Di perjalanan, hutan-hutan yang mereka lalui begitu lebat dan rindang, menciptakan suasana yang tenang sekaligus misterius. Pepohonan tinggi bergoyang pelan seiring hembusan angin, membuat suara decitan kayu dan gemerisik dedaunan yang saling bergesekan. Sinar matahari hanya mampu menembus sedikit di antara celah-celah daun, menciptakan pola cahaya dan bayangan di tanah.
"Suasana di sini cukup damai, ya?" ucap Mio sambil tersenyum, tangannya sesekali meraih dedaunan rendah yang bergoyang di sampingnya.
Ayumu mengangguk sambil tetap waspada. "Terlalu tenang. Aku merasa seperti sesuatu bisa muncul dari balik pohon-pohon itu kapan saja."
Beelzebub yang berjalan di belakang mereka menimpali dengan nada dingin, "Jangan lengah. Hutan-hutan lebat seperti ini sering kali menyembunyikan lebih dari sekadar binatang liar."
Tamamo, yang berjalan di samping Takumu, tampak menikmati suasana. "Hutan ini mungkin tenang, tapi kita harus tetap berhati-hati. Tempat seperti ini bisa menjadi ladang persembunyian yang sempurna untuk musuh atau makhluk lain."
Takumu mengangguk sambil terus berjalan di depan, pikirannya terfokus pada tujuan mereka di Ascham. Namun, suara dedaunan dan pohon yang bergoyang itu memberinya perasaan bahwa alam sedang berbicara, memperingatkannya tentang sesuatu yang akan datang. "Jangan lengah," pikirnya, memperketat genggaman pada pedangnya.
"Ya... setidaknya kita aman untuk sekarang..." ucap Takumu dengan nada tenang, sebelum tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang.
"Ada apa—?" Mio langsung terdiam, matanya membelalak saat menyadari kehadiran empat pria bertubuh besar yang mendekat dari belakang. Pria-pria itu jelas bukan manusia rubah, melainkan bandit jalanan dengan tatapan serakah.
Salah satu pria berambut merah tersenyum sinis. "Jangan begitu, mas bro... membawa gadis sebanyak ini dalam satu kelompok? Kau curang sekali."
Takumu menghela napas dengan santai, namun ucapannya membuat semua orang di sekitarnya terkejut. "Kalau kalian mau... ambil satu saja."
"Eh!? Apa yang—" Tamamo baru saja akan memprotes, namun bandit berambut merah itu sudah menerjang ke arah Beelzebub, mencoba memanfaatkannya sebagai target lemah. Tapi sebelum dia berhasil menyentuhnya, tiba-tiba dia berhenti, tubuhnya kaku di tempat seperti terbeku di udara.
Ketiga pria besar lainnya melangkah mundur, kebingungan dan ketakutan mulai merambat di wajah mereka.
Beelzebub menatap bandit itu dingin, tangannya yang tipis namun kuat terangkat sedikit, mengendalikan kekuatan misterius yang membuat pria itu tak bisa bergerak. "Siapa yang memberi izin untuk menyentuhku?" suaranya penuh ancaman, seolah-olah dia hanya bermain-main dengan nyawa bandit itu.
Takumu menatap pemandangan itu dengan ekspresi datar, "Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya. Teman-temanku ini lebih dari sekadar terlihat menarik."
Takumu dengan ringan menyenggol pria berambut merah itu. Pria tersebut jatuh ke tanah dengan suara berdebum, namun yang mengejutkan, begitu tubuhnya menyentuh tanah, kepalanya terpisah dari tubuhnya dan menggelinding pelan. Sebelum orang lain sempat bereaksi, Beelzebub mendekat dengan tenang dan tanpa ampun melahap tubuhnya menggunakan kemampuan "Predation," menyerap energi dari daging pria malang itu.
"A-apa yang... Apa yang kalian lakukan!?" salah satu dari tiga pria lainnya berteriak ketakutan, tubuhnya gemetar. Rasa panik mulai merambat di wajah mereka, menyadari bahaya yang sedang mereka hadapi.
"Seharusnya itu pertanyaan kami," ucap Tamamo dengan nada dingin, terlihat jelas ia mulai kehilangan kesabaran. Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, Takumu menaruh tangan di pundaknya. "Santai dulu. Bandit seperti mereka bukan tandingan kita," katanya dengan suara tenang, seolah-olah apa yang terjadi barusan bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasíaBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...