Episode 81

22 2 0
                                    

Kebahagiaan seorang Istri adalah memiliki seorang Suami yang sabar dan penyayang, itu juga yang dirasakan oleh Fira.

Gadis itu berlarian di tepi jalan raya dengan hati berbunga-bunga, Maulana menggelengkan kepala melihat sikap manja sang Istri, ia pun segera mengejar gadis itu, tidak membutuhkan waktu lama Maulana menangkap sang gadis.

Fira cekikikan saat tubuh mungilnya berada dalam dekapan hangat sang Suami."Sayang, sudah jangan lari-larian. Ini di tepi jalan, bagaimana kalau ada mobil oleng?'

Dengan lembut Maulana memberikan nasehat pada sang Istri, Fira mengerucutkan bibir mendengar ucapan sang Suami, ia memutar tubuh dalam dekapan sang Suami dan menatap pria itu dengan pipi menggembung.

"Tapi nanti Mas mau kan mengajakku jalan-jalan ke mall? Mas mau kan membelikan ku barang yang ku mau?"

Maulana mengangguk."Iya, Sayang. Nanti Mas ajak kamu jalan-jalan ke mall, nanti kita hanya akan berdua. Sudah, ayo masuk ke mobil. Hari ini Mas harus ngisi kelas 2A."

Fira mengangguk, ia memeluk lengan sang Suami saat pria itu membawanya masuk ke dalam mobil.

Maulana segera melajukan mobil saat melihat sang Istri sudah duduk dengan nyaman di dalam mobil.

SMA Dirgantara

Rangga berdiri di depan pintu gerbang SMA Dirgantara menunggu Maulana dengan gelisah, karena saat menggunakan mobil sedan mewah milik Maulana, tanpa sengaja mobilnya ditabrak pengendara lain hingga rusak bagian belakang.

Tak lama kemudian Maulana datang dengan mobil Maybach hitam, ia mengerutkan kening melihat Rangga terlihat menunggu seseorang di depan pintu gerbang sekolah.

Maulana menghentikan sejenak mobilnya di depan Rangga, menurunkan Kaca jendela mobil lalu mengeluarkan sedikit kepala melihat Rangga.

"Pak Rangga, kenapa berdiri di sini?"

Rangga segera berjalan mendekati Maulana, memperhatikan mobil pria itu, ia berharap Maulana tidak menuntutnya namun bila harus bertanggung jawab, dirinya juga akan bertanggung jawab.

"Pak Ivan, ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak." Ekspresi wajah Rangga terlihat panik dan khawatir.

Maulana mengangguk."Baik, Pak. Saya parkir mobil dulu di dalam, mari kita bicara di ruangan saya."

Rangga mengangguk, Maulana kembali melajukan mobil masuk ke dalam area sekolah.

Fira menoleh pada sang Suami, menatap pria itu penasaran."Mas, kelihatannya Pak Rangga seperti tidak tenang?"

"Mas juga tidak tahu, Sayang. Mungkin Pak Rangga lagi ada masalah, jadi membutuhkan bantuan dari Mas." Maulana memberikan jawaban sambil memarkirkan mobil di tempat parkir, setelah itu ia keluar dari mobil tersebut.

Fira ikut keluar dari mobil namun tidak mengikuti sang Suami."Mas, aku ke kelas dulu."

Fira mengambil tangan sang Suami lalu mencium punggung tangan pria itu, Maulana mengangguk."Iya, Sayang. Belajar yang rajin, kalau ada masalah, kamu katakan saja pada Mas."

"Biasanya yang suka buat masalah itu adalah Antonio dan Kak Andrian," jawab Fira mengingat betapa aneh kedua temannya itu.

Maulana mengangguk."Iya, ya sudah kamu hati -hati."

Fira mengangguk, ia pun melangkahkan kaki ke arah kelas 3F sedangkan Maulana berhenti sejenak saat rasa nyeri kembali menyerang perutnya.

Pria itu mengambil obat dari saku jasnya lalu membuka tutup botol tersebut dan mengeluarkan beberapa butir setelah itu memasukkan ke dalam mulutnya, tak jauh darinya Antonio melihat sang Wali Kelas dengan tatapan sedih, ia pun berjalan menghampiri pria tersebut.

"Pak, Pak sakit lagi ya ?" Antonio mengulurkan tangan memegangi lengan Maulana.

Pria bermata safir itu menoleh pada tangan Antonio lalu menyingkirkan tangan itu perlahan."Bapak baik-baik saja, kamu tumben sudah datang?"

Antonio mengeluarkan sesuatu dari tasnya lalu menunjukkan sebuah bunga, bibirnya tersenyum dan."Karena saya ingin memberikan bunga ini pada sayangku Fira, Pak."

Maulana menggelengkan kepala melihat sikap Antonio."Bapak masih hidup, sini bunganya." Maulana mengambil bunga itu dari tangan Antonio.

Antonio ingin merebut kembali bunga itu, namun tatapan mata safir itu memberikan ancaman hingga dirinya hanya bisa merelakan tanpa keikhlasan.

"Sekarang kamu masuk kelas!" Maulana memberikan perintah pada Antonio, meski rasa nyeri belum sepenuhnya reda namun tetap saja dirinya tidak ingin terlalu terlihat lemah.

Dengan perasaan kesal, Antonio terpaksa meninggalkan bunda mawar di tangan Maulana.

Maulana tersenyum tipis memandang bunga mawar di tangannya, ia bukan marah atau kesal pada Antonio, namun dirinya sebagai Suami juga tidak suka ada yang mendekati Istrinya.

Maulana kembali melangkah kaki menuju ruang kerjanya.

Sementara itu di ruang kerja Maulana, Rangga sudah menunggu. Pria itu berdiri dengan gelisah, bukan tidak mau tanggung jawab namun pastinya mobil mewah seperti milik Maulana akan memerlukan biaya mahal untuk ganti rugi memperbaiki mobil itu.

Maulana masuk ke dalam ruangan, ia berdiri sejenak memperhatikan Rangga, pria itu terlihat begitu gelisah seakan telah mengalami kejadian tidak menyenangkan.

"Pak Rangga."

Rangga sangat terkejut hanya dengan panggilan dari Maulana, pria itu segera berjalan mendekati Maulana, kepalanya tertunduk dengan perasaan bersalah menghantui dirinya.

Maulana memperhatikan Rangga mulai ujung kaki hingga ujung rambut, ia semakin merasa ada yang tidak beres dengan pria itu.

Rangga berjalan mendekati Maulana lalu berlutut di hadapan pria itu, Maulana terkejut dengan apa yang dilakukan Rangga.

Maulana merasa sangat tidak nyaman, apalagi kalau dilihat oleh beberapa murid yang kebetulan lewat tempat itu.

"Pak Rangga, bangun dulu, Pak. Jangan seperti ini, kalau ada masalah kita bicara baik-baik, Pak."

Maulana menyentuh lengan Rangga, membantunya berdiri."Tapi Pak Ivan jangan marah ya kalau saya katakan."

Maulana sepertinya mengerti alasan ketakutan akan dirinya marah, namun juga tidak seperti itu."Iya, baiklah. Pak Rangga bangun dulu."

Perlahan Rangga bangun dari posisi berlutut, ia mundur beberapa langkah lalu mengangkat pandangan menatap Maulana.

"Katakan Pak Rangga, ada masalah apa?" Maulana memandang Rangga ramah, ia melangkahkan kaki menuju tempat duduknya lalu duduk di kursi tersebut.

Rangga memutar tubuh menatap Maulana, ia menarik nafas lalu mengeluarkan perlahan kemudian berkata,"Pak Ivan, mobil Bapak ditabrak pengendara lain dari belakang."

Maulana terkejut, ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Rangga.

Maulana memeriksa tubuh Rangga, memastikan tidak ada yang luka."Apa Pak Rangga baik-baik saja?"

Rangga kebingungan melihat sikap Maulana, pria itu seakan tak peduli dengan kondisi mobilnya melainkan peduli pada kondisi dirinya.

"Pak Ivan, saya baik -baik saja. Tapi mobil Bapak bagian belakang rusak."

Maulana bernafas lega, setidaknya jika mobil bisa diperbaiki namun jika tubuh orang pasti menimbulkan rasa sakit.

"Pak Rangga, mobil rusak ya biarkan saja. Nanti saya kirim orang untuk mengambil mobil, biar mereka menaruh di bengkel. Yang penting Pak Rangga baik-baik saja."

"Tapi, Pak. Pasti biayanya mahal kan?" Rangga merasa tidak enak hati pada Maulana.

"Tidak sampai menjual rumah kok, Pak. Tenang saja, sudah, Pak Rangga tidak perlu khawatir lagi." Maulana merasa heran dengan Rangga, hanya sebuah mobil saja sampai sangat tegang.




Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang