Episode 35

9 1 0
                                    

Fira duduk melamun di dalam kelas, pikiran melayang membayangkan kehidupan sulit yang dijalani oleh sang Suami saat kecil, dipaksa mencari uang sendiri dengan membuat manik-manik.

Fira memutar kepala ke kanan, dari balik pintu kelas terlihat Kevin anak kelas 3A masuk ke dalam kelasnya.

Fira sedikit mengerutkan kening melihat Kevin, kelas 3F bukan kelas Kevin, Antonio juga belum datang, untuk apa Kevin datang kemari?

Kevin adalah anak dari Boss mafia, kulit kuning langsat dengan tinggi 169, sikapnya sombong seperti Antonio namun tidak kenal ampun kalau menyiksa orang.

Begitulah yang Fira dengar dari orang -orang, gadis itu bergidik membayangkan bagaimana cara Kevin menyiksa orang, namun hingga kini Kevin masih berkeliaran bebas.

Fira kembali memutar kepala ke arah papan tulis, pura-pura tidak melihat Kevin.

Di dalam kelas masih ada beberapa orang, padahal bel masuk kurang 10 menit lagi, kebiasaan anak kelas 3F suka telat kecuali jadwal pelajaran pertama adalah kelas Ivan Maulana Rizky.

"Sebenarnya ini sekolah apa? Setelah Antonio anak Geng motor yang suka tawuran, sekarang ada Kevin anak Mafia. Aku merinding sendiri, bagaimana kalau aku minta pindah sekolah saja?" Fira berkata dalam hati, ia sangat takut dan tidak nyaman kalau harus berada di lingkungan seperti itu.

Fira mengintip dari balik kerudung putih miliknya pergerakan Kevin, pria kulit Langsat itu berjalan ke arah bangkunya.

Fira segera mengambil ponsel hendak menghubungi sang Suami, namun ponsel miliknya tidak ada paket data karena lupa ngisi.

Kevin memuat kursi di depan Fira lalu duduk di kursi itu."Fir, kamu sungguh Istrinya Pak Ivan?"

Fira mengangguk tanpa memandang Kevin.

Kevin mengangguk -anggukkan kepala, mengerti tentang apa yang dikatakan Fira.

"Aku minta maaf atas kejadian kemarin?" Kevin tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan pada Fira.

Fira mematung sejenak, bukannya tidak mau menyambut uluran tangan Kevin, namun ia takut untuk berhubungan dengan anak orang penting, meski penting di bagian apapun.

Fira mengulurkan tangan menerima uluran tangan Kevin."Tidak apa, aku mengerti. Lagipula Antonio juga tidak tertarik dengan Ismi, jadi kamu tenang saja."

Kevin menatap Fira dengan tatapan penuh misteri, ia tersenyum sejenak lalu berkata," Kamu mau nggak jadi pacarku?"

Fira terkejut dengan pertanyaan Kevin, tidak Kevin atau Antonio, mereka semua seakan ingin mempermainkan dirinya.

"Aku tahu kamu dan Pak Ivan tidak mungkin sungguhan menikah, Pak Ivan itu pacarnya Bu Indri. Mereka sering bersama, sekarang mereka lagi ada masalah." Kevin kembali bersuara.

"Bersama apa? Yang ada, Bu Indri suka nempel pada Suami ku," batin Fira jengkel.

"Kamu tidak percaya?" Kevin mengambil ponsel miliknya lalu menunjukkan beberapa foto. Dalam foto tersebut terlihat Maulana dan Indri berduaan di kantin makan bakso bersama, ada juga mereka sedang berada di ruangan hanya berdua.

Melihat ekspresi Fira terlihat muram dan kesal, Kevin merasa sangat puas, tentu saja foto aslinya tidak seperti itu, hanya dipotong pada bagian Maulana dan Indri berduaan hingga terlihat mereka berdua sedangkan orang-orang yang lain dalam tempat itu tidak terlihat.

Kevin bangkit dari tempat duduknya, berjalan beberapa langkah mendekati Fira, sedikit membungkukkan tubuh, mendekatkan wajah pada gadis itu.

"Jadilah pacarku, aku dan Ismi sudah putus."

Fira melirik Kevin malas, meski kesal juga dirinya tidak akan meragukan kesetiaan sang Suami, pria seperti Ivan Maulana Rizky tidak akan pernah suka dekat dengan wanita lain selain dirinya.

"Siapa ini? Pria tidak tahu diri."

Fira menjauhkan kepalanya dari kepala Kevin, memutar kepala pelan ke arah suara.

Terlihat Antonio berjalan dengan santai dengan membawa kotak kecil merah di tangannya, langkah kaki tenang namun penuh kekesalan berjalan ke arah Kevin.

Kevin menegakkan tubuhnya kembali, menatap Antonio angkuh.

Antonio meletakkan kotak kecil merah itu di atas meja Fira."Untukmu."

Fira mengalihkan perhatian pada kotak merah tersebut, menatapnya penuh tanda tanya.

"An..."

Baru saja Fira ingin menyebut nama Antonio, pria itu sudah melayangkan tinju pada wajah Kevin.

Kevin terdorong ke belakang, mengangkat tangan mengusap bagian bibir yang berdarah, mungkin sobek akibat pukulan dari Antonio.

Fira terkejut, ia segera berdiri memegangi lengan Antonio."An, sudah jangan bertengkar. Dia tidak melakukan apapun, An. Nanti kamu kena hukuman lagi dari Mas Ivan."

Fira panik dan takut melihat Antonio marah bahkan memukul Kevin.

Pandangan mata Kevin beralih pada Fira, sepertinya gadis itu mengkhawatirkan Antonio tapi tidak mengkhawatirkan dirinya.

Netra kecoklatan Antonio bergulir pada Fira, pupil melebar melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Lah, Fir. Kok kamu nangis?"

"Aku takut, An. Aku takut kalau ada orang berantem, kalian memang hebat, tapi pikirkan aku dan teman-teman di sini." Tubuh Fira gemetar ketakutan, kaki terasa lemas namun masih berusaha bertahan untuk tidak kembali duduk.

Antonio tidak menghiraukan Kevin, ia membantu Fira duduk di bangkunya kembali."Aduh, Fir. Ngomong dong kalau kamu takut, aku nggak akan berkelahi di sini." Antonio panik dan merasa bersalah sendiri, ia menoleh pada Kevin.

Kevin terlihat tidak ada niat membalas pukulannya tadi, anak kelas 3A itu memutar tubuh lalu meninggalkan kelas 3F.

Antonio kembali mengalihkan perhatian pada Fira, terlihat air mata gadis itu terus mengalir, ia panik sendiri.

Mau memeluk Fira untuk menenangkan pun takut kalau Suaminya datang dan marah, tapi kalau tidak dipeluk? Bagaimana cara menenangkan hati seorang wanita?

"Fir, udah dong kamu jangan nangis."

"Aku tidak nangis, An. Aku hanya takut saja, aku kalau takut, air mata ku keluar sendiri." Fira kesal pada Antonio, ia pun tidak tahu kenapa selalu seperti itu. Setiap kali dirinya takut dan panik, tiba-tiba saja air matanya keluar tanpa bisa dicegah.

"Oh." Antonio hanya ber oh ria.

Tak lama kemudian Angga datang, ia langsung berjalan cepat mendekati Fira ketika melihat gadis pujaan hatinya itu menangis.

Angga mengambil sapu tangan dari dalam tas lalu menyodorkan pada Fira."Fir, Say. Ni, pakailah sapu tangan ku."

Dahi Antonio berkedut mendengar Angga memanggil Fira dengan embel-embel Say, Say artinya Sayang. Ia pun menoleh pada Angga dengan tatapan tajam.

"Panggil apa tadi pada Fira?!"

Angga tersenyum kaku, ia angkat tangan seakan menyerah."Hehe, jangan marah seperti itu, An. Aku hanya menghibur Fira saja."

"Fira itu pacar ku, aku tidak akan membiarkan siapapun memanggil dengan embel-embel, Say." Antonio memberi peringatan tegas pada Angga.

"Tiap hari Pak Ivan selalu memanggilnya Sayang, kamu tidak marah, An?" tanya Angga pura-pura tidak tahu, ia yakin sebenarnya Antonio marah dan tidak terima, tapi tidak ada gunanya marah karena Maulana memiliki hak penuh atas Fira sedangkan Antonio tidak memiliki hak apapun.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang