Kelas 3F
Hari ini Indri membatalkan jadwal untuk presentasi kelompok karena insiden perkelahian antara Antonio dan Andrian, ia mengganti dengan pelajaran seperti biasa.
"Anak-anak, berhubungan hari ini ada keributan di dalam kelas, sekarang Ibu ingin mengadakan tanya jawab pada kalian."
Indri berjalan perlahan mengitari setiap barisan bangku kelas, mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tema prosa.
"Siapa yang tahu pengertian prosa?"
"Saya, Bu." Angga mengangkat sebelah tangan.
Indri mengalihkan perhatian pada Angga."Ya, kamu, Angga."
"Prosa itu adalah mengambil keperawanan seorang gadis secara paksa," jawab Angga dengan penuh percaya diri.
"Salah, Angga. Itu namanya memperkosa, bukan Prosa!" Indri kesal sendiri dengan jawaban Angga, pelajaran Bahasa Indonesia berubah jadi pelajaran proses pembuahan yang dilakukan secara paksa.
Seisi kelas menertawakan jawaban Angga.
"Prosa itu karangan bebas tanpa terikat oleh diksi, rima dan irama." Fira menjawab pertanyaan Indri tanpa mengangkat sebelah tangan.
"Ya, kamu benar." Indri berjalan ke depan sambil menerangkan makna dari prosa.
"Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh kaidah puisi. Prosa merupakan karya sastra yang disampaikan dalam bentuk cerita atau narasi." Setelah sampai di depan kelas, Indri memutar tubuh kembali menatap para murid.
"Salah satu contoh prosa itu adalah novel dan cerpen, jadi kalian buatlah sebuah novel atau cerpen. Buatlah novel itu dalam bentuk lembaran di tulis pada kertas HVS, maksud Ibu, diketik."
"Bu, tema novelnya apa?" tanya Naira.
"Bebas, kamu bisa membuat novel dengan tema apapun sesukamu. Tapi ingat, jangan fulgar. Ibu tidak mau ada adegan ranjang di dalam novel, kalau sampai Ibu menemukan ada adegan seperti itu. Akan Ibu serahkan karya kalian pada Pak Ivan, biar nanti kalian dihukum oleh Pak Ivan." Indri memberikan ancaman pada para murid, ia tahu kalau hanya Wali Kelasnya yang ditakuti.
Angga dan yang lain diam seketika, Guru Bahasa Indonesia itu selalu mengancam akan melaporkan pada Wali Kelasnya.
90 menit berlalu, para murid telah memiliki tema untuk membuat novel, ada juga yang membuat kerangka di dalam buku tulis.
Waktu pelajaran telah usai, Indri meminta murid untuk berberes, setelah itu meminta berdoa sebelum pulang.
Di ruang kerja Maulana
Antonio dan Andrian bersorak kegirangan mendengar suara bel tanda kelas berakhir, artinya hukuman mereka juga berakhir, setidaknya itulah yang mereka pikirkan.
"Karena sekarang waktunya kembali ke rumah masing-masing..." Maulana bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati meja Antonio dan Andrian, memeriksa hasil pekerjaan kedua muridnya tersebut.
"Kalian bisa lanjutkan di rumah, besok kumpulkan. Tidak masalah jika masih tidak lengkap, tapi minimal setiap hari kalian tulis 10 sampai 20 ayat."
Antonio dan Andrian syock mendengarnya."Pak, masa besok lagi si, Pak?" Rasanya Antonio ingin menangis dengan sikap kejam Maulana.
Maulana menaruh lembar kerja milik Andrian lalu memasukkan tangan ke dalam saku celana sambil menatap Antonio."Kenapa? Kamu mau Bapak menyuruh mu menyelesaikan sekarang?"
Antonio melotot horor, kalau menyelesaikan tulisan surat Yusuf sekarang, bisa malah pulang, karena dirinya tidak bisa menulis Arab dengan baik.
Di depan pintu, Fira berdiri memperhatikan isi ruang kerja Maulana, netra kecoklatan mencari sosok pria 30 tahun itu.
"Kamu tenang saja, Bapak bisa menunggu mu sampai tulisan ini selesai," kata Maulana dengan seringai tipis di bibirnya.
Fira melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan tersebut lalu berjalan mendekati sang Suami, dengan senyum manis gadis itu langsung memeluk pinggang Suaminya dari belakang tanpa peduli pendapat Andrian dan Antonio yang masih berada dalam ruangan tersebut.
"Assalamualaikum, Suamiku."
Maulana tersenyum melihat sikap manja sang Istri, ia memutar tubuh kearah sang Istri, menatap gadis itu lembut dan penuh kasih sayang."Walaikumsalam, Istriku.
Bagaimana sekolah mu hari ini?""Baik, tadi Bu Indri juga baik padaku. Setidaknya tidak mencari alasan untuk usil pada ku," jawab Fira dengan ekspresi wajah bahagia, kedua tangan mungilnya masih setia di pinggang sang Suami.
"Syukurlah, Mas senang mendengarnya. Mau langsung pulang, atau jalan-jalan dulu?" tanya Maulana sambil mengangkat tubuh mungil itu ke dalam gendongannya.
"Biasanya Mas sholat dulu, setelah itu makan siang di luar ya?" Fira telah terbiasa digendong dengan satu tangan oleh sang Suami, dulu dirinya merasa takut jatuh, namun sekarang justru merasa nyaman.
Maulana mengangguk, sementara itu Antonio dan Andrian kesal sendiri melihat kemesraan Wali Kelasnya itu, bisa-bisanya bermesraan sedangkan mereka tidak diurus.
"Pak ... Bagaimana dengan kami?" Antonio berteriak frustrasi.
Maulana memutar tubuh menatap Antonio."Kamu tinggal jawab saja, mau setiap hari menulis 10-20 ayat atau tulis sekarang."
Dengan kesal dan sangat ingin marah namun tidak berani, akhirnya Antonio dan Andrian memilih nomor satu.
"Aku tulis setiap hari saja, sampai selesai." Rasanya Antonio ingin membanting Gurunya itu, namun pasti sebelum dirinya melakukan itu, sang Guru sudah melakukan duluan.
"Baiklah, kalau begitu kalian bawa saja lembaran itu, besok Bapak lihat," jawab Maulana santai.
Antonio dan Andrian mengangguk, Antonio merapikan kertas tugasnya lalu berjalan mendekati Maulana.
Andrian memandang Antonio heran, teman sekelasnya itu terlihat akrab dengan sang Wali Kelas.
"Pak, Bapak mau jalan-jalan ya, sama Fira?" Antonio menatap Maulana dengan senyum mengembang.
Maulana menurunkan sang Istri dari gendongannya, ia yakin Antonio pasti ingin ikut.
"Jangan bilang kamu ingin ikut."
"Iya dong, Pak. Saya akan setia menemani Fira, siapa tahu Bapak melakukan hal yang tidak -tidak pada pacar saya."Dengan bangga Antonio berbicara.
"Tidak perlu, Bapak tidak mau membawa tukang khayal seperti mu. Itu bisa menganggu Bapak dan Istri Bapak," tolak Maulana sambil memutar tubuh mengambil berang -barang yang ada di atas mejanya.
"Jangan gitu dong, Pak. Janji deh tidak akan buat masalah, ya Pak? Ikut dong." Antonio meraih kain kemeja Maulana lalu menarik-nariknya pelan.
Maulana melirik tangan Antonio, risih sekali dirinya disentuh oleh sesama jenis dengan cara seperti itu.
"Lepas!"
Antonio merengut sambil menarik kembali tangannya."Tapi boleh kan, Pak?"
Maulana memutar tubuh menatap Antonio."Boleh, teman mu Andrian juga boleh ikut. Bapak traktir kalian di restoran."
Andrian terkejut, reflek mengangkat pandangan menatap Maulana, rupanya pria itu juga ingin membawanya ikut serta.
Andrian segera merapikan lembar tugas lalu berjalan mendekati Maulana."Bapak serius?"
"Tentu saja, sudah ayo cepat. Kalian ambil tas, kita berangkat sekarang." Maulana membalas pertanyaan keraguan dari Andrian.
Antonio dan Andrian mengangguk, ia segera berlari keluar ruangan dan menuju ruang kelas 3F.
Andrian dan Antonio merapikan buku-buku pelajaran lalu memasukkan ke dalam tasnya, mereka tidak sabar ingin mendapatkan traktiran di restoran mewah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Terbaik 2
RomanceDipaksa menikah dengan seorang rentenir ternyata Fira justru mendapat anak dari si Rentenir.Sosok pria yang lembut pada dirinya namun sangat dingin pada orang lain, awalnya Fira berpikir kalau Suaminya itu juga sama kejam seperti mertua tapi ternyat...