Pada masa lampau, di sebuah kerajaan yang penuh dengan kemegahan dan kebijaksanaan, berdiri sebuah tempat suci bernama Akademi Ascham. Akademi ini awalnya didirikan dengan tujuan mulia: melatih dan mendidik para ksatria suci yang akan menjadi penjaga kerajaan, pelindung rakyat, dan penegak keadilan. Hanya mereka yang memiliki hati murni dan keberanian luar biasa yang diizinkan melangkahkan kaki di dalam gerbang Akademi Ascham.
Namun, seiring berjalannya waktu, angin perubahan mulai berhembus di seluruh negeri. Dunia semakin kompleks, dan kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan melampaui sekadar kemampuan bertarung. Para penguasa dan pemikir kerajaan menyadari bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan, diperlukan sumber daya manusia yang lebih beragam dan terampil di berbagai bidang.
Dengan visi baru, Akademi Ascham mulai membuka pintunya bagi semua orang, tanpa memandang asal-usul atau status sosial mereka. Bangsawan dan rakyat jelata kini berdiri sejajar di aula yang sama, belajar dan berlatih bersama. Akademi ini tidak lagi hanya menjadi tempat bagi para ksatria suci, tetapi juga pusat pendidikan bagi mereka yang bercita-cita tinggi dalam berbagai disiplin ilmu.
Pada tahun 1640A, akademi itu mulai ramai diminati oleh orang-orang yang menginginkan pendidikan tinggi. Namun, biaya pendidikannya tidak main-main. Bagi bangsawan, biaya memang mahal, tetapi bagi rakyat jelata, akademi memberikan kemudahan dengan menggratiskan biaya masuk. Sebagai gantinya, mereka harus membayar setidaknya 10 keping emas setiap bulannya.
Hana, salah satu murid terpopuler serta murid paling teladan di sana, menjadi contoh bagi para adik kelasnya. Dalam akademi yang berlangsung selama enam tahun, Hana berhasil meraih penghormatan hanya dalam waktu tiga tahun saja. Selain menjadi murid teladan, Hana juga menjabat sebagai ketua Komite Penegak, atau disebut juga dengan OSIS. Di Akademi Ascham, masuk menjadi anggota Komite Penegak dianggap sebagai jaminan masa depan yang cerah. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka yang tidak bergabung akan memiliki masa depan suram.
"Selamat pagi, Nona Hana..." ucap beberapa murid yang kebetulan lewat, sambil menunduk hormat.
"Selamat pagi..." balas Hana dengan ramah, juga menunduk hormat.
"Nona, ada laporan... beberapa waktu lalu ada seseorang yang terlihat memancarkan aura suci yang begitu kuat..." kata seorang gadis di samping Hana, dengan nada serius.
"Itu urusan orang kerajaan... kita hanya perlu waspada dan mengingatkan para siswa untuk berhati-hati jika orang ini bukan kawan..." jawab Hana dengan tenang, menunjukkan ketegasan dan kebijaksanaan yang membuatnya dihormati.
"Baik..." sahut gadis itu, menerima instruksi dengan patuh.
Hari itu, Akademi Ascham tampak lebih ramai dari biasanya. Para siswa berjalan dengan semangat menuju kelas mereka, sementara beberapa yang lain berkumpul di taman akademi, berdiskusi tentang pelajaran atau sekadar berbincang ringan. Kehidupan di akademi ini memang penuh warna, mencerminkan keragaman latar belakang para penghuninya.
Di aula utama, para guru berkumpul untuk mengadakan rapat rutin. Mereka membahas berbagai hal, mulai dari perkembangan kurikulum hingga masalah keamanan yang baru saja dilaporkan.
"Kita harus memastikan bahwa akademi tetap menjadi tempat yang aman dan kondusif untuk belajar," kata Profesor Alden, salah satu guru senior yang sangat dihormati.
"Benar sekali," timpal Profesor Marcia. "Laporan tentang aura suci yang kuat ini harus kita sikapi dengan serius. Kita perlu meningkatkan pengawasan tanpa membuat para siswa merasa terintimidasi."
Sementara itu, di salah satu sudut akademi, Hana sedang berjalan menuju ruang Komite Penegak. Di dalam ruangan yang luas dan megah itu, para anggota komite telah berkumpul, menunggu kedatangan ketua mereka.
"Selamat pagi semuanya," sapa Hana ketika memasuki ruangan.
"Selamat pagi, Nona Hana," jawab para anggota komite serentak.
"Kita punya banyak hal yang harus dibahas hari ini," kata Hana, mengambil tempat di depan ruangan. "Pertama, mari kita bahas tentang laporan aura suci yang dilihat beberapa waktu lalu. Apakah ada informasi tambahan yang kita miliki?"
Seorang anggota komite, Liam, mengangkat tangan dan berbicara. "Saya telah mengumpulkan beberapa informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Orang yang memancarkan aura suci itu tampaknya berasal dari luar kerajaan. Meskipun motifnya belum jelas, kita harus waspada."
"Bagus, Liam. Kita perlu memastikan bahwa semua siswa diberitahu untuk waspada tetapi tidak panik," kata Hana. "Selanjutnya, kita juga perlu memperketat pengawasan di sekitar akademi. Saya akan berbicara dengan kepala keamanan untuk memastikan hal ini."
Pertemuan berlangsung cukup lama, membahas berbagai topik penting lainnya, termasuk rencana kegiatan akademik dan pengembangan fasilitas. Setelah pertemuan selesai, Hana merasa lega karena semua anggota komite bekerja sama dengan baik dan bersemangat.
Sepanjang hari, Hana terus menjalankan tugasnya dengan dedikasi tinggi. Dia memastikan semua siswa merasa diterima dan didukung. Sikapnya yang hangat dan bijaksana membuatnya semakin dihormati oleh semua orang di akademi.
Namun, di balik semua kesibukannya, Hana tidak bisa menghilangkan perasaan aneh tentang laporan aura suci tersebut. Malam itu, setelah semua tugasnya selesai, dia duduk di kamarnya, merenung tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan. Hana tahu bahwa perubahan sedang terjadi, dan dia harus siap menghadapi apapun yang akan datang.
Hari berikutnya, suasana di akademi terasa berbeda. Rumor tentang aura suci yang kuat mulai menyebar di kalangan siswa, menimbulkan rasa ingin tahu dan sedikit kekhawatiran. Hana dan Komite Penegak bekerja keras untuk menjaga ketenangan dan memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar tetap berjalan lancar.
Di tengah kesibukan itu, seorang utusan dari kerajaan tiba di akademi. Utusan itu membawa pesan penting dari Raja, yang meminta pertemuan dengan para pemimpin akademi untuk membahas situasi yang berkembang.
"Selamat datang di Akademi Ascham," sapa Hana ketika menyambut utusan kerajaan. "Kami telah menyiapkan tempat untuk pertemuan. Silakan ikuti saya."
Pertemuan itu diadakan di ruang konferensi utama, dihadiri oleh para pemimpin akademi dan utusan kerajaan. Suasana tegang, namun penuh dengan rasa saling hormat dan keingintahuan.
"Terima kasih telah menerima kami dengan singkat," kata utusan kerajaan, seorang pria dengan penampilan berwibawa. "Raja sangat prihatin dengan laporan tentang aura suci yang kuat ini. Kami perlu memastikan bahwa tidak ada ancaman bagi keamanan kerajaan dan akademi."
"Kami memahami kekhawatiran Raja," jawab Kepala Akademi, Profesor Darius. "Kami telah meningkatkan pengawasan dan memastikan bahwa semua siswa diberi tahu untuk waspada."
"Bagus," kata utusan itu. "Namun, Raja juga ingin agar beberapa ksatria terbaik kami ditempatkan di sini untuk sementara waktu, untuk membantu menjaga keamanan."
Hana yang mendengarkan dengan seksama, tahu bahwa ini adalah langkah yang bijaksana. "Kami menyambut baik bantuan dari ksatria kerajaan. Kami akan bekerja sama dengan mereka untuk memastikan keamanan semua orang di sini," katanya.
Pertemuan itu berlangsung cukup lama, membahas berbagai langkah yang akan diambil untuk mengatasi situasi ini. Setelah pertemuan selesai, Hana merasa lega karena ada rencana yang jelas dan dukungan dari kerajaan.
Beberapa hari kemudian, para ksatria kerajaan tiba di akademi. Mereka segera berbaur dengan para siswa dan staf, membantu memperkuat keamanan dan memberikan rasa aman. Hana sering terlihat berkoordinasi dengan mereka, memastikan semua berjalan sesuai rencana.
Di tengah semua ini, Hana tetap menjalankan tugasnya sebagai ketua Komite Penegak. Dia memastikan bahwa para siswa tetap fokus pada pelajaran mereka dan tidak terlalu terganggu oleh situasi yang berkembang. Dalam beberapa minggu, suasana di akademi mulai kembali normal, meskipun tetap ada kewaspadaan yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...