Special Chapter 4 - Balas Dendam Takumu

2 1 0
                                    

Takumu berdiri menghadap para anggota geng, matanya memancarkan ketenangan yang mengerikan. Setelah melihat dua rekan mereka terbunuh dengan mudah, anggota geng lainnya menjadi gentar, ketakutan terlihat jelas di wajah mereka. Namun, ketua geng itu, masih keras kepala, berteriak memaksa mereka untuk menyerang Takumu.

"Ayo, hajar dia! Jangan biarkan dia keluar hidup-hidup!" teriak ketua geng dengan suara nyaring, mencoba menyembunyikan ketakutannya sendiri.

Para anggota geng, meskipun ragu, maju dengan senjata di tangan. Mereka saling pandang, mencoba mengumpulkan keberanian, namun bayangan kematian rekan mereka masih segar di pikiran.

Takumu menarik napas dalam-dalam, merasa bahwa pertempuran tidak bisa dihindari. Dia mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka berhenti. "Aku tidak ingin ada lebih banyak darah yang tumpah. Pergilah sekarang, dan kalian akan selamat."

Namun, kata-kata itu hanya membuat ketua geng semakin marah. "Apa kalian tidak mendengarnya? Hajar dia sekarang juga!" teriaknya lagi, matanya melotot marah.

Salah satu anggota geng, seorang pria muda dengan wajah penuh luka, maju terlebih dahulu. Dia mengayunkan batangan besi ke arah Takumu dengan sekuat tenaga, tetapi dengan kecepatan yang luar biasa, Takumu menangkap besi itu di udara, memutarnya, dan melemparkan pria muda itu ke lantai dengan keras.

Yang lain, terinspirasi oleh kegagahan rekannya, mencoba menyerang serempak. Namun, Takumu bergerak seperti bayangan, menghindari setiap serangan dengan kelincahan yang luar biasa. Dia memukul, menendang, dan melumpuhkan mereka satu per satu dengan teknik yang presisi dan mematikan.

Ketua geng, melihat anak buahnya jatuh satu per satu, mulai mundur dengan wajah penuh ketakutan. "Ini tidak mungkin... Siapa kau sebenarnya?" tanyanya, suaranya gemetar.

Takumu menghampirinya, langkahnya tenang namun penuh ancaman. "Aku adalah seseorang yang tidak akan membiarkanmu menyakiti orang yang kucintai," jawabnya dingin. "Dan sekarang, kau akan merasakan konsekuensi dari tindakanmu."

Ketua geng itu terjatuh ke belakang, berusaha mencari jalan keluar. Namun, sebelum dia bisa melarikan diri, Takumu sudah berada di hadapannya, menatapnya dengan tatapan yang menembus.

"Ini kesempatan terakhirmu. Pergilah dan jangan pernah kembali," kata Takumu, suaranya penuh dengan otoritas, "Kalau tidak ..." ucap Takumu dengan tatapan dingin nya.

Takumu mencekik pemimpin geng itu dengan tangan nya, menyeretnya ke rak kaca yang ada di sudut ruangan. Dengan satu ayunan keras, dia menghantamkan kepala pemimpin itu ke rak kaca. Suara kaca yang pecah dan teriakan kesakitan mengisi ruangan. Risa melihat kejadian itu dengan tatapan penuh ketakutan, tubuhnya gemetar. Rak itu hancur berkeping-keping, dan wajah pemimpin geng itu berlumuran darah.

Takumu, dengan ekspresi dingin, menyeret pemimpin yang setengah sadar itu ke sebuah balok kayu besar di tengah ruangan. Risa, tak sanggup melihat kekerasan lebih lanjut, menutup matanya dengan tangan, air mata mengalir di pipinya.

"Ta- Takumu san ..." gumam Risa

Dengan satu gerakan tegas, Takumu menghantamkan kepala pemimpin geng itu ke balok kayu, membuat wajahnya berubah menjadi bentuk yang mengerikan. Darah mengalir deras, dan tubuh pemimpin itu terkulai lemah di tangan Takumu.

Takumu melepaskannya, membiarkan tubuh itu jatuh ke lantai dengan suara berdebum. Dia berdiri di atasnya, menatap pemimpin geng yang kini hampir tak sadarkan diri. Dengan nada dingin dan tegas, Takumu berkata, "Aku ingin tanya beberapa hal... Pertama, siapa namamu, dari mana kamu berasal, dan siapa yang menyuruhmu... Katakan dengan jujur atau kamu akan berakhir di sini."

Pemimpin geng itu terbatuk, darah bercampur air liur keluar dari mulutnya. Dengan suara serak dan gemetar, dia berusaha menjawab. "Namaku... Hiroshi Tenju... Aku dari distrik sebelah... Aku disuruh oleh... Tatsuya Kido... Dia yang merencanakan semuanya..."

Takumu menatapnya tajam, memastikan bahwa Hiroshi tidak berbohong. "Kenapa Tatsuya mengincar kami? Apa motifnya?"

Hiroshi mengerang kesakitan, tapi menjawab dengan cepat, takut akan kemarahan Takumu. "Tatsuya... dia ingin ... dia ingin Takumu menderita ... Dia pikir dengan menyakiti orang yang kau cintai, kau akan mundur... Dia tidak tahu kau sekuat ini..."

Takumu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia memandang Hiroshi dengan rasa jijik. "Kau sudah membuat kesalahan besar dengan ikut dalam rencana ini. Sekarang, kau akan memberitahu Tatsuya bahwa aku tidak akan mundur. Jika dia mencoba sesuatu seperti ini lagi, dia yang akan berakhir di balok kayu ini."

Hiroshi mengangguk lemah, rasa takut jelas terlihat di matanya. "Aku akan memberitahunya... Tolong... Jangan bunuh aku..."

Takumu menghela napas, lalu berbalik, meninggalkan Hiroshi yang tergeletak di lantai. Dia menghampiri Risa, yang masih menutup matanya dengan ketakutan. "Risa, semuanya sudah berakhir. Ayo kita pergi dari sini."

"Grand Healing ...!" ucap Takumu.

[Pertanyaan, Anda akan mengaktifkan High Magic : Grand Healing ... apakah anda akan menggunakan nya juga pada Individu Hiroshi ...?]

"Tentu, dia sudah memberiku banyak petunjuk ..." gumam Takumu, kemudian Hiroshi terlelap dengan wajah yang sudah kembali ke sedia kala. Dan Takumu melahap kedua preman yang hampir membunuhnya tadi menggunakan Gluttony.

Setelah itu Risa membuka matanya perlahan, melihat Takumu dengan rasa lega bercampur ketakutan. Dia mengangguk, dan Takumu membantunya berdiri. Mereka berdua meninggalkan gedung tua itu, meninggalkan kegelapan dan kekerasan di belakang mereka, berjalan menuju cahaya dan kebebasan yang menanti di luar.

"Hei Risa... setelah melihat itu, apakah kamu ketakutan?" ucap Takumu dengan suara lembut, mencoba membaca ekspresi Risa.

Risa menggelengkan kepalanya, matanya masih berkaca-kaca. "Takumu, aku tahu kamu melakukannya untuk melindungiku. Aku tidak takut... Aku hanya merasa lega bahwa kamu ada di sini ..."

Takumu tersenyum, merasa lega dengan jawaban Risa. Dia meraih tangan Risa, menggenggamnya erat. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi, Risa. Kau terlalu berharga bagiku."

Risa tersenyum malu, rona merah muncul di pipinya. "Terima kasih, Takumu. Aku merasa aman bersamamu."

Takumu berhenti sejenak, menarik Risa lebih dekat. Dia memandang ke dalam mata Risa, merasakan kedalaman cinta yang mengalir di antara mereka. "Risa, aku tidak bisa bayangkan hidup tanpamu. Kau adalah segalanya bagiku."

Risa mengangguk, merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Takumu. "Aku juga merasa sama, Takumu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku tanpa kamu."

Takumu mendekatkan wajahnya, menyentuh pipi Risa dengan lembut. "Aku akan selalu ada di sini untukmu, selamanya," bisiknya.

Risa menutup matanya sejenak, merasakan kedekatan Takumu. "Takumu, aku mencintaimu," ucapnya dengan suara lirih namun penuh perasaan.

Takumu tersenyum lembut, lalu mengecup kening Risa dengan penuh kasih sayang. "Aku juga mencintaimu, Risa. Selalu."

Mereka berdua kemudian berjalan berdampingan, tangan mereka masih tergenggam erat. Meski malam itu penuh dengan bahaya dan ketegangan, mereka menemukan ketenangan dalam cinta dan kehadiran satu sama lain. Cahaya fajar mulai menyingsing, membawa harapan baru bagi Takumu dan Risa, dan menghapus kegelapan yang baru saja mereka tinggalkan.

Itu bagus bocah ... kau mulai menikmatinya ... inilah kekuatan sejati ...

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang