Episode 45

11 1 0
                                    

Setelah melepaskan semua kain luar yang menempel pada tubuhnya, ia tidak kembali menemui Nita melainkan tengkurap di atas tempat tidur sambil bermain ponsel.

Fira tidak suka memakai busana muslim, namun sang Suami melarang untuk memakai baju terbuka saat di luar, sebagai seorang Istri dirinya manut saja.

Tak lama kemudian pintu kamar dibuka dari luar, Fira menoleh sejenak pada pintu, terlihat sang Suami telah kembali.

Maulana memutar tubuh setelah menutup pintu kamar, pandangan matanya beralih pada sang Istri, gadis itu paling suka di dalam kamar hanya memakai bikini saat di dalam kamar.

Maulana berjalan santai menuju tempat tidur, ia duduk di tepi ranjang memperhatikan Istrinya.

Maulana penasaran kenapa Istrinya suka main ponsel, ia memiringkan kepalanya melihat apa yang sedang dilakukan sang Istri dengan ponselnya.

Fira menoleh sejenak pada Maulana, ia langsung memutar arah ponsel menunjukkan pada sang Suami."Kalau Mas juga ingin nonton tidak perlu mengintip seperti itu, ini aku kasih tunjuk."

Dalam pandangan Maulana, tontonan gadis itu sangat tidak menarik, ia tidak suka Derama China seperti apapun bentuk dan jenisnya, dirinya lebih suka nonton berita atau ceramah agama.

Maulana kembali menarik kepalanya, sedikit menggeser tubuh agar lebih ke  tengah, lalu menaikkan kedua kaki ke atas tempat tidur kemudian menyandarkan punggung pada dipan.

Melihat ekspresi sang Suami nampak tidak tertarik dengan Dracin kesukaannya, ia kembali melanjutkan menonton.

"Sayang."

"Hm."

"Apakah kamu tidak penasaran alasan Nita ingin menikah dengan Ayah?"

Fira menaikkan pandangan menatap sang Suami."Tidak, aku tidak peduli apapun alasannya. Bagiku selama yang dinikahi bukan Mas, itu bukan masalah."

Maulana tersenyum tipis, ia merubah posisi tubuhnya menjadi berbaring."Mas tidur siang dulu, nanti kamu bangunkan Mas kalau sudah masuk waktu Asar."

"Ya." Fira kembali menurunkan pandangan melihat dracin kesukaannya.

15 menit kemudian, Fira merasa lelah dengan posisi tubuh tengkurep. Ia pun bangkit dari posisi tidurnya lalu beringsrut mendekat ke arah Maulana, gadis itu kembali merebahkan tubuh dengan posisi terlentang dan menjadikan tubuh sang Suami sebagai bantalan kepal kemudian kembali melanjutkan menonton dracin.

Sementara itu, Sinya membuka pintu kamar antara dirinya bersama Nadia. Ia terkejut melihat Nadia menangis ketakutan, pria itu berjalan mendekati sang Istri lalu duduk di samping wanita  itu kemudian menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

"Mas, Ivan tega sekali menamparku. Kenapa mereka semua memusuhi ku, aku sudah menganggap Ivan sebagai anakku sendiri." Nadia jelas berdusta dan Sinya tahu itu, Putra pertamanya tidak akan pernah memukul orang tanpa alasan, namun dirinya juga tidak bisa menyalahkan Nadia karena wanita itu masih muda.

"Tenanglah, Sayang. Kenapa sebenarnya Ivan memukul mu?" Sinya membelai lembut punggung Nadia.

Nadia diam sejenak, mana mungkin dirinya akan jujur kalau ia sudah menjambak rambut Fira, nanti Sinya juga akan menyalahkan dirinya.

"Aku tidak tahu, tadi aku hanya berdiri di depan pintu sambil memegang sapu. Aku hanya ingin membantu Nina membersihkan lantai, tapi tiba-tiba saja Ivan datang dan langsung menamparku."

"Sayang, kamu suka sekali mengarang cerita. Mas tidak marah sama kamu meski kamu bohong, Mas itu tahu benar seperti apa Ivan. Tadi juga Mas sudah memberi pelajaran padanya, jadi kamu jangan marah lagi. Kamu juga jangan mengharapkan Ivan lagi." Sinya berusaha menenangkan Nadia, ia bukan tidak tahu kalau Nadia menyukai Ivan, tapi baginya tidak masalah selama Nadia tetap melayaninya di tempat tidur.

Nadia langsung menarik diri dari pelukan sang Suami, menatap pria itu kesal."Kenapa Mas belain Ivan? Di sini aku adalah korban, Mas!"

"Sayang, coba kamu katakan sejujurnya. Kenapa Ivan sampai menamparmu?" Sinya sangat tidak sabar melihat tubuh sang Istri, ingin rasanya dirinya memakan wanita itu.

"Aku tidak melakukan apapun kok." Nadia memalingkan muka, ia tidak ingin Sinya tahu yang sebenarnya.

Sinya tersenyum mengalah, tatapan laki-laki tua itu penuh hasrat terhadap Nadia, perlahan ia kembali mendekati wanita muda itu.

"Sayangku, baiklah nanti Mas kasih pelajaran lagi pada Ivan. Kamu jangan marah lagi sama, Mas. Kemarilah, Mas sudah sangat merindukanmu."

Nadia mendengus sebal."Dasar aki-aki mesum, giliran hubungan Suami Istri saja dia langsung semangat. Tapi giliran membela ku dia sangat lembek," batin Nadia kesal.

Nadi memalingkan muka menatap Sinya, bibir itu tersenyum manis."Boleh, tapi asal Mas bisa memenuhi permintaan ku."

"Iya, baiklah. Kamu katakan saja mau minta apa? Mas akan penuhi selama itu tidak berurusan dengan Ivan." Sinya sudah tidak sabar, tiang miliknya sudah berdiri sejak tadi.

Pandangan Nadia turun pada tiang milik sang Suami, dia tersenyum menggoda."Belikan aku perhiasan, aku mau kalung berlian seperti Fira. Dia baru masuk ke keluarga ini tapi Ivan sudah memberikan banyak sekali perhiasan."

Sinya bingung harus bagaimana, perhiasan yang dipakai Fira sebagian besar dari Mizuruky Corp, perhiasan paling bagus dan limited edition, harganya juga tidak murah. Ia yakin anaknya tidak akan mau memberikan satu perhiasan berlian dari Mizuruky Corp untuk Nadia secara cuma-cuma, beda kalau untuk Catherine, apapun akan diberikan.

"Kenapa? Mas tidak bisa?" Nadia menatap pria 60 tahun itu curiga.

"Bisa, nanti Mas coba bilang pada Ivan. Sekarang kita bercinta dulu." Sinya mengulurkan tangan meraih tubuh mungil sang Istri.

Di sisi lain...

Nita masih termenung di taman belakang, ia tidak ingin menikah dengan Sinya tapi kalau tidak menikah maka dirinya tidak akan bisa bertemu dengan Maulana setiap hari.

"Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa membayangkan malam pertama dengan aki-aki tua itu, tapi kalau aku tidak menikah dengannya, aku tidak akan bertemu dengan Suami impianku."

"Suami impian apa?"

Nita terkejut mendengar suara dengan remaja laki-laki, ia pun mencari asal suara itu.

Farhan mendengus melihat Nita kebingungan mencarinya, ia pun melompat turun dari salah satu dahan pohon lalu berjalan mendekati Nita.

Nita terkejut melihat Farhan, ternyata di taman belakang rumah ada seorang pria.

Reflek Nita bangkit dari tempat duduknya, menatap Farhan takut.

"Nggak usah takut gitu, kali. Aku juga bukan ingin memakan mu." Farhan menghentikan langkah kakinya di depan Nita, ia memasukkan sebelah tangan ke dalam saku celana.

"Kamu siapa? Calon Istri baru Papa ku?" Farhan memperhatikan Nita dari ujung rambut hingga ujung kaki, terlihat masih muda dan kismin.

Nita menatap Farhan tidak suka."Aku dipaksa ke sini, aku bukan sungguh ingin menikah dengan Papamu."

"Aku tahu kok, dulu Tante Nadia juga seperti mu saat pertama datang, tapi sekarang Tante Nadia sudah lengket sama Papa, meski sebenarnya paling juga hanya ingin dekat dengan Kak Ivan," balas Farhan dengan senyum miring.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang