, Indri datang. Gadis 25 tahun berjalan mendekati Maulana sambil memperhatikan suasana kelas, ia dapat menebak kalau baru saja terjadi perkelahian di dalam kelas.

“Ada apa, Pak Ivan?”

Maulana menoleh kebelakang pada Indri.”Tidak apa-apa, Bu Indri.”

Indri tidak percaya begitu saja dengan ucapan Maulana, kata tidak apa-apa itu biasanya karena ada perkelahian namun bisa diatasi.

Maulana memutar tubuh ke arah Indri, menatap wanita itu minta pengertian.”Bu Indri, saya izin membawa Antonio dan Andrian ke ruang kerja saya.”

Indri mengangguk.”Ya,Pak. Bapak bawa saja mereka.”

Maulana mengangguk, ia menoleh ke arah Antonio dan Andrian.”Kalian berdua ikut Bapak sekarang.”

Antonio dan Andrian tidak bisa untuk mengatakan tidak, rela atau tidak rela mereka berdua berjalan mengikuti Maulana.

Sementara itu, Fira dan Naira segera masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya.

Ruang kerja Maulana
Maulana duduk di bangkunya, menatap dua orang pria yang berdiri di depan meja.

“Katakan! Kenapa kalian bertengkar?

“Andrian tiba-tiba datang dan mukul saya, Pak,” jawab Antonio kesal.

“Itu karena dia sudah menghina Zayda!” kilah Andrian.

Antonio tidak terima dengan ucapan Andrian, ia menoleh ke arah Andrian dan menatap pria itu dingin.”Kapan aku menghina pacarmu! Aku hanya memberi peringatan padanya agar tidak fitnah pacarku!”
Andrian tidak terima ucapan Antonio, ia membalas tatapan Antonio dengan lebih galak.”Siapa yang fitnah pacarmu?! Dulu memang Fira itu jatuh cinta pada ku! Dan sekarang, aku akan mengejarnya! Aku yakin dia bersedia meninggalkan mu dan menjadi pacarku?”

Maulana memperhatikan mereka jengah, dirinya adalah Suami dari Fira, tapi mereka justru merebutkan Istrinya.

"Ehem, kalian berdua ini... Fira itu Istri Bapak, kenapa kalian memperebutkan Istri Bapak?"

Maulana mengalihkan perhatian pada Andrian."Andrian, kamu jangan menyeret Istri Bapak ke dalam masalah mu dan pacarmu. Bapak tidak suka pacar mu menuduh Istri Bapak menggoda mu, masalalu ya biarkan saja menjadi masalalu. Sekarang kalian sudah beda, sudah punya pasangan masing-masing."

Andrian tidak bisa menjawab, rupanya benar kalau Zayda sudah membuat kegaduhan dan menuduh Fira.

"Kalau pacaran sama saya tidak apa-apa, kan Pak?" tanya Antonio merasa dibela.

Maulana mengalihkan perhatian pada Antonio."Tidak boleh, Bapak tidak masalah kalian berteman tapi kamu juga pernah menyeret Istri Bapak dalam masalah mu bersama Kevin dan Ismi."

Antonio menelan ludah sendiri, ia melirik Andrian, murid baru itu terlihat menahan tawa.

"Sudah, kalian berdua segera berbaikan. Jangan suka berkelahi, kalau ada masalah itu dibicarakan baik-baik." Maulana memberi nasehat pada mereka berdua.

"Baik, Pak." Antonio dan Andrian menjawab bersamaan. Mereka saling memutar tubuh berhadap- hadapan, dengan enggan mengulurkan tangan.

"Sekarang Bapak akan memberikan hukuman pada kalian." Maulana tersenyum memandang kedu muridnya tersebut.

Antonio merasakan firasat buruk, sedangkan Andrian merasa biasa saja.

"Kalian tulis surat Yusuf di kertas polio bergaris, kertasnya ada di meja ujung sana. Penanya juga ada di samping kertas, setelah selesai dikumpulkan." Maulana menyenderkan punggung pada kursi, bibirnya menyeringai tipis melihat ekspresi syock di wajah Antonio dan Andrian.

"Pak, surat Yusuf itu termasuk surat panjang lo, Pak. Tangan saya pasti akan patah kalau menulis surat itu." Seperti biasa, Antonio akan mengeluh setiap kali diberikan hukuman.

"Bapak sama sekali tidak peduli, sekarang kalian duduk di meja sana lalu kerjakan. Bapak masih banyak pekerjaan." Maulana menegakkan tubuhnya kembali, lalu membuka laptop di depannya.

Andrian memutar tubuh berjalan ke arah meja tempat kertas polio bergaris, ia mengambil beberapa lembar serta sebuah pena setelah itu memilih salah satu tempat duduk.

"Sial sekali hari ini, baru masuk hari pertama sekolah sudah kena hukuman. Semua gara-gara Zayda, kenapa dia bilang padaku kalau Antonio hampir melecehkannya, untung tadi aku tidak menggunakan alasan itu di depan Pak Ivan."

Andrian meraih kitab suci Al-Qur'an yang ada di atas meja, sebelum membuka kitab suci tersebut, ia memperhatikan sekelilingnya, di semua meja dalam ruangan itu memang ada Al Qur'an.

Andrian sekarang mengerti, Maulana sangat suka menghukum orang dengan menyalin kitab suci Al-Qur'an.

"Jangan lupa, nanti disalin berserta artinya," kata Maulana semakin membuat Antonio dan Rangga syock.

Antonio duduk di sebelah Andrian, meski tadi mereka berkelahi, namun Andrian tidak memiliki rasa dendam apapun pada pada teman barunya itu.

"Apakah Pak Ivan sangat suka menghukum murid dengan cara seperti ini?" tanya Andrian dengan suara rendah.

"Seperti itulah, ruangan ini khusus untuk Pak Ivan. Di sekolah ini, hanya Pak Ivan yang sangat suka menghukum. Beberapa hari yang lalu, selama dua jam aku disuruh menulis surat dalam Al Qur'an." Antonio mengeluarkan segala kekesalan dalam hati, jarinya seperti hampir patah setiap kali Maulana memberikan hukuman, namun tetap saja ia melakukan perkelahian.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang