Chapter 81 - Ujian Masuk Akademi Sihir Ascham

2 1 0
                                    

Pagi berikutnya, Hiyoshi dan kelompoknya bersiap untuk mendaftarkan diri di Akademi Sihir Ascham. Mereka bergegas menuju akademi, penuh semangat dan harapan untuk memulai babak baru di tempat ini.

Namun, di tengah perjalanan, Hiyoshi tiba-tiba melihat sosok yang sangat familiar di antara kerumunan—Hana, kakak kandungnya dari kehidupan sebelumnya sebagai Haruto. Hiyoshi menatapnya sejenak, kenangan dari masa lalu kembali menghantui pikirannya. Tapi dia dengan cepat menundukkan kepala dan berpura-pura tidak mengenalnya, memilih untuk tidak berinteraksi.

"Ini bukan waktunya," gumamnya dalam hati, meskipun sedikit rasa bersalah menyelinap. Dia mempercepat langkahnya, fokus kembali pada tujuannya—akademi.

Sesampainya di Akademi Sihir Ascham, Hiyoshi, Karin, dan Ayumu menuju langsung ke tempat pendaftaran. Akademi itu dipenuhi dengan para siswa baru yang terlihat bersemangat namun juga cemas menantikan awal perjalanan mereka di dunia sihir.

Hiyoshi berdiri di depan meja pendaftaran dengan sikap tenang, diikuti oleh Karin, Tamamo dan Ayumu. Sementara itu, Akiko setia menemani mereka, meskipun dia tidak ikut mendaftar. Dia berdiri di belakang, memperhatikan dengan tenang, memastikan bahwa Karin dan Hiyoshi tidak mengalami kesulitan. Mio, di sisi lain, tetap di penginapan, bertugas menjaga barang-barang mereka dan memastikan semuanya tetap aman.

"Hanya kami berempat yang mendaftar, Kami pindahan dari akademi Origawa ..." ujar Hiyoshi kepada petugas pendaftaran dengan suara mantap serta menyerahkan dokumen yang telah di siapkan Kitsune beberapa hari lalu.

Petugas itu mengangguk, mengambil dokumen dan mulai memproses pendaftaran mereka. Ayumu yang biasanya penuh percaya diri terlihat agak serius, mungkin karena ini adalah langkah penting dalam perjalanan barunya. Karin, meskipun masih muda, tampak antusias, sesekali melirik Akiko untuk memastikan segalanya berjalan lancar.

"Semoga perjalanan di akademi ini membawa kita semua lebih dekat pada tujuan kita," gumam Hiyoshi sambil menandatangani formulir pendaftaran.

Setelah proses pendaftaran selesai, Hiyoshi diberitahu bahwa ada ujian sebelum penerimaan resmi. Karena dia mengaku sebagai murid pindahan, dia dan teman-temannya diminta untuk mengikuti ujian hari itu juga. Selain itu, dokumen pendaftaran mereka mengindikasikan bahwa mereka mungkin bisa dilompatkan langsung ke kelas di tahun ini—sesuatu yang tidak biasa bagi siswa baru.

Petugas pendaftaran segera memanggil guru pelatih untuk menguji kemampuan Hiyoshi, Karin, dan Ayumu. Mereka harus membuktikan bahwa mereka layak untuk ditempatkan di tingkat kelas yang lebih tinggi. Atmosfer menjadi semakin tegang ketika informasi bahwa ujian ini akan disaksikan langsung oleh kepala sekolah, Misha von Ascham, tersiar.

"Kepala sekolah sendiri yang akan menyaksikan?" Ayumu bergumam pelan, matanya sedikit melebar. Sementara Karin terlihat bersemangat, wajahnya bersinar dengan rasa percaya diri.

"Ini kesempatan bagus untuk menunjukkan apa yang bisa kita lakukan," Hiyoshi menenangkan mereka. "Jangan khawatir, kita akan melewati ini."

Ketika mereka tiba di tempat ujian, mereka mendapati ruangan yang luas dan megah dengan beberapa guru sihir yang sudah menunggu. Di tengah ruangan, duduklah Misha von Ascham, kepala sekolah yang penuh wibawa. Pandangannya tajam, tetapi ada senyum tipis di wajahnya seolah dia telah lama menantikan kehadiran Hiyoshi.

Guru pelatih yang bertugas segera memulai instruksi. "Ujian ini akan terdiri dari dua bagian: tes kemampuan sihir dan pertarungan melawan golem pelindung akademi. Siapkan diri kalian."

Mereka pun mengambil posisi. Pertama mereka harus menjalani ujian kemampuan sihir, di awali dengan sihir dasar elemen hingga sihir tingkat menengah. Ketiga peserta itu di pisah untuk di uji, sebenarnya Hiyoshi memilih untuk tidak mencolok, tapi dia di minta untuk lompat kelas. Oleh karena itu dia harus mencolok.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang