Episode 73

9 2 0
                                    

Setiap manusia memiliki perasaan kesal saat hal paling penting dalam hidupnya harus diganggu, begitu juga pada seorang pria bernama Ivan Maulana Rizky.

Bagi seorang pria menyalurkan syahwat pada seorang Istri sangat penting dan kebutuhan utama, namun harus terganggu oleh Catherine meski wanita itu akhirnya pergi dengan penuh pengertian.

Fira turun dari tempat tidur mendekati sang Suami, memeluk tubuh pria itu dari belakang, ia tahu sekarang sang Suami sedang kesal karena urusan pas lagi puncak justru terganggu.

"Mas, sabar. Mas jangan marah, kita bisa mulai dari awal."

Maulana menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan, ia memutar tubuh menatap sang Istri dengan senyum tulus.

"Maaf, tadi hampir saja tapi Ibu menganggu."

Fira tertawa riang melihat kekecewaan di mata safir Suaminya, ini pertama kali dirinya melihat pria itu kesal pada seorang wanita yang telah melahirkan dirinya.

"Sayang, kenapa kau tertawa?" Maulana mengerutkan kening, tidak tahu apa yang membuat Istrinya tertawa.

"Aku baru pertama melihat Mas begitu kesal pada Ibu, biasanya Mas sangat sabar." Fira meraih tangan sang Suami lalu menaruh di atas pipinya.

Maulana tersenyum tipis."Mas bukan marah karena apa, tapi tadi itu sudah di ujung. Kan rasanya aneh kalau masuk lagi, ah ... Sudalah. Lebih baik kita teruskan lagi nanti malam, Mas tidak mau nanti ada yang menganggu lagi."

Maulana mengalihkan perhatian ke arah lain, malu rasanya di depan sang Istri memperlihat sifat mesumnya.

"Mas yakin bisa ditunda? Aku si ikut Mas saja, apapun yang membuat Mas senang, aku tidak masalah." Ekspresi wajah Fira begitu polos, pancaran mata itu sangat tulus tidak ada sedikitpun niat jahat yang terkandung di dalamnya.

Maulana kembali mengalihkan perhatian pada sang Istri."Iya, Istri ku. Kita mandi dulu, setelah itu ikut makan di bawah kemudian lanjut sholat Isya."

Fira mengangguk, ia mengikuti sang Suami pergi ke kamar mandi.

Sementara itu, Catherine menyesal sekali karena datang pada waktu yang salah, ia tidak sabar menggendong cucu dari putra kandungnya tapi malah saat proses pembuatan diganggu sendiri.

Langkah kaki Catherine begitu malas, ia berjalan ke salah satu kursi meja makan, duduk di atas kursi dan memandang makanan tanpa selera.

Sintia merasa aneh dengan Istri pertama Suaminya itu, ia pun bertanya,"Ada apa, Kak?"

"Aku mengangguk kesibukan Ivan dan Istrinya, aku dapat melihat dia sangat kesal tapi tetap tersenyum ramah padaku." Catherine mulai membalikkan piring, ia tidak segera menaruh nasi di atasnya.

" Kakak kesal sendiri pada diri Kakak?" tanya Sintia memastikan.

Catherine mengangguk."Kau tahu sendiri, aku sudah lama menunggu kehadiran seorang bayi dari anakku. Kau saja sudah punya cucu dari anak pertama mu, sedangkan aku hingga kini belum."

Maya tersenyum manis, ia juga tidak tahu kalau Catherine sungguh ingin punya cucu sendiri dari Ivan.

"Kak, tidak perlu khawatir. Fira itu masih muda, masih subur. Kakak berikan saja makanan yang bergizi, usulkan agar mereka liburan berdua. Jangan biarkan Ivan terus sibu kerja."

Catherine menatap Sintia setuju."Benar juga, tapi dimana enaknya mereka liburan? Aku tidak ingin ada yang menganggu mereka, biar bisa cepat-cepat dapat bayi."

Catherine sangat antusias memikirkan tempat anak dan menantunya pergi bulan madu.

"Mama pertama, bagaimana kalau Mas Ivan liburan ke Bali bersama ku saja?" Nita menyela pembicaraan antara Sintia dan Catherine.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang