Episode 69

10 2 0
                                    

Mansion Mizuruky

Suasana Mansion Mizuruky terlihat sangat ramai, dekorasi pelaminan telah siap di taman belakang, Sinya dan Nita telah siap di atas gazebo sebelum melaksanakan ijab qobul.

Andrian dan Antonio diberikan baju oleh Maulana agar bisa berganti dengan baju formal, seperti tamu undangan yang lain.

Maulana dan Fira duduk di salah satu kursi khusus untuk keluarga sedangkan Antonio dan Rangga duduk di kursi tamu, menikmati hidangan yang ada.

"Ternyata Pak Ivan itu Ayahnya seorang Miliarder," celetuk Andrian sambil menikmati hidangan.

"Bukan kok, Ayahnya Pak Ivan itu pria tukang kawin dan seorang rentenir. Pak Ivan itu seorang Miliarder, pemilik perusahaan Mizuruky. Perusahaan Mizuruky itu bertaraf Multinasional, aku pikir awalnya itu perusahaan Ayahku." Antonio menyesal sendiri mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.

Andrian kembali mengalihkan perhatian pada Maulana, pria itu memakai jubah putih syal merah dan sorban hijau di atas kepala.

Bukan seperti pengusaha justru seperti seorang Habib, sedangkan yang lain memakai jas rapi, tapi pria itu sama sekali tidak peduli dengan penampilannya yang berbeda sendiri.

"Pak Ivan itu orang Arab?"

"Mana ada, Pak Ivan itu seperti orang Jerman tapi kulitnya seperti orang Arab. Coba cari silsilah keluarga Pak Ivan," jawab Antonio juga heran.

"Tapi kenapa penampilannya seperti orang Arab?" Andrian tidak mengerti dengan cara Maulana berpakaian, jelas-jelas seorang pengusaha tapi bajunya seperti orang Arab.

" Itu terserah Pak Ivan, kamu tanya saja nanti sama Pak Ivan. Tapi selama tidak hanya memakai celana dalaman saja, aku rasa Pak Ivan akan tetap percaya diri. Ya ... Meski tampil beda." Antonio terkekeh sendiri melihat penampilan Maulana, pria 30 tahun itu memang selalu seenak hati masalah penampilan.

Ijab qobul antara Sinya dan Nita telah usai, setelah itu Nita bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah Maulana dan Fira.

Gadis itu masih mengenakan baju pengantin, ia berdiri di depan Maulana dengan senyum manis.

"Apakah aku cantik?"

Maulana mengalihkan perhatian ke arah lain, ia bukan tipe pria yang suka memuji wanita selain Istrinya.

Melihat Nita diacuhkan oleh sang Suami, Fira merasa kasihan, ia pun bangkit dari tempat duduknya lalu meraih kedua tangan Nita dan menggenggam lembut."Kamu sangat cantik, Nit. Selamat ya, sekarang kamu jadi Istri."

Nita mengangguk, namun dalam hati tidak suka karena bukan ucapan dari Fira yang diingkan melainkan dari Maulana.

Maulana bangkit dari tempat duduknya meraih pinggang sang Istri."Sayang, ayo bergabung dengan Antonio dan Andrian juga Farhan. Biarkan Ayah dan Mama Nita berduaan."

Sengaja memanggil dengan sebutan Mama, agar Nita sadar bahwa Maulana itu anak tirinya.

Ada perasaan tidak suka dalam diri Nita dipanggil Mama."Apakah tidak bisa panggil aku dengan sebutan Nita saja?"

Maulana mengalihkan perhatian pada Nita, menatap gadis itu dingin."Tidak, sebagai seorang Anak, aku harus menghormati Ayahku, itu artinya aku pun harus menghormati mu sebagai Ibu tiri ku."

Tidak jauh dari mereka Nadia memperhatikan bagaimana Nita mencoba mendekati Maulana, ia pun tidak suka.

Nadia berjalan menghampiri mereka, berdiri di samping Maulana menatap Nita galak.

"Kamu orang baru! Ingat ya! Jangan buat masalah! Apalagi mencoba mendekati Anak saya!"

Maulana dan Fira melirik Nadia malas, jelas sekali wanita 30 tahun itu hanya cari muka, karena biasanya juga Nadia yang menggoda Maulana.

Sepasang Suami Istri itu memutar tubuh meninggalkan Nadia dan Nita, membiarkan mereka meributkan hal yang tidak penting.

Sedangkan Farhan, Andrian dan Antonio memperhatikan pertengkaran antara Nadia dan Nita, mereka seperti Istri yang memperebutkan perhatian Suami.

Maulana membawa sang Istri duduk di bangku Andrian dan Antonio juga Farhan, menurutnya di sana gadis itu jauh lebih aman.

"Farhan, tolong jaga Kakak Iparmu dulu. Kakak ada perlu sebentar, jangan biarkan kedua Istri Ayah itu membuat keributan dengan Kakak Iparmu."

Farhan mendongakkan kepala ke arah Maulana."Ok, tapi nanti malam pinjam mobil Lamborghini Kak Ivan, ya?"

Maulana mengangguk."Bawa saja."

Maulana berganti mengalihkan perhatian pada sang Istri."Sayang, Mas keluar dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telpon Mas."

"Mas mau kemana?" Gadis itu meraih tangan sang Suami, rasanya tidak ingin ditinggal.

"Mas dan Paman Fransis ada urusan, tidak lama, Istri ku. Nanti sebelum Isya, Mas sudah kembali." Maulana menjelaskan pada Fira.

Fira mengangguk meski tak rela, setelah itu Maulana meninggalkan Fira bersama Farhan dan yang lain.

Vila Mars

Fransis bersama anak buahnya yang berjumlah 200 orang dari berbagai negara, begitu juga Sui Kazami pria asal Jepang juga membawa 200 orang anak buah dari berbagai negara.

Mereka berdiri di depan anak buahnya masing-masing sambil menatap Grands berserta anak buahnya yang hanya berjumlah 10 orang.

"Kau jauh-jauh dari Jerman ke Indonesia hanya untuk membawa Saudara kami?" Sui menatap Grands dan anak buahnya dingin, ia berbicara menggunakan bahasa Jerman.

"Aku dan Sui tidak izinkan itu, meski sekarang John sudah memeluk agama Islam, tapi dia tetap saudara kami." Fransis menambahkan ucapan Sui.

Tak lama kemudian Maulana datang sendiri tanpa seorang pun mengawal, ia turun dari mobil memperhatikan suasana ramai Villa Mars.

"Apa yang terjadi? Kenapa begitu banyak mobil di sini?"

Maulana melangkahkan kaki masuk ke dalam villa tersebut, terlihat di ruang utama tiga pimpinan Mafia berkumpul, mereka membawa anak buahnya masing-masing.

"Kenapa kalian berkumpul di sini?"

Sui dan Fransis beserta anak buahnya mengalihkan perhatian pada Maulana."Lama sekali kamu datang!"

Sui berjalan mendekati Maulana, lalu merangkul bahu pria itu. Seperti biasa, Maulana sangat risih ketika ada seorang pria menyentuh tubuhnya, ia pun menghempaskan tangan Sui.

"Kenapa kau kemari?" Maulana menatap Sui heran.

"Tanya saja pada si blonde." Sui menunjuk Fransis dengan pandangan matanya.

Maulana berjalan mendekati Fransis, pria itu berdiri di depan anak buahnya."Kenapa kau mengumpulkan mereka?"

Pria itu memperhatikan satu persatu anak buah Fransis dan Sui, terlihat mereka juga ada yang orang lokal.

"Aku dengar Santana ingin membawa mu paksa ke Jerman, aku telpon Sui. Kita sepakat untuk selalu bersama dan saling melindungi dalam hal kebaikan, kau sudah hijrah jadi kami tidak akan membiarkan mu melanggar perintah agamamu." Fransis menjelaskan alasannya pada Maulana.

Sui berjalan mendekati Maulana."Itu benar, aku sering dengar bahwa dalam agamamu membunuh tanpa alasan itu dilarang oleh Tuhanmu, jadi kami tidak akan membiarkan mu dihukum oleh Tuhan mu."

Maulana tersenyum tipis, mereka bertiga telah bersahabat sejak lama, berjanji untuk saling melindungi dan menjaga.

Maulana tidak menyangka, Sui dan Fransis masih ingat itu semua. Dirinya sungguh terharu

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang