Chapter 27 - Dikira Tunangan Padahal Bukan, Kasihan

2 1 0
                                    

Setelah sedikit permasalahan dan akhirnya tuntas, Haruto pun bisa menggunakan bengkel itu dan mulai mencari cara untuk membuat senjata nya. Kemudian setelah lama berfikir dengan berdiri, duduk dan tiduran di sebuah balok kayu akhirnya Haruto mendapatkan inspirasi tentang sebuah katana.

 Kemudian, Nomand yang mana seorang pandai besi membantu Haruto dengan mengajarkan beberapa cara untuk membuat pedang. Nomand pun mempraktekkan nya di depan Haruto yang nampak sudah tidak sabar itu.

Haruto berdiri dengan penuh antusias di samping Nomand, memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan pandai besi berpengalaman itu. Nomand mengeluarkan beberapa batang baja dari rak, menunjukkan kepada Haruto bagaimana memilih bahan yang tepat untuk membuat katana.

"Kita mulai dengan memilih baja berkualitas tinggi," kata Nomand sambil mengangkat sebatang baja yang berkilauan di bawah cahaya bengkel. "Baja ini harus memiliki keseimbangan yang baik antara kekuatan dan ketangguhan."

Haruto mengangguk, mencatat dengan cepat di buku catatannya. Nomand kemudian membawa baja tersebut ke meja kerja dan mulai memanaskannya dalam tungku. Haruto mencatat suhu yang diperlukan dan bagaimana mengatur api agar tetap stabil.

"Langkah berikutnya adalah menempa baja ini," lanjut Nomand setelah baja mencapai suhu yang diinginkan. Ia mengambil baja panas dengan penjepit besi dan mulai memukulnya dengan palu besar. Setiap ketukan diiringi dengan percikan bunga api yang memancar ke segala arah. "Perhatikan bagaimana saya memukul baja ini. Kita harus menempa baja ini hingga mencapai bentuk dan ketebalan yang diinginkan."

Haruto memperhatikan dengan seksama, mencatat ritme dan kekuatan pukulan Nomand. Setelah beberapa waktu, Nomand menyerahkan palu kepada Haruto. "Sekarang, giliranmu. Ingat, ketepatan dan kesabaran adalah kunci."

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Haruto mengambil palu dan mulai memukul baja yang sudah panas. Awalnya, pukulannya tidak sekuat atau seakurat Nomand, tapi dengan bimbingan dan koreksi dari sang pandai besi, Haruto mulai menemukan ritmenya sendiri.

"Bagus, Haruto. Teruskan. Jangan terburu-buru," kata Nomand sambil mengawasi setiap gerakan Haruto.

Setelah beberapa jam bekerja keras, mereka akhirnya menyelesaikan proses penempaan dasar. Nomand kemudian mengajarkan Haruto tentang pendinginan baja, menjelaskan pentingnya proses ini untuk mengeraskan baja dan memberikan kekuatan pada katana.

"Ini disebut quenching," kata Nomand sambil merendam baja panas ke dalam minyak pendingin. "Perhatikan bagaimana baja ini bereaksi. Proses ini sangat penting untuk menghindari retakan."

Haruto mencatat semuanya dengan teliti, memastikan dia tidak melewatkan satu detail pun. Setelah proses quenching selesai, Nomand mengajarkan teknik pengamplasan dan pengasahan untuk memberi katana bentuk akhir dan ketajaman yang luar biasa.

Malam pun tiba dan Haruto akhirnya memandang kagum pada katana yang telah ia buat dengan bimbingan Nomand. "Terima kasih, Tuan Nomand. Ini lebih dari sekedar pelajaran. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan," kata Haruto dengan penuh rasa syukur.

Nomand tersenyum dan menepuk bahu Haruto. "Kau telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, Haruto. Ingatlah, seorang pandai besi sejati selalu belajar dan berkembang. Teruslah berlatih dan kembangkan keahlianmu."

"Walaupun belum sempurna, tapi aku yakin bakat mu bisa membuat senjata kuat ..." lanjut Nomand.

Dengan semangat yang baru, Haruto pun menyimpan katana pertamanya dengan bangga, siap menghadapi tantangan dan petualangan di masa depan dengan senjata yang telah ia buat sendiri.

"Ini hebat ... katana buatan ku sendiri ..." gumam Haruto.

["Lapor, anda baru saja mendapatkan kemampuan baru Skill : Penempa Lv1 telah berhasil di dapatkan ..."]

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang