Chapter 39 - Dia Ternyata Tachibana Azusa

3 1 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak kesepakatan komite yang membahas pembasmian Hell Spider. Hari ini, sesuai keputusan yang diambil pada pekan lalu, seluruh jajaran komite membentuk kelompok besar untuk menantang Dungeon dan mengalahkan Hell Spider tersebut. Dari lima komite yang ada, tiga kelompok telah dipilih oleh Ratu dan ketua besar komite.

Kelompok pertama adalah tim yang dipimpin oleh ketua besar komite sendiri, beranggotakan empat orang selain ketua. Kelompok kedua adalah tim Hana, yang juga terdiri dari empat anggota, salah satunya Mariabelle. Sementara itu, kelompok ketiga dipimpin oleh Ratu sendiri, yakni tim ksatria suci, yang terdiri dari lima orang, termasuk Haruto, Celestina, Tania, dan Adelina.

"Tak kusangka kita berada di barisan ksatria suci..." ucap Adelina sambil menatap sekeliling.

"Yah, aku juga nggak percaya ini... tapi lihat deh, Haruto benar-benar keren!" Tania menambahkan dengan mata berbinar.

"Benar, bukan? Aku nggak salah memilih tempat ini," Adelina tersenyum, seolah bangga dengan pilihannya.

"Kalian berdua, hentikan candaannya," tegur Celestina dengan nada tegas namun tidak keras. "Lawan kita adalah Hell Spider di stratum menengah ke bawah. Ini bukan saatnya main-main."

"Maaf..." jawab Tania dan Adelina serempak, kemudian saling melirik dengan senyum malu-malu. Celestina pun tersenyum tipis, tak dapat menahan tawa kecil yang keluar.

Karena setiap kelompok diarahkan terpisah, Haruto dan rekan-rekannya sudah lebih dahulu tiba di stratum tengah. Saat mereka bergerak, Haruto memberi isyarat untuk memelankan langkah dan tidak berbicara sampai mereka benar-benar keluar dari ruangan tersebut.

"Giant Bat... sangat berbahaya kalau berada di tempat sempit seperti ini," gumam Haruto sambil memperhatikan sekeliling dengan cermat.

["Izin melaporkan... di depan sana adalah pintu keluar. Sepertinya ada sesuatu di dekat sana, tapi sepertinya tidak berbahaya..."] terdengar suara tenang dari Ai, yang selalu siaga di benaknya.

"Terima kasih, Ai-san. Oh, iya, baru sadar... sebenarnya, kamu ini skill apa sih? Aku nggak pernah diberi tahu detailnya..."

["Aku adalah Wise One tipe Hope, skill khusus untuk para reinkarnator... yah, sebut saja begitu..."] jawab Ai dengan suara ringan. (["Sebenarnya aslinya bukan sih... aku ini suara dunia. Celestina-sama yang memberikan master kemampuan untuk mengakses informasi dengan sempurna. Tapi... maaf, aku belum bisa menjelaskan semuanya. Aku bukan skill biasa... Maafkan aku, master..."])

Setelah keluar dari ruangan Giant Bat, Haruto dan kelompoknya langsung melihat jaring laba-laba yang tersebar di seluruh tempat. Haruto dengan cepat menyadari bahwa ini bukan sarang Hell Spider. Setelah pertarungan terakhirnya, dia tahu bahwa Hell Spider tidak bisa mengeluarkan jaring seperti ini lagi.

"Lalu, ini monster apa?" tanya Tania, pedangnya sudah siap di tangan.

Ratu berbalik, menatap mereka dengan tenang. "Ada ensiklopedia yang mencatat tentang Arakiara, monster laba-laba dengan tubuh besar dan berwarna putih. Mungkin ini adalah sarang mereka."

"Jangan rusak sarangnya," tegas Haruto. "Siapa pun yang mengusik rumah monster ini akan mengalami masalah nantinya."

Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, memastikan tidak ada sarang Arakiara yang terinjak atau dirusak. Menurut ensiklopedia yang Ratu baca, Arakiara berasal dari stratum bawah. Populasinya tinggi, dan sering diburu untuk diambil kain sutranya setelah dibunuh. Evolusi mereka dimulai dari Lesser Arakiara, kemudian menjadi Arakiara biasa, Great Arakiara, Greater Arakiara, hingga mencapai bentuk tertinggi yang dikenal manusia, Arch Arakiara.

"Hati hati ..." ucap Haruto.

Tanpa sengaja, salah satu anggota regu ksatria perempuan tersandung dan merobek sarang Arakiara. Gadis itu segera ditolong oleh rekan-rekannya yang berjuang keras untuk membebaskan dirinya dari jaring lengket. Sementara itu, Haruto dengan cepat menarik pedangnya, merasakan bahaya yang mendekat. Di sana, dalam kegelapan, tampak bayangan yang perlahan mendekat, delapan mata merah menyala, menatapnya dengan intens.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang