"Paman, nanti kalau masakan ku tidak enak, Paman jangan marah ya?" Fira memiringkan kepala mengintip ekspresi sang Suami, ia berjalan sambil menggandeng manja lengan pria 30 tahun tersebut.
Maulana hanya tersenyum setiap kali gadis itu bicara, sudah mulai dari keluar kamar hanya itu yang dikatakan, mana mungkin dirinya akan marah hanya karena rasa makanan tidak sesuai selera.
Ting ...
Lift terbuka, mereka berdua masuk ke dalam lift dan membiarkan pintu lift kembali tertutup.
Jantung berdebar, tangan berkeringat karena gugup. Di Mansion Mizuruky semua makanan dimasak oleh koki profesional tidak ada satupun makanan tidak enak, sekarang dirinya mau masak, entah Suaminya akan menyukai masakannya atau tidak.
Ting ...
Lif kembali terbuka, mereka tiba di lantai satu, berkali-kali Fira menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan.
"Sayang, kamu gugup?" tanya Maulana heran.
"Tidak kok, siapa juga yang gugup." Fira mengelak, bahkan memalingkan muka menutupi perasaan gugup.
Maulana meriah tangan sang Istri lalu menggenggamnya lembut."Istri ku, jangan gugup. Seperti apapun masakan yang kau buat, aku akan tetap memakannya. Bagiku ... Kamu sudah bersedia membuat masakan untuk ku saja, aku sudah sangat senang."
Fira kembali menoleh pada sang Suami, tertegun mendengar ucapan pria itu."Benarkah? Tapi bagaimana kalau ternyata masakanku tidak enak? Atau terlalu sederhana."
"Kamu hanya memasak untuk Suamimu saja, bukan untuk seorang Presiden. Tidak perlu segugup itu, aku yakin masakan mu yang terbaik." Maulana tersenyum lembut, tidak ingin melihat sang Istri terlihat gugup hanya untuk membuat sebuah makanan.
Fira mengangguk."Baiklah, aku akan membuatkan nasih goreng campur telur untuk Paman. Aku bisanya hanya membuat itu."
"Ya, apapun asal buatan Istri tercinta, aku tidak keberatan." Maulana menggandeng tangan sang Istri, membawanya ke dapur agar gadis itu bisa masak.
Di dapur, Fira terdiam melihat semua peralatan masak kotor bahkan berantakan, ia tidak percaya rumah orang kaya seperti ini.
Maulana menghela nafas, ia mengambil ponsel lalu menghubungi kepala pelayan."Kau datang ke dapur! Bawa semua pelayan ke sini, bereskan semua!"
Fira terkejut mendengar bentakan sang Suami, pria itu terdengar sangat murka, ia menoleh ke belakang.
Maulana tersenyum lembut melihat sang Istri memandang dirinya dengan ekspresi terkejut."Tunggu sebentar, Sayang. Mereka akan segera datang."
Ia sengaja memanggil pelayan pribadi karena pelayan umum diliburkan oleh Nadia.
Fira membalikkan tubuh berjalan mendekati sang Suami."Paman, kenapa Paman tadi terlihat marah? Aku tidak pernah melihat Paman marah padaku."
Maulana meraih pinggang sang Istri, menariknya mendekat padanya."Istri ku, kenapa aku harus marah padamu? Seorang Istri itu harus diperlakukan dengan baik, kalau tidak salah, kenapa harus dimarahi?"
Fira mengangguk, ia berusaha melepaskan pelukan sang Suami."Pagi-pagi jangan mesum lagi, aku sudah lelah."
Maulana terkekeh, tak lama kemudian beberapa payan datang, mereka terdiri dari pria dan wanita serta memakai seragam pelayan bertanda khusus.
"Tuan." Kepala pelayan memberikan hormat pada Maulana.
Maulana melepaskan pelukannya pada sang Istri, lalu menatap kepala pelayan tersebut.
"Rapikan semua ini! Hari ini Istri ku akan masak."
"Baik, Tuan."
Fira memperhatikan seragam pelayan tersebut, tidak seperti pelayan pada umumnya, mereka terlihat sangat rapi dan memakai pin di dada kiri.
"Istri ku, jangan melihat mereka seperti itu. Lihat saja aku." Maulana meraih wajah sang Istri lalu menghadapkan wajah cantik itu padanya.
Fira sangat kesal, ia mengambil tangan sang Suami lalu melepaskan tangan itu dari wajahnya."Ih, aku mau lihat saja nggak boleh."
Maulana tersenyum lalu memegang bahu sang Istri, sedikit merendahkan wajah menatap sang Istri dalam."Sayang, semua yang ada padamu adalah milikku. Aku tidak ingin milikku dilihat atau melihat orang lain, aku akan menjaga milikku itu."
Fira tidak peduli ucapan sang Suami, ia menghempaskan tangan tersebut lalu membalikkan tubuh melihat para pelayan telah selesai merapikan dapur.
"Wah..." Gadis itu tercengang melihat dapur dalam sekejap bersih tanpa noda, rupanya 10 orang itu membersihan dalam sekejap.
"Sekarang dapur ini mirip seperti dapur orang kaya."
Para pelayan itu saling berpandangan, mereka yakin tidak salah lihat, meski kotor dan berantakan tadi juga tetap seperti dapur orang kaya.
"Baiklah, aku akan buatkan Paman nasi goreng." Fira segera memakai celemek, Maulana mengangguk lalu berjalan ke meja makan untuk menunggu hidangan siap disajikan.
Para pelayan masih tetap berdiri dengan rapi memperhatikan Istri majikannya itu, sementara itu Fira merasa risih karena diperhatikan, ia menoleh dengan tatapan aneh.
"Kenapa memperhatikan ku?"
Mereka tidak tahu harus berkata apa, ini adalah keprofesionalan mereka dalam bekerja.
"Kalian bisa pergi, nanti kembali lagi untuk membereskan," kata Maulana melihat situasi canggung.
"Baik, Tuan."
Para pelayan itu meninggalkan Fira bersama Maulana berduaan.
"Paman, kenapa tadi mereka memperhatikan ku?" tanya Fira sambil menoleh sejenak pada sang Suami.
"Mereka tidak memperhatikan mu, mereka hanya berdiri untuk memastikan kamu baik-baik saja," jelas Maulana sambil membuka sebuah majalah bisnis.
Fira mengangguk, ia mulai mengambil telur, daun bawang dan yang lain.
Gadis itu mulai membuat nasi goreng campur telur, setelah semua matang disajikan pada dua piring tak lupa dengan irisan timun dan terong.
Tak...
Tak ...
Fira menaruh dua piring nasi goreng di atas meja."Paman, aku hanya bisa masak seperti ini."
Maulana menutup majalah bisnis lalu menaruh di atas meja, ia mengalihkan perhatian pada nasi goreng buatan sang Istri.
"Terimakasih, Sayang. Kelihatan sang enak."
"Apakah Paman tidak pernah makan seperti ini?" tanya Fira melihat betapa lahap sang Suami saat makan nasi goreng buatannya.
"Nasi goreng? Tentu saja sering, tapi tidak ada yang seenak nasi goreng buatan Istri tercinta," balas Maulana menoleh pada sang Istri dengan senyum.
"Benarkah?" Fira sangat senang mendengar ucapan sang Suami, ia tidak tahu kalau pria itu tidak jujur hanya untuk membuat dirinya bahagia.
Fira mulai menyendok nasi goreng buatannya, ia mengangguk puas dengan masakannya.
"Iya, aku tidak percaya kalau aku bisa membuat makanan. Ini pertama kali aku masak."
Maulana tertegun, lagi-lagi sang Istri memberikan kejutan untuk dirinya, banyak sekali yang tidak mampu dilakukan gadis itu tapi baginya itu tidak masalah.
"Terimakasih, Sayang. Kamu memang Istri terbaik, aku semakin mencintaimu."
"Hehehe..." Fira tersenyum bangga.
"Paman..."
"Ya." Maulana menyudahi makannya lalu mengalihkan perhatian pada sang Istri.
"Kan Paman sudah selesai makan, perut Paman juga tidak sakit, apakah Paman jadi mengajakku jalan-jalan?" tanya Fira penuh harap.
"Tentu saja, Sayang. Setelah makanya selesai, kita berangkat. Semua peraturan mu, akan dipenuhi," balas Maulana.
Fira sangat senang, ia segera menyelesaikan makanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Terbaik 2
RomantizmDipaksa menikah dengan seorang rentenir ternyata Fira justru mendapat anak dari si Rentenir.Sosok pria yang lembut pada dirinya namun sangat dingin pada orang lain, awalnya Fira berpikir kalau Suaminya itu juga sama kejam seperti mertua tapi ternyat...