Episode 36

16 1 0
                                    

Iring-iringan mobil sedan maybach mewah berhenti di depan sebuah gedung dua tingkat, di depan gedung itu terlihat beberapa orang menunggu bersiap menyambut pemilik gedung.

Fima merupakan perusahaan yang didirikan oleh Maulana baru-baru ini, melihat tingginya pengangguran di desa Kencur, Ivan Maulana Rizky mendirikan perusahaan jenis minuman.

Berbeda dengan perusahaan Mizuruky miliknya, jika perusahaan Mizuruky merupakan perusahaan multinasional maka Fima adalah perusahaan lokal dan baru beroperasi hari ini.

"Siapa mereka?" Salah seorang karyawan bernama Aris menatap penasaran seorang pria yang baru keluar dari mobil.

"Itu Boss besar." Nico, pria berusia 18 tahun baru lulusan SMA terkagum melihat pemilik perusahaan Fima keluar dari mobil Maybach bahkan dikawal oleh puluhan pengawal profesional.

Maulana merapikan bajunya, tersenyum menatap perusahaan kecil yang baru didirikan, pegawainya juga khusus dari desa tersebut.

Dengan langkah kaki elegan, ia berjalan mendekati Aris dan Nico.

"Selamat pagi, Pak." Nico dan Aris bersamaan menyapa.

"Pagi, kalian tenang saja. Nanti juga perusahaan ini akan mampu sekelas dengan Mizuruky Corp." Maulana berkata dengan senyum ramah.

Aris mengingat kembali sosok pria berjas di depannya, pria itu pernah dilihat di majalah bisnis saat dirinya kuliah, pemilik Perusahaan Mizuruky Corp yang banyak diidolakan para wanita dan Ibu-ibu untuk menjadi menantu.

"Anda, Tuan Muda Mizuruky?" Aris bertanya dengan tidak yakin, khawatir kalau salah mengenali orang. Tidak mungkin seperti pengusaha miliader seperti Mizuruky Ivan bisa berada di desa kecil seperti desa Kencur.

Nico menyenggol pelan bahu Aris, mereka tahunya Boss besar mereka adalah Ivan Maulana Rizky, bukan Mizuruky Ivan dan hanya seorang Guru Honorer bukan pebisnis kelas Multinasional.

"Benar, aku adalah Mizuruky Ivan pemilik perusahaan Mizuruky Corp. Ada apa?" Kebiasaan menjadi seorang Guru, Maulana tersenyum sendiri menyadari bagaimana cara dirinya bicara.

Aris dan Nico tercengang, siapa sangka mereka bekerja untuk pemilik perusahaan besar.

Maulana memperhatikan kedua pegawainya itu, mereka terlihat tidak percaya seakan berada dalam dunia ilusi.

"Lupakan perusahaan itu, kita fokus saja pada perusahaan kita ini. Mari masuk."

"Kenapa Boss seperti pada muridnya? Boss bahkan mengajak mereka masuk, bukankah seharusnya terbalik." Evan dan Evin salah satu pengawal Maulana berbisik melihat bagaimana cara pria itu memperlakukan Aris dan Nico.

Aris dan Nico berjalan mengikuti Maulana disusul oleh beberapa pegawai lainnya, tidak ada yang memiliki pengalaman kerja, namun kalau harus training mereka, Maulana juga tidak akan punya waktu.

Dia harus mengajar, menjaga sang Istri dan mengurusi perusahaan Mizuruky, oleh karena itu seperti biasa dirinya akan menunjuk seorang penanggung jawab untuk mengelola perusahaan Fima tersebut.

Sementara itu, di dalam kelas Antonio duduk di depan Fira, ia masih belum mengerti kenapa gadis itu tidak segera mengambil dan membuka kotak kecil merah yang diberikan.

Antonio ingat dengan jelas isi pesan Fira semalam, ia mencoba memahami perasaan syok gadis itu, jadi tetap berusaha sabar.

Setelah bel tanda masuk, seperti biasa ketika hari Senin, SMA Dirgantara mengadakan upacara bendera di halaman.

Satu persatu murid dari kelas 1 hingga kelas 3 berkumpul di halaman, pukul 7 matahari belum terlalu terik, namun tetap terasa hangat.

Barisan pria dan wanita tidak sama, mulai kelas 1 sampai kelas 3, barisan pria berada di ujung kanan sedangkan barisan siswi di ujung kiri.

Fira berdiri dengan malas di barisan paling tepi serta paling belakang.

"Upacara bendera, senin tanggal 5 Agustus tahun 2024 dimulai. Pasukan disiapkan!"

Fira semakin malas, ia menoleh ke kanan dan kiri, tidak ada yang menarik untuk diperhatikan.

Gadis itu mengintip dari sela-sela barisan para ketua barisan menyiapkan barisan, bibirnya manyun dengan wajah cemberut.

"Kenapa mereka yang berdiri di depan tidak ada yang seger si? Buluk-buluk semua."

Gadis di samping Fira menoleh ke arah gadis itu."Di sekolah ini yang bening hanya Pak Ivan dan Pak Rangga, tapi Pak Ivan lebih bening. Pak Rangga hanya karena masih muda."

Fira memutar kepala pelan melihat gadis itu, Naira nama gadis tersebut. Teman sekelas Fira, ceria, hobinya memotret Rangga dan Ivan diam-diam.

"Ni." Naira menunjukkan foto -foto Maulana dan Rangga yang ada di galeri ponselnya.

Fira tersenyum miring, ternyata Suaminya menjadi idola di sekolah mereka.

"Itu yang jadi pembina upacara siapa?"

"Itu Pak Yusuf, kepala sekolah," jawab Naira.

Terlalu asik ngobrol Fira dan Naira tidak menyadari seorang yang dibicarakan ada di belakang mereka, menggelengkan kepala melihat sikap kedua muridnya itu.

"Kalian berdua kalau terus ngobrol, nanti saya laporkan ke Pak Ivan. Biar nanti suruh upacara sendiri."

Tubuh Naira dan Fira menegang, perlahan mereka memutar kepala kebelakang. Terlihat Rangga menatap dingin mereka berdua, Naira tersenyum memohon pengertian pada Rangga.

"Jangan, Pak. Nanti kami dijemur oleh Pak Ivan, dulu saya pernah dijemur di halaman."

Fira terkejut mendengar cerita Naira, tidak disangka sang Suami begitu kejam kalau menghukum murid, padahal terlihat sangat lembut.

Rangga menyeringai tipis."Biarkan saja, kamu sangat suka ngobrol kalau upacara. Sudah, fokus ke depan. Pak Kepala lagi memberikan ceramah."

Naira mengangguk, ia pun fokus ke depan meski dalam hati lebih suka melihat Rangga yang ada di belakangnya.

Fira ikut fokus mendengarkan ceramah, diusahakan fokus pun otaknya tidak mampu menerima.

"Kenapa susah sekali fokus pada pembicaraan di depan? Lagi pula kenapa lama sekali si? Aku sudah kepanasan." Ia bergumam sendiri.

Fira mendengus bosan, namun ia juga lega karena ceramah selesai, sebentar lagi masuk kelas.

Gadis itu mengangkat tangan di depan dada saat susunan upacara memasuki doa, hanya ada beberapa yang fokus salah satunya pengibaran bendera merah putih yang lain tidak.

Setelah upacara bendera senin selesai, dengan malas Fira berjalan bersama Naira ke dalam kelas.

Rangga mengamati Fira dari belakang, ia sering melihat gadis itu bersama Maulana, mereka bahkan terlihat memiliki hubungan khusus.

Rangga sedikit mempercepat langkah mendekati Fira bersama Naira.

"Firanda."

Fira memutar kepala ke samping, terlihat Rangga berjalan di sampingnya.

"Pak Rangga, ada apa?"

"Kamu Adiknya Pak Ivan?" Rangga tidak tahu bahwa Fira adalah Istrinya Maulana, tidak semua orang di SMA Dirgantara mengetahui hubungan mereka, termasuk juga Rangga.

Fira tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya mengangguk.

"Kenapa Pak Ivan tidak datang?"

"Mas eh, maksud saya Pak Ivan." Fira telah terbiasa memanggil dengan sebutan Mas hingga lupa bahwa di sekolah harusnya memanggil Pak.

"Pak Ivan meninjau perusahaan cabang."

Rangga mengangguk."Pak Ivan punya perusahaan apa?"

"Ih, kepo." Fira ngedumel dalam hati, namun tetap bersikap ramah di luar, jangan sampai kena omel sang Suami lagi kalau bersikap tidak sopan dan tidak hormat pada seorang Guru.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang