Episode 61

10 1 0
                                    

Fira melingkarkan lengan di pinggang sang Suami saat menaiki motor bersama pria itu, meski hanya motor pinjaman namun tetap merasa bahagia.

Sesekali Fira menoleh ke samping, terlihat toko-toko di sepanjang jalan terbuka dan para penjual menawarkan barang dagangannya.

Dulu, sebelum dirinya menikah, ia sangat ingin seperti ini. Seperti gadis remaja pada umumnya, pergi dan pulang diantar naik motor oleh pria berstatus sebagai pacar, namun seorang pria yang disukai justru menyukai gadis lain.

Fira menyandarkan kepala pada punggung tegap sang Suami, mengingat masalalu itu membuat hatinya sedih.

"Mas, nanti pulang sekolah, kencan yuk?"

Maulana melirik sang Istri dari kaca spion."Kamu mau pergi kemana?"

"Jalan-jalan pakai motor sama Mas, kalau perlu mengunjungi Kak Andrian dan Zaida." Fira ingat sekali seperti apa mereka berdua menghinanya, hanya karena dirinya bukan orang kaya.

"Ezra Zaiyda Anargya maksud mu?" tanya Maulana memastikan.

"Kok Mas tahu?" Fira ingat dengan benar kalau dirinya tidak pernah menceritakan apapun tentang kedua orang itu pada sang Suami.

"Iya, mereka murid baru. Mungkin nanti baru masuk kelas, kenapa, Sayang? Kamu kenal mereka?" Maulana melepaskan satu kemudi menggunakan tangan itu untuk memegang tangan sang Istri yang berada di pinggangnya.

"Kak Andrian adalah cinta pertama ku." Hati Fira terasa sakit setiap kali mengingat sosok pria idamannya itu.

Ada perasaan tidak suka dalam diri Maulana mendengar sang Istri menyebut Andrian sebagai cinta pertamanya, ia khawatir kalau nanti sang Istri akan kembali jatuh hati pada pria itu.

Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat fotocopy. Maulana menghentikan motor di depan tempat fotocopy, membiarkan sang Istri menemui tukang fotocopy.

Maulana duduk di atas motor, memikirkan rencana apa yang harus dilakukan agar sang Istri tidak lagi jatuh cinta pada Andrian.

Setelah selesai, Fira kembali menemui sang Suami."Mas, tadi habis 40 ribu."

Maulana menyiapkan motor."Iya, Sayang. Ayo naiklah, kita harus segera kembali bukan?"

Fira mengangguk, ia segera naik ke atas motor.

SMA Dirgantara

"Jadi kalian ini ingin bertemu dengan Pak Ivan?" Rangga duduk di bangku Maulana memperhatikan dua orang murid baru, mereka adalah Andrian dan Zayda.

"Benar, Pak. Kemarin orang tua kami sudah menghubungi Pak Ivan, beliau berkata kami tinggal datang saja." Andrian menjelaskan, selain itu alasannya pindah sekolah adalah karena ingin bersama Fira. Ia menyesal dulu sangat cuek pada gadis itu, kali ini tidak akan memperlakukan Fira dengan cuek lagi.

"Baiklah, ayo Bapak antar ke kelas. Sekalian Bapak kenalkan pada para murid kelas 3F." Rangga bangkit dari tempat duduknya.

Rangga dan Zayda mengangguk, mereka mengikuti langkah kaki Rangga.

Sekitar pukul 9:00 Fira dan Maulana kembali ke sekolah, pria itu mengantarkan sang Istri ke kelas 3F.

Dari depan pintu terlihat Rangga sedang menerangkan pelajaran Matematika, Maulana mengangkat tangan mengetuk pintu.

Rangga menoleh ke arah pintu mendengar suara ketukan pintu, ia berjalan menghampiri Maulana yang berdiri di depan pintu bersama Fira.

"Alhamdulillah, Pak. Akhirnya Bapak kembali, tadi ada murid baru. Mereka sudah ada di kelas, tadi saya juga memperkenalkan pada anak-anak."

Maulana mengangguk."Iya, terimakasih, Pak Rangga. Oh ini." Maulana menunjukkan kunci motor milik Rangga.

"Saya kembalikan, terimakasih."

Rangga mengangguk menerima kunci motor itu, ia menoleh pada Fira.

"Sekalian Pak Rangga, saya mengantarkan Fira. Mohon maaf terlambat," kata Maulana dengan senyum ramah.

Rangga mengangguk, meski kesal juga tidak akan mengatakannya."Tidak apa-apa, Pak Ivan. Ayo, Fira. Masuk, teman -teman yang lain sudah menunggu."

"Baik, Pak." Fira mengangguk, kemudian mengalihkan perhatian pada sang Suami.

"Mas, aku masuk dulu." Fira berjalan mendekati sang Suami lalu memeluknya sejenak, setelah itu melepaskan pelukan itu dan masuk ke dalam kelas.

Rangga masih berdiri di depan pintu, ia mengikuti apa yang dilakukan Fira, mendekat pada Maulana lalu memeluk tubuh pria itu.

Maulana terkejut melihat sikap Rangga."Pak Rangga."

"Rupanya memang nyaman memeluk Pak Ivan," kata Rangga membuat Maulana semakin terkejut, ia langsung melepaskan pelukan Rangga dan mendorongnya sedikit menjauh.

"Maaf, Pak Rangga. Saya masih normal."

Rangga tertawa sendiri menyadari kebodohannya."Saya juga, Pak. Tapi dari tadi saya masih takut, namun setelah memeluk Pak Ivan sebentar saja, sudah tenang."

Maulana mundur beberapa langkah, geli sendiri membayangkan bagaimana kelanjutan pandangan Rangga terhadap dirinya.

"Eh, Pak Ivan. Jangan menjauh seperti itu, tadi ... Aduh. Pak Ivan tenang saja, saya masih menginginkan seorang gadis. Saya ini umat Muhammad, bukan umat Nabi Luth." Rangga tidak enak sendiri menyadari bahwa Maulana terlihat risih.

"Iya, Pak. Saya mengerti, kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum." Maulana langsung memutar tubuh dan meninggalkan Rangga yang masih menatap Maulana tidak enak hati.

Rangga memutar tubuh kembali berjalan menuju depan kelas sambil berbicara sendiri," Kenapa Pak Ivan kabur ya? Bukankah tadi Pak Ivan sangat jago berkelahi?"

"Ya, Pak Ivan memang jago. Tapi Pak Ivan itu pria normal, jadi wajar Pak Ivan kabur kalau didekati pria jadi-jadian," celetuk Antonio tanpa memandang Rangga.

Rangga menghentikan langkah kakinya ketika mendengar ucapan Antonio, ia menoleh pada Antonio dengan galak."Antonio! Siapa yang kamu sebut dengan pria jadi -jadian?! Kamu tidak sopan pada Guru, Bapak adukan kamu pada Pak Ivan!"

Antonio mengangkat pandangan dengan senyum ramah."Jangan, Pak. Saya sudah janji akan bersikap baik di kelas pada Pak Ivan."

Fira dan seisi kelas mengalihkan perhatian pada Antonio, meski memang Antonio hanya takut pada Maulana, namun tidak biasanya pria itu mengatakan kalimat seperti itu.

"Ada apa denganmu, Ant?" tanya Angga heran.

"Nggak papa kok, ngapain tanya-tanya gitu?!" Antonio justru sewot saat ditanya oleh Angga, ia kembali fokus pada buku pelajaran.

"Pak Ivan sedang sakit serius, aku tidak ingin membuatnya semakin sakit," batin Antonio.

Rangga pun merasa heran dengan sikap Antonio, namun ia juga merasa bersyukur dengan perubahan sikap muridnya itu.

"Baiklah, sebentar lagi kita akan latihan gerak jalan di jalan raya. Nanti kita akan pergi ke lapangan, jadi sekarang kalian boleh keluar dan membentuk barisan."

Antonio langsung berdiri, ia menoleh kanan dan kiri seakan memberi isyarat pada teman-temannya.

"Ayo!"

Antonio keluar meninggalkan kelas diikuti oleh Rangga dan teman-teman yang lain termasuk Andrian.

"Kenapa sekarang dia jadi begitu patuh?" Rangga masih heran, namun tidak ingin terlalu memikirkan hal itu.

"Pak, apakah Pak Ivan itu adalah pria tampan dan keren yang bicara sama Bapak tadi?" tanya Zayda.

"Iya, dia adalah Pak Ivan Maulana Rizky. Wali Kelas 3F," jawab Rangga tanpa memiliki pikiran buruk pada murid baru itu.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang