Chapter 93 - Sedikit Kenyamanan

1 1 0
                                    

Di luar gua, Hiyoshi merasakan kecemasan semakin dalam. Dia merasakan bahwa sesuatu yang buruk mungkin sedang terjadi di dalam. Menatap Adelina yang masih dalam kondisi terguncang, dia membuat keputusan cepat.

"Sial! Aku harus masuk," gumam Hiyoshi, menggenggam pedangnya erat.

Namun sebelum dia bisa bergerak, sebuah cahaya kuat meledak dari dalam gua, disertai suara raungan yang menggema keluar. Hiyoshi segera menarik Adelina menjauh, melindunginya dari ledakan kecil yang terjadi. Wajahnya berubah serius, dan kali ini tanpa ragu, dia pun melesat masuk ke dalam gua untuk bergabung dengan Tamamo dan Tania.

Sesampainya Hiyoshi di tempat pertempuran, dia melihat Tamamo dan Tania menghadapi monster raksasa yang penuh dengan kristal gelap. Tanpa berpikir panjang, Hiyoshi bersiap untuk maju, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti paksa setelah tiba tiba seorang pria muncul dengan sayap nya.

"Raphael-san, ada apa?! Mereka membutuhkan bantuanku!" seru Hiyoshi dalam hati, mencoba melawan kendali yang menahan tubuhnya.

{"Terlalu berbahaya. Aku akan membuka gerbang teleportasi untuk menyelamatkan mereka," suara Raphael bergema dalam pikirannya, terasa dingin dan penuh ketegasan.

"Raphael-san, katakan padaku... apa itu?" tanya Hiyoshi, suaranya bergetar karena ketidakpastian.

{"Ini adalah sesuatu yang tak bisa kau hadapi. Aku akan membuat gerbang sekarang. Semoga dia tidak mengejar kita..." kata Raphael.

Raphael membuka gerbang teleportasi, memaksa Tamamo dan Tania keluar dari gua, meskipun kedua gadis itu tampak terkejut dan kebingungan. Namun, Hiyoshi tetap tertahan di tempatnya, tubuhnya digerakkan dengan sempurna oleh kekuatan Raphael, dan perintah apapun dari Hiyoshi tak mampu mengubah keadaan.

Dalam pikirannya, Hiyoshi berusaha keras memprotes. "Apa yang kau lakukan, Raphael?! Lepaskan aku!" Namun, suara Hiyoshi tenggelam dalam kendali mutlak Raphael.

Raphael membawa Hiyoshi ke hadapan sosok misterius di dalam gua, sosok yang menatapnya dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. Pria itu tersenyum tipis, seolah menyadari apa yang terjadi.

"Yo, Raphael," pria itu menyapa, suaranya rendah namun penuh keangkuhan. "Masih menggunakan tubuh inang, ya? Kuharap kau tahu bahwa itu dianggap tabu di kalangan Angel sepertimu."

"Michael..." Raphael menjawab, suaranya terdengar berbeda dari biasanya—lebih dalam dan penuh perhitungan. "Bagaimana kau bisa bebas? Bukankah Dia telah menyegelmu?"

Hiyoshi mendengarkan dialog itu dengan kebingungan dan ketakutan. "Dia? Siapa yang mereka bicarakan?" gumam Hiyoshi dalam benaknya, merasa seperti terjebak dalam sebuah mimpi buruk.

Michael tertawa kecil, suaranya bergema di dalam gua. "Dia, ya... Children of Light .. memang benar, Dia menyegelku, tapi itu sudah ratusan tahun lalu. Sekarang, aku bebas," ucap Michael dengan nada bangga.

Raphael tidak menunjukkan ketertarikan pada perayaan kebebasan Michael. "Kenapa kau menyerang anak-anak itu?" tanyanya dengan nada penuh otoritas.

Michael tersenyum lebar, menyeringai. "Hahaha! Mereka menyerang peliharaanku duluan. Sebagai majikan yang baik, aku harus membela mereka. Tapi tunggu, kau menggunakan tubuh inang apa...? Energinya begitu mengerikan..."

Raphael menghela napas panjang, menenangkan diri setelah interaksinya dengan Michael. Namun, tanpa aba-aba, Michael mulai mundur dengan santai, seperti seseorang yang yakin tak ada yang bisa menahannya.

"Kau tidak perlu tahu soal itu," ujar Michael, suaranya penuh teka-teki dan licik. Dia memberikan tatapan penuh misteri pada Raphael. "Ngomong-ngomong, aku sebenarnya ingin mengenalkanmu dengan seseorang... tapi sepertinya waktunya belum tepat, ya? Mungkin lain kali saja," lanjut Michael dengan senyum sinis sebelum berbalik dan menghilang dalam kegelapan, tanpa meninggalkan jejak ataupun peringatan apapun.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang