Chapter 79 - Bangsawan Masuk ke Kota

1 1 0
                                    

Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, Hiyoshi duduk di luar tenda, meresapi udara segar yang menyapu wajahnya. Pikiran yang berputar tentang apa yang diceritakan oleh Karin mengganggu ketenangannya. "Son of Light... dan aku..." pikirnya, mencoba mencari jawaban dari teka-teki yang semakin rumit.

Sejak dulu, saat masih berada di Bumi, ia selalu merasa berbeda. Kemampuan unik yang dimilikinya, yang tidak pernah ia pahami sepenuhnya, kini mungkin memiliki keterkaitan yang lebih dalam. "Apakah semua ini sudah ditentukan sejak lama?" gumamnya pelan, menyadari bahwa reinkarnasinya mungkin bukan kebetulan belaka.

Ia mengingat kembali bagaimana Celestine, sang Dewi Cahaya, telah memberinya kehidupan baru di dunia ini. Mengapa harus dia? Mengapa harus di zaman para naga agung masih hidup? Segala kebingungan yang muncul, kini perlahan mulai terhubung, meskipun belum sepenuhnya jelas. "Apakah Celestine merencanakan sesuatu? Apa tujuanku sebenarnya di sini?"

Hiyoshi menatap langit malam yang luas, mencoba menenangkan pikirannya. Kilauan bintang-bintang terasa seolah mengawasi dirinya, seakan memberi tahu bahwa jawabannya ada di suatu tempat, menunggunya untuk ditemukan. Namun, malam ini, ia hanya bisa berandai-andai.

Di bawah sinar bulan yang lembut, suasana terasa hening dan tenang. Hiyoshi memandang langit berbintang, mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Karin dengan penuh perhatian. "Indah ya di sini ..." gumamnya pelan, seolah mengagumi kedamaian malam itu, meskipun pikirannya dipenuhi pertanyaan yang tak terjawab.

Suara lembut Karin memecah keheningan, "Nii-Nii ... kamu belum tidur?" panggilnya sambil berjalan mendekat. Hiyoshi mengalihkan pandangannya dari langit, lalu mengangguk pelan. "Karin ... aku masih memikirkan semua itu," ucapnya, suaranya terdengar agak berat.

Tanpa ragu, Karin duduk di sebelah Hiyoshi, kemudian dengan gerakan lembut, dia meminta Hiyoshi untuk tidur di pangkuannya. Merasa sedikit ragu namun akhirnya menerima, Hiyoshi merebahkan kepalanya. Sentuhan tangan Karin yang mengelus lembut kepalanya membuat pikiran Hiyoshi sedikit tenang. Tapi, kemudian, gumaman Karin menyita perhatiannya. "Father ... Father of the Darkness ... Awal kemunculan sang kegelapan sejati ..."

Hiyoshi mengangkat sedikit kepalanya dan memandang Karin, "Hei, Kenapa kamu bisa dibilang pahlawan?" tanyanya dengan nada ingin tahu.

Karin menatap lurus ke depan sebelum menoleh ke bawah, tatapannya seolah menimbang apa yang akan dia katakan. "Karena Chlaire, ibuku, telah keluar dari hukum," jawabnya pelan namun tegas.

Hiyoshi menatapnya, bingung. "Maksudmu apa?"

"Chlaire telah melanggar hukum alam. Dia menolak 'Hiyoshi', sosok yang seharusnya menjadi tatanan dunia ini, dan malah memilih untuk merusak segalanya," lanjut Karin. "Karena itulah, 'Hiyoshi' dipanggil sebagai Father of the Darkness... Sang Kegelapan Sejati. Semua itu terjadi karena perlawanan Chlaire."

Mendengar itu, Hiyoshi terdiam. "Jadi itulah alasanmu ...?" tanyanya, suaranya lebih tenang sekarang, meskipun pikirannya berputar lebih cepat.

Karin mengangguk, ekspresinya tetap tenang. "Ya, aku bekerja sama dengan pahlawan untuk menghentikan ibuku. Karena aku tidak bisa menerima kalau 'Hiyoshi', tatanan yang dinamakan sesuai denganmu, menjadi hancur atau buruk di mata dunia."

Hiyoshi menghela napas panjang. "Kenapa nama itu harus diambil dari namaku?"

"Karena kamu adalah Tatanan, Son of Light... Putra dari Goddess of Creation, Celestine," jawab Karin dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan.

Hiyoshi tidak menunjukkan keterkejutan, malah sebaliknya, dia menutup matanya perlahan. "...Heeh..." gumamnya ringan.

Karin, sedikit terkejut dengan reaksinya, bertanya, "Kamu tidak terkejut ya?"

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang