Episode 19

37 20 4
                                    

Hari Minggu adalah hari yang paling dinanti setiap orang, meluangkan waktu bersama keluarga begitu juga dengan gadis cantik 18 tahun yang kini duduk di depan meja rias.

Fira tidak sabar menunggu sang Suami keluar dari kamar mandi, pagi-pagi pria itu sudah sakit perut dan pamit ke kamar mandi.

Tak lama kemudian sang Suami keluar dengan wajah pucat, berjalan lemas menghampiri sang Istri.

Fira menoleh pada sang Suami dengan tatapan mata khawatir, ia bangkit dari tempat duduknya lalu menyentuh paras tampan pria 30 tahun tersebut.

"Paman, Paman kenapa? Kok wajahnya pucat sekali?"

Maulana menggelengkan kepala."Tidak apa, ini sudah biasa, nanti juga hilang sendiri."

"Kalau Paman sakit lebih baik tidak usah pergi saja, aku tidak ingin Paman makin sakit." Fira meraih tangan sang Suami, menuntunnya ke atas tempat tidur.

"Paman istirahat saja."

Maulana memandang sang Istri penuh penyesalan."Sayang, bukankah kamu sangat ingin jalan-jalan?"

"Iya, tapi aku juga tidak mau kalau Paman sakit." Fira ikut duduk di samping sang Suami.

"Apakah Paman punya penyakit kangker hati?"

Hampir saja Maulana tersedak mendengar pertanyaan sang Istri."Istri ku, orang sakit perut itu belum tentu sakit kangker hati. Kenapa doa mu jelek sekali?"

"Siapa juga yang doa jelek? Aku hanya takut saja." Fira mengelak, rasanya malu sendiri dengan pikirannya.

Maulana meraih tangan sang Istri lalu menggenggamnya lembut."Suami mu ini baik-baik saja, kamu jangan khawatir. Nanti juga baikan sendiri."

"Paman serius tidak butuh ke dokter?" tanya Fira sangsi.

Maulana mengangguk, meski ia tidak tahu kenapa beberapa hari ini sering sakit perut.

Fira mengangguk, ia berjalan ke sisi ranjang lalu naik ke atas tempat tidur."Paman, apakah aku harus membersihkan rumah? Mencuci baju dan masak?"

Maulana mengerutkan kening mendengar pertanyaan sang Istri."Kenapa kamu harus melakukan itu, Sayang?"

"Aku adalah seorang Istri, aku memilih kewajiban patuh pada Suami. Aku juga harus mengurus rumah tangga, termasuk membersihkan rumah." Fira duduk sambil memeluk lutut di atas tempat tidur di samping tubuh sang Suami.

"Dalam Alquran, Surat An Nisa ayat 34, Allah SWT berfirman:

فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ

Artinya: Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya)
tidak ada karena Allah telah menjaga mereka.

Allah SWT berfirman:

نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ مُّلٰقُوْهُۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah ahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. Surat Al Baqarah ayat 223. Masih banyak lagi tentang kewajiban seorang Istri terhadap Suami, tapi kenapa aku tidak pernah membaca kewajiban tentang membersihkan rumah dan mencuci baju atau memasak? Menurut ku semua itu adalah bentuk kebaikan dari seorang Istri." Maulana membacakan ayat Alquran di hadapan sang Suami.

Fira mengangkat kepala sejenak lalu menoleh pada sang Suami."Tapi aku pernah membaca artikel bahwa kewajiban seorang Istri adalah memastikan rumah bersih dan gizi seimbang bagi keluarga."

Maulana tersenyum lalu menoleh pada sang Istri."Memastikan gizi seimbang dan rumah bersih bukan harus memasak ataupun membersihkan rumah kan, Sayang? Memastikan gizi seimbang kalau misal penghasilan Suamimu hanya 20 ribu perhari, apakah bisa?"

Fira menatap sang Suami penuh tanda tanya, ia tidak pernah belanja kebutuhan dapur, saat belum menikah dirinya menikmati kehidupan layaknya remaja, semua keperluan yang mengurus adalah Ayah dan Ibunya.

"Tidak cukup, Istriku. Harga beras satu kilo berapa? Satu ikat kangkung berapa, tempe tahu berapa? Itu paling sederhana. Memastikan gizi seimbang menurut ku bukan tugas seorang Istri melainkan tugas Suami, karena Istri tidak diwajibkan bekerja mencari nafkah, kecuali penghasilan seorang Suami mencukupi untuk memberikan gizi seimbang."Maulana kembali menjelaskan sedangkan Fira semakin heran dengan pemikiran sang Suami, pria itu begitu mendetail memikirkan rumah tangga hingga kebutuhan dapur.

"Paman, apakah Paman pernah hidup miskin?" Fira bertanya dengan heran.

"Alhamdulillah tidak, Suamimu ini belum pernah hidup miskin. Hidup serba kecukupan meski sehari kadang makan sekali," jelas Maulana dengan senyum simpul.

Fira mengerutkan kening."Makan sehari sekali itu termasuk cukup? Aku meski dibilang miskin juga makan sehari tiga kali."

"Astaghfirullahal adzim." Maulana memejamkan mata rapat merasakan nyeri semakin tajam pada perutnya, ia bahkan menekuk satu kaki dengan harapan rasa sakit akan mereda.

"Paman, perut Paman semakin sakit?" tanya Fira khawatir.

Maulana membuka mata perlahan, ia memaksakan diri untuk tersenyum."Sepertinya begitu, mungkin aku salah makan."

Alis Fira hampir menyatu mendengar ucapan sang Suami."Paman, ini masih pukul 6 pagi, kita bahkan belum sarapan. Bagaimana bisa Paman salah makan?"


"Entahlah, Sayang. Sayang, aku tidur dulu." Maulana pamit pada sang Istri.

Fira mengangguk, ada perasaan takut akan kehilangan sang Suami, perlahan ia merubah posisi duduknya.

Gadis itu merebahkan diri di samping tubuh sang Suami, menggerakkan tangan menyentuh perut pria itu."Bagian mana yang sakit?"

Maulana kembali membuka mata menoleh pada sang Istri."Kenapa?"

"Paman, jangan sakit-sakit. Aku takut kalau Paman sakit tidak ada yang menjagaku dan melindungi ku." Fira merapatkan kepala pada sang Suami.

Maulana tersenyum tipis."Sayang, aku tidak sakit serius. Setelah istirahat akan baik-baik saja, kamu lakukan saja apa yang menyenangkan asal jangan keluar rumah."

Fira menggerakkan tangan memeluk tubuh pria itu meski tangannya tidak mampu membungkus tubuh sang Suami, bahkan tidak mampu melingkari dengan utuh pinggang pria itu.

"Aku tidak akan kemana-mana, aku ikut tidur saja."

Maulana tersenyum senang."Aku bersyukur memiliki Istri pengertian seperti mu."

"Kenapa? Aku bahkan baru bersama Paman tiga hari. Seperti wanita murahan langsung lengket seperti ini kan?" Fira merasa dirinya tidak punya harga diri karena baru menikah sudah bersikap sangat manja bahkan tidak teguh pendirian.

Maulana merubah posisi tidur menjadi miring menghadap sang Istri, perlahan menggerakkan tangan menyentuh wajah cantik itu."Apa yang kamu katakan? Tidak ada ceritanya seorang Istri dikatakan sebagai wanita murahan hanya karena menyentuh Suaminya. Memangnya kenapa kalau kita baru menikah 3 hari kamu sudah sangat lengket seperti ini?"

"Kita baru menikah 3 hari, aku sudah seperti ini. Padahal baru kemarin aku bilang tidak cinta tapi sekarang melihat Paman sakit saja aku sudah takut, aku bahkan memeluk Paman tanpa malu," kata Fira sambil menyembunyikan wajah di dada sang Suami.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang