Semuanya sudah di siapkan dengan baik oleh Kitsune, Takumu setidaknya harus membuat Kitsune itu terkesan oleh kekuatan nya. Saat Takumu berdiri di satu sisi arena, di hadapannya berdiri Kitsune, sang ratu yang memiliki kekuatan tak terhingga. Sorot mata Kitsune tampak lembut, namun auranya memancarkan kekuatan yang luar biasa, seolah ia bisa menghancurkan apapun yang ada di hadapannya. Arena tersebut sunyi, hanya terdengar suara napas Takumu yang semakin berat dan langkah kecil Kitsune yang tenang mendekati posisi siapnya.
Kaki Takumu terasa seperti terjebak di dalam batu, kaku dan sulit digerakkan. Tubuhnya gemetar. "Kenapa aku merasa seperti ini?" pikirnya, mencoba mengendalikan ketakutannya. Meskipun dia sudah menghadapi banyak musuh dan melewati berbagai tantangan, perasaan ini berbeda. Dia tahu, kekuatan Kitsune bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh.
["Lapor, energi musuh tidak terukur. Tingkat bahaya: S+"] suara Raphael mengingatkan Takumu di kepalanya.
S+? Takumu menelan ludah. Matanya melirik ke arah Ayumu yang duduk di tribun, wajahnya cemas. Dia ada di sini, mendukungku. Aku tidak boleh gagal di depan Ayumu.
"Takumu-chan," suara lembut Kitsune memecah kesunyian. "Tidak perlu takut. Ini bukan soal siapa yang lebih kuat, tapi tentang keberanianmu. Tunjukkan apa yang kamu miliki, dan aku akan menilai dari sana."
Takumu menarik napas panjang, mencoba merilekskan tubuhnya. Perlahan, kaki yang kaku mulai bergerak. Meski rasa takut masih membayanginya, ia tahu ini adalah ujian, bukan hanya kekuatan, tetapi juga keberaniannya.
"Baik, Ratu Kitsune, aku siap."
Dengan kekuatan yang tersisa, Takumu berdiri tegak, menatap langsung ke arah Kitsune. Arena yang sunyi kini dipenuhi dengan ketegangan, udara yang berat seolah menunggu bentrokan kekuatan mereka dimulai.
Tanpa basa basi, tiba tiba tubuh Takumu terhempas dengan keras ke dinding sihir pembatas, suara dentuman yang keras memenuhi arena. Dalam sekejap, arena yang tadinya dipenuhi dengan ketegangan, kini hanya dipenuhi suara napas Takumu yang berat. Matanya memutih, pandangannya kabur, dan darah mengalir keluar dari mulutnya. Tubuhnya tergeletak di tanah, lemas tak berdaya, seolah semua kekuatan telah hilang dari dirinya.
"Gh...!" Takumu merintih, tubuhnya terasa seperti dihantam oleh gunung. "
Hanya satu serangan..." pikirnya dengan kesakitan. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang menyengat di setiap inci tubuhnya membuatnya sulit untuk bangkit.
"Apa itu saja kemampuanmu, Takumu Hiyoshi?" suara tenang Kitsune terdengar, namun kali ini ada nada tantangan dalam suaranya. Dia berdiri tak jauh dari tempat Takumu tergeletak, tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan. "Jika kau menyerah secepat ini, aku tidak bisa membiarkanmu menjadi bagian dari negeri ini."
Di tribun, Ayumu menjerit, wajahnya pucat melihat Takumu terhempas begitu keras. "Takumu-san...!" teriaknya, matanya penuh kecemasan. Mio yang berdiri di sebelahnya mengepalkan tinjunya, tampak ingin berlari ke arah arena, tapi ia tahu ini adalah ujian Takumu.
"Mau mundur saja ...?" gumam Takumu.
"Bagaimana cara mengalahkan lawan seperti itu ...?" gumamnya.
Takumu terdiam, suara dalam pikirannya semakin jelas. Suara yang familiar itu, suara yang penuh cemoohan dan tantangan. "Payah..."
"Siapa ini...?" pikir Takumu, tetapi dia sudah tahu jawabannya. Itu adalah suara dari seseorang di masa lalunya, orang yang pernah melatihnya dengan keras, dengan kejam, tapi juga membentuk kekuatannya.
"Ingat latihan ku? Baru awal saja kamu sudah tepar begini... kau tidak cocok..." suara itu bergema lagi di kepalanya.
Takumu mengepalkan tinjunya, meski tubuhnya terasa berat dan terluka. "Tidak cocok..." kata itu berulang di kepalanya, membakar semangatnya. Itu bukan hanya ejekan, tapi tantangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...