Fira terdiam mendengarkan kisah masa kecil sang Suami meski belum seratus persen selesai, namun ia yakin pasti banyak yang dilalui hingga sampai bisa menjadi seorang miliarder.
"Suamimu pernah disuntik virus mematikan oleh penjahat." Catherine tiba-tiba menyela pembicaraan.
Maulana mengerutkan kening mendengar ucapan Ibunya, ia sendiri tidak ingat dan tidak tahu.
Maulana menoleh sejenak pada sang Ibu dengan tatapan penasaran."Kapan?"
"Saat kau masih kecil, kau mungkin lupa karena masih terlalu kecil. Tapi Ibu lega karena virus itu ternyata tidak memiliki efek apapun, nyatanya sekarang kamu sehat-sehat saja." Catherine tersenyum lega memandang sang buah hati.
Fira mengalihkan perhatian pada sang Suami, entah kenapa ia merasa apa yang dikatakan mertuanya itu tidak benar dan justru virus itu telah beraksi pada sang Suami.
Perlahan gadis itu mengulurkan tangan menyentuh bahu Suaminya, menatap pria itu khawatir.
Maulana tersenyum lalu berkata,"Sayang, apa yang dikatakan Ibu itu benar. Mas baik-baik saja, virus itu mungkin sudah gagal lama sekali."
Fira berharap seperti itu, ia sungguh tidak ingin kehilangan seorang yang selalu sayang dan ada untuk dirinya.
"Mas, jangan tinggalkan aku ya?"
Maulana menoleh pada sang Istri, menatap gadis itu aneh, biasanya juga sang gadis juga galak seakan tidak peduli pada dirinya.
"Sayang, apakah kamu baik-baik saja?"
Alis Fira mengernyit mendengar pertanyaan sang Suami, ia pun memalingkan muka kesal."Mas selalu ahli menghancurkan suasana."
Catherine menatap anaknya itu heran, padahal jelas sekali kalau Istrinya khawatir dan takut kehilangan tapi malah dikira sakit.
"Istri mu takut kehilanganmu, malah kau anggap Istri mu sakit. Dasar kau ini."
Maulana tersenyum kecil, kemudian kembali fokus pada jalan di depannya.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan sebuah hunian mewah seperti, di depan gerbang terdapat 5 orang pria dengan sikap sempurna.
Mereka segera membuka pintu gerbang saat mobil sedan mewah hitam milik Maulana datang, pria bermata safir itu melajukan mobil ke melewati pintu gerbang.
Fira memperhatikan rumah mewah tersebut, ia tidak merasa ini adalah sebuah hotel melainkan rumah orang kaya.
"Mas, ini sepertinya bukan hotel?"
"Benar, ini rumah Mas yang lain. Dari sini tidak jauh dari sekolah mu, Sayang. Jadi bisa enak." Maulana menghentikan mobil di depan teras rumah.
Fira menoleh kearah lain, benar juga tadi dirinya dan sang Suami melalui arah berbeda hingga tidak melewati sekolah tempatnya menuntut ilmu.
"Mas punya banyak rumah?"
Maulana membuka pintu mobil lalu turun dari mobil tersebut, sementara itu pelayan sudah menyambut mereka di depan pintu masuk.
Seorang pengawal pribadi membukakan pintu mobil untuk Fira dan Catherine, setelah ke dua wanita itu keluar, ia kembali menutup pintu mobil.
Fira memperhatikan hunian itu dengan keheranan, dari sekolahnya rumah itu terlihat jelas tapi tidak menyangka kalau itu juga rumah sang Suami, pria itu juga tidak pernah mengatakan apapun.
"Rumah ini tidak kalah besar dari rumah Mas yang biasanya."
Catherine Wilson segera berjalan memasuki rumah, ini adalah rumah pertama yang dibangun oleh Maulana setelah kembali dari Jerman namun karena Catherine merasa tidak nyaman, ia memutuskan membeli rumah yang kini ditinggali oleh Suami dan para Istri Sinya yang lain.
Maulana berjalan mendekati sang Istri lalu merangkul bahu gadis itu."Maaf, tidak jadi ke hotel."
Fira mengangguk, namun ia masih tetap merasa keheranan dengan hunian tersebut, kenapa tidak tahu bahwa ini adalah rumah sang Suami?
"Ada apa?" Maulana menoleh pada sang Istri, memandang gadis itu heran.
"Aku pikir sejak dulu ini rumah siapa?"
Maulana menaikkan sebelah alis mendengar kata sejak dulu keluar dari mulut sang Istri, mungkinkan gadis itu pernah melewati jalan ini atau seminggu lalu saat masuk sekolah?
Fira menoleh pada sang Suami, menyadari arti pandangan mata pria itu, ia pun menjelaskan maksud ucapannya.
"Iya maksud ku, sejak aku sekolah, Mas. Aku sering memperhatikan rumah ini, tapi aku tidak tahu ini rumah siapa."
Maulana mengangguk."Baiklah, ayo kita masuk. Lebih baik kamu segera masak buat Mas."
Fira mengerutkan kening mendengar ucapan sang Suami, ia lupa kalau tadi mengatakan ingin membuatkan pria itu makanan.
"Kenapa aku harus masak? Bukankah di sini sudah banyak pelayan?"
"Sayang, apakah kamu lupa? Tadi kamu sendiri yang mengatakan akan membuatkan makanan untuk Mas, jadi Mas sangat senang." Maulana mengingatkan agar Istrinya tidak pura-pura pikun.
Fira nyengir kuda."Iya, tapi kan tadi kita sudah makan, Mas? Jadi besok pagi saja."
Maulana menghela nafas, Istrinya itu ada saja alasan untuk menolak. Maulana menatap gadis itu jahat, Fira merasakan firasat buruk melihat tatapan mata sang Suami.
Gadis itu mengangkat tangan menyilangkan tangan di depan dada."Ada apa, Mas? Kenapa Mas menatap ku seperti itu?"
Maulana tersenyum lalu segera mengangkat tubuh mungil sang Istri."Temani Mas bermain sebentar."
"Ha?" Fira menatap horor sang Suami."Tadi sebelum kesini kan sudah? Ih, Mas mesum sekali."
"Tadi kan diganggu oleh Ibu, Istriku. Sekarang tidak akan ada yang ganggu kita berdua." Dengan penuh semangat pria itu membawa tubuh sang Istri masuk ke dalam, tidak peduli dengan tatapan Catherine.
Catherine melihat pada para pelayan."Kalian dengar, jangan ada yang menganggu Tuan Muda kalian. Kalau ada yang perlu ditanyakan, tanyakan saja padaku."
"Baik, Nyonya besar."
Catherine tersenyum puas, ia sangat tidak sabar memiliki cucu."Aku tidak boleh mengganggu mereka, lebih baik aku tidur."
Mansion Mizuruky...
Sinya termenung sendiri di balkon di depan kamarnya, belum ada semalam Istri pertamanya pergi, ia sudah merasa sangat kesepian.
Ia pun teringat pada Maulana, ia sampai sekarang tidak yakin kalau Maulana adalah anak kandungnya, tapi tidak mau juga kalau sampai mafia Jerman datang dan mengambil anak pertamanya itu.
"Bagaimana kalau Carlos Santana ke sini? Aku sangat tidak rela anak yang ku besarkan dengan tangan ku sendiri diambil, apalagi Ivan pernah pergi ke Jerman. Aku takut kalau Santana mengenali Ivan sebagai anaknya."
Udara malam semakin dingin, bulan semakin bersinar seakan menertawakan apa yang terjadi pada Sinya.
Pria tua itu terlihat begitu gelisah, sudah terlanjur sayang pada Ivan dan tidak ingin perduli lagi siapa sebenarnya anaknya itu.
Baginya kehidupan sekarang sudah sangat membuat dirinya bahagia, besok dirinya harus pergi menemui sang buah hati dan memintanya untuk tidak percaya apapun pada ucapan Carlos Santana andaikan pria itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Terbaik 2
RomansaDipaksa menikah dengan seorang rentenir ternyata Fira justru mendapat anak dari si Rentenir.Sosok pria yang lembut pada dirinya namun sangat dingin pada orang lain, awalnya Fira berpikir kalau Suaminya itu juga sama kejam seperti mertua tapi ternyat...