Setelah sholat magrib, Fira duduk di Gazebo menunggu sang Suami, meski tidak ada yang memperlakukan dirinya dengan buruk namun hatinya hanya akan terasa nyaman saat melihat sosok pria itu.
Farhan setia memperhatikan Fira, ia bersama Antonio dan Andrian bermain catur di teras depan sambil memperhatikan gadis itu.
"Kenapa Fira tidak masuk?" Andrian memandang heran gadis itu.
"Nunggu Kak Ivan lah, di rumah ini yang begitu sabar dengan sikap manja Kak Fira hanya Kak Ivan dan Ibu pertama. Yang lain sebenarnya malas, tapi mereka diam untuk menghormati Kak Ivan." Farhan menjelaskan sambil menjalankan permainan catur.
Andrian memandang tidak percaya pada ucapan Farhan, seingatnya dulu Fira sangat berani dan mandiri, mana mungkin akan bersikap manja.
"Kenapa? Sepertinya kau tidak percaya?" Farhan mengangkat pandangan menatap Andrian curiga.
Andrian mengalihkan perhatian pada Farhan."Iya, Fira itu bukan cewek manja. Dia itu sangat kuat dan mandiri, setiap hari demi mendapatkan perhatian ku, dia membawakan makanan untuk ku. Meski aku sering menolaknya, sekarang aku menyesal."
Antonio mengangguk -anggukkan kepala."Fira manja pada Pak Ivan karena merasa Pak Ivan itu sayang padanya. Wanita kalau merasa dicintai ya seperti itu, dia akan menunjukkan karakter aslinya yang manja."
"Kalau saja dulu aku bisa memahami Fira, mungkin sekarang aku dan Fira akan menjadi sepasang kekasih." Andrian sungguh menyesali semua keputusannya, meski sekarang pacaran dengan Zayda, namun itu karena orang tua Zayda boss dari Ayahnya.
Tak lama kemudian, mobil Mercedez milik Maulana muncul dari balik pintu gerbang.
Fira sangat senang, ia bangkit dari tempat duduknya lalu berlari menghampiri mobil sang Suami.
Maulana menghentikan mobil di depan teras, memberikan kunci mobil pada pengawalnya lalu berjalan menyambut sang Istri.
Maulana merentangkan kedua tangan menyambut gadis tercintanya, Fira menghambur ke dalam pelukan sang Suami, Maulana membalas pelukan Istrinya.
"Sayang, apakah kamu di sini menunggu Mas pulang?"
Fira mengangguk dalam pelukan sang Suami."Di rumah ini, aku hanya merasa nyaman saat Mas ada di rumah."
"Begitu ya?" Maulana melepaskan pelukannya pada sang Istri, menundukkan kepala mendekatkan pada wajah gadis itu lalu mencium pipinya.
"Ayo kita masuk, Farhan dimana?"
"Di teras maim catur sama Antonio dan Kak Andrian." Fira membalas pandangan sang Suami.
Maulana mengangguk, ia merangkul pinggang sang Istri membawanya masuk ke dalam rumah.
Di teras, Antonio, Farhan dan Andrian menatap sepasang Suami Istri itu cemburu.
Mereka seperti berada dalam dunia lain karena kemesraan dan keromantisan pasangan itu.
"Farhan, terimakasih sudah menjaga Kakak Iparmu." Maulana menatap Adiknya.
"Iya, Kak. Karena Kak Ivan sudah pulang." Farhan bangkit dari tempat duduknya.
"Aku mau keluar, aku bawa mobil Kakak yang di garasi."
" Bawa saja yang kau suka." Maulana melangkahkan kaki meninggalkan Farhan bersama kedua muridnya.
Antonio dan Andrian mengalihkan perhatian pada Farhan."Mau kencan?" tanya Antonio.
"Tidak, aku mau balapan mobil sport. Mobil Kak Ivan itu banyak, aku pakai satu juga tidak akan apa-apa," jawab Farhan.
"Ikut," kata Antonio dan Andrian bersamaan.
Farhan mengangguk, mereka bertiga meninggalkan teras rumah.
Nita duduk di kamar pengantin, rasanya sangat tidak ingin kalau malam ini tidur bersama Suami tuanya, ia justru ingin pergi ke kamar Maulana dan bersama pria itu.
Tak lama kemudian, Sinya datang dengan senyum manis.
"Sayangku..."
Nita menelan ludah sendiri, memaksakan bibir untuk tersenyum, jauh dalam hati rasanya ingin muntah.
Perlahan Sinya melangkahkan kaki mendekati sang Istri, duduk di samping gadis itu lalu mengulurkan tangan meraih wajah muda Nita.
"Sayang, kamu cantik dan masih muda. Rasanya aku tidak sabar untuk memakan mu, tapi sekarang kita harus turun dan berkumpul bersama keluarga."
Tangan Nita tadi berkeringat dingin, namun setelah mendengar akan berkumpul bersama keluarga, artinya akan bertemu dengan Maulana, gadis itu merasa bahagia.
"Ayo, Mas."
Nita segera melepaskan gaun pengantin bahkan tidak peduli lagi kalau Sinya masih berada di dalam kamar.
Sinya menelan ludah melihat tubuh mulus Istri mudanya, namun harus ditahan karena yang lain sudah menunggu.
Nita segera menghampiri Sinya setelah berganti dengan gaun biru tanpa lengan serta menunjukkan kulit punggung putihnya.
"Ayo, Mas."
Sinya mengangguk, ia pun bangkit dari tempat duduknya lalu meraih tangan sang Istri, membawa gadis itu ke ruang keluarga.
Di ruang keluarga semua keluarga besar telah berkumpul, Nita tercengang melihat banyak orang di ruang keluarga dengan berbagai macam penampilan dan jenis kelamin.
"Sayang, mereka semua adalah anak-anak ku. Mereka juga akan menjadi anak-anak mu." Sinya menjelaskan sambil membawa Istri barunya berjalan ke tengah -tengah mereka.
Nita tersenyum kaku, terlihat sekali ekspresi enggan di pancaran mata gadis itu.
Netra kecoklatan Nita mencari keberadaan Maulana, namun tidak menemukan sosok pria tampan bermata safir tersebut.
"Mas, Ivan dimana?"
Nita bertanya tanpa menoleh pada Sinya.
"Kak Ivan pasti di kamar bersama Istrinya," jawab seorang gadis cantik memakai rok mini putih.
Nita memandang gadis itu tidak suka, tatapan mata gadis itu pun terlihat menghina saat melihatnya.
"Ayah, kenapa Ayah harus menikahi gadis kampung ini? Sudah jelek, miskin. Jelas sekali tidak mencintai Ayah." Gadis memakai rok mini putih itu kembali bicara.
"Nindi, jangan bicara seperti itu. Mulai sekarang Nita adalah Ibu kalian juga, perlakukan dia dengan baik." Sinya memberikan teguran pada Nindi, anak dari dirinya dan Sintia.
"Sudalah." Nindi bangkit dari tempat duduknya.
"Aku mau menemui Kak Ivan saja, sudah lama tidak jalan sama Kak Ivan."
Nindi melangkahkan kaki meninggalkan Sinya dan yang lain tanpa peduli dengan teriakan suara Sinya memanggil namanya.
Sementara itu...
Maulana melepaskan jubah putih miliknya berganti dengan kaos putih lengan pendek, ia berjalan mendekati sang Istri yang duduk di tepi ranjang.
"Sayang."
Fira menyandarkan kepala di dada sang Suami, bermanja dan menikmati kenyamanan dari pria itu.
"Mas, tadi Farhan cerita sesuatu tentang masalalu Mas."
Jantung Maulana terasa seperti melompat keluar, ia takut kalau Istrinya akan marah dan menganggap dirinya seorang penjahat.
"Katanya dulu Mas pernah difitnah."
Alis Maulana berkerut, ia tersenyum menyadari arah pembicaraan sang Istri bukan pada masa dimana dirinya menjadi seorang mafia.
"Fitnah tentang apa?"
"Dulu katanya Mas pernah difitnah oleh sepasangan Suami dan Istri bernama Irwan dan Chelsea." Fira mengangkat pandangan menatap sang Suami.
Maulana tersenyum lega, namun kenapa Farhan justru menceritakan tentang dua manusia yang sangat tidak ingin diingat itu?
"Siapa mereka, Mas?"
Fira menatap sang Suami penasaran, ia berharap kalau sang Suami akan menceritakan tentang masalalu saat pria itu difitnah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Terbaik 2
RomanceDipaksa menikah dengan seorang rentenir ternyata Fira justru mendapat anak dari si Rentenir.Sosok pria yang lembut pada dirinya namun sangat dingin pada orang lain, awalnya Fira berpikir kalau Suaminya itu juga sama kejam seperti mertua tapi ternyat...