Episode 40

6 1 0
                                    

Maulana masih menatap pria lebih pendek darinya itu ramah, sebagai seorang Guru dirinya dituntut untuk bersikap sabar dan bijak tapi sebagai seorang Suami dirinya harus melindungi sang Istri.

"Semua murid -murid Pak Ivan itu preman! Semua semua kurang ajar! Tidak ada yang menghormati saya sebagai seorang Guru! Bapak telah gagal mendidik mereka!" Edo mendelik galak pada Maulana.

Maulana tersenyum sinis, iris safir menatap arah murid -muridnya kemudian kembali menatap Edo.

"Murid -murid kelas 3F itu adalah murid yang baik, Pak. Jangan menilai seseorang hanya dari luar, mereka hanya masih remaja, mereka masih labil tidak seperti kita yang berfikir dewasa. Kalau semua orang berpikir mereka adalah preman, penjahat yang tidak bisa menghormati seorang Guru, kenapa sekolah tidak mengeluarkan mereka? Kenapa saat mereka menerima hukuman dari sekolah, mereka tetap menerima hukuman?"

Antonio dan murid kelas 3F yang lain menatap Wali Kelasnya haru. Benar, semua Guru di SMA Dirgantara menganggap mereka sebagai murid pembangkang, preman dan tidak punya rasa hormat, namun Maulana tidak seperti itu, pria itu menganggap mereka sebagai remaja labil yang hanya perlu diberikan bimbingan.

"Kalau misal Pak Edo tidak menyukai mereka, tidak masalah, Pak. Saya akan sendiri yang akan membimbing mereka, saya akan mencari Guru profesional dan saya gaji sendiri untuk murid-murid saya. Saya harap Pak Edo sampai di sini saja melampiaskan semua kemarahan pada murid saya, Bapak bisa mengajar murid yang lain." Maulana menatap Edo tajam, bukan lagi tatapan ramah, dirinya juga punya perasaan dan emosi, tidak suka kalau ada yang terlalu merendahkan murid-muridnya.

Dari pintu ruang Guru, Yusuf menatap Maulana menyesal, ia merasa bersalah karena telah membuat pria itu dihina dan direndahkan di depan semua Guru dan para murid.

Suasana hening seketika, tidak ada yang berani membuka suara, hanya hembusan angin menyapa setiap insan yang berada di sekolah tersebut.

Maulana menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan, ia kembali tersenyum ramah saat melihat ekspresi ketakutan dalam diri Edo."Maafkan saya, Pak Edo. Tadi saya sedikit emosi, sekali lagi maafkan saya. Jika Bapak merasa saya gagal mendidik mereka, saya tidak keberatan mengundurkan diri."

Maulana memutar tubuh menatap sang Istri lembut."Sayang, seperti apapun seorang Guru, kita tetap harus menghargainya dan menghormatinya, agar Ilmu kita bermanfaat."

"Aku tahu, tapi aku juga tidak bermaksud menantang siapapun. Aku hanya sedih melihat Mas, lebih baik Mas mengurus perusahaan Mas itu saja. Setidaknya mereka lebih bisa menghargai semua usaha Mas," balas Fira lirih. Ia menaikan pandangan menatap sang Suami.

"Hehehe ..." Maulana terkekeh melihat pandangan Istrinya terhadap seorang pengusaha, seakan di sana tidak ada pembulian, saling senggol dan menjatuhkan.

"Sudah, kamu ini menggemaskan sekali. Ya sudah, Mas ganti baju dulu. Kamu belajar yang rajin."

Fira mengangguk, ia membiarkan sang Suami berjalan meninggalkan dirinya.

Maulana menatap Yusuf, pria 50 tahun itu membalas pandangan Maulana.

"Kamu serius mau berhenti jadi Guru?" Yusuf sangat tidak setuju, kalau Maulana berhenti dan murid kelas 3F dibiarkan, para wali murid kelas 3F akan demo padanya.

"Paman jangan khawatir, juga tidak usah sedih seperti itu. Pekerjaan ku bukan hanya di sini." Maulana bicara dengan nada bercanda.

Maulana masuk ke dalam ruang Guru, Yusuf mengikuti Maulana dari belakang.

Para Guru pun satu persatu ikut masuk ke dalam ruang Guru, berdiri di belakang Yusuf selain Edo tentunya.

Maulana mengambil kemeja yang ada di laci meja kerjanya, lalu menaruhnya di atas meja. Ia baru mau membuka kancing baju bagian atas tapi diurungkan melihat Yusuf dan Guru yang lain berdiri menatapnya.

Maulana memutar tubuh memandang Yusuf dan para Guru tersebut."Ada apa?"

"Pak Ivan, Bapak jangan mengundurkan diri dari sini. Mungkin Pak Edo sedang ada masalah, kalau Bapak meninggalkan mereka, kita yang akan jadi korban." Rangga maju selangkah berdiri di samping Yusuf.

"Korban apa, Pak? Mereka hanya remaja labil saja, mereka bukan preman." Maulana tersenyum tipis saat bicara.

"Antonio, sebenarnya dia bukan anak nakal seperti dibayangkan orang. Antonio hanya kekurangan kasih sayang orang tua, Ayahnya sibuk bekerja sedangkan Ibunya menikah lagi." Maulana menoleh pada Antonio, muridnya itu seperti biasa terlihat menggoda Fira.

"Setiap murid di kelas 3F memiliki masalah sendiri dengan kehidupan di luar sekolah, kehidupan yang lebih rumit dan berat. Tidak seperti anak-anak lain, bahagia bersama keluarga mereka meski sederhana."

Rangga, Yusuf dan yang lain mengikuti arah pandangan mata Maulana, mereka tidak mengerti kenapa Maulana bisa berkata seperti itu, seakan pria 30 tahun memandang murid 3F seperti Adik-adiknya.

Maulana kembali mengalihkan perhatian pada Yusuf dan para Guru."Orang tua mereka juga bukan penjahat yang harus ditakuti, jadi sebagai seorang Guru, terkadang saya berkunjung satu persatu ke rumah mereka."

"Tapi Antonio itu anak seorang CEO, tidak ada yang berani mengusik Tuan Gino Hernandez," sahut Indri.

"Ya kenapa juga kita harus mengusik mereka, Bu Indri. Di rumah, Antonio akan dijaga oleh Hernandez sedangkan si sekolah, kitalah orang tuanya." Maulana sangat santai saat memberikan jawaban.

Di luar, Edo merasa bersalah. Ia berjalan masuk ke ruang Guru lalu berjalan mendekati Maulana.

"Maafkan saya Pak Ivan, saya terbawa emosi. Hari ini saya banyak masalah."

Maulana tersenyum maklum."Tidak ada Pak, saya mengerti. Lagipula mungkin Bapak benar, saya ini tidak cocok jadi Guru. Saya lebih cocok mengurus perusahaan Mizuruky."

"Perusahaan Mizuruky?" Edo kembali teringat ucapan Istrinya, wanita itu salah satu pegawai perusahaan Mizuruky namun harus dipecat karena dituduh menggelapkan dana dan harus ganti rugi.

"Bapak kenal dengan orang dalam di sana?"

"Orang dalam?" Maulana menatap Edo penasaran.

Edo mengangguk."Istri saya dipecat karena dituduh menggelapkan dana dan harus ganti rugi sebesar 1 miliar, saya yakin Istri saya tidak melakukan itu, Pak Ivan."

"Tunggu sebentar." Maulana tidak habis pikir, kenapa ada kejadian seperti ini di perusahaan miliknya.

"Pak Edo jangan khawatir, saya adalah pemilik perusahaan Mizuruky itu. Bapak tidak perlu mencari orang dalam, saya akan membantu Bapak. Jika memang Istri Bapak tidak bersalah, Istri Bapak bisa kembali bekerja. Biar nanti saya periksa dan memberikan keadilan pada Bapak dan Istri Bapak."

Edo, Rangga dan para Guru tercengang mendengar pengakuan bahwa Maulana adalah pemilik perusahaan Mizuruky, perusahaan multinasional itu.

"Bapak serius?" Edo memandang Maulana Ragu.

"Tentu, Pak. Sebenarnya saya di sini karena Paman saya meminta tolong menghadapi wali murid yang suka mengancam, karena mereka merasa memiliki kekuasaan. Sebenarnya saya tidak ada niat jadi Guru dan tidak pernah kuliah jurusan Guru." Maulana berkata dengan menyakinkan, siapa juga yang akan percaya seorang Ivan Maulana Rizky adalah Mizuruky Ivan owner Mizuruky Corp.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang