Chapter 44 - Pertemuannya dengan Black Primodial

3 1 0
                                    

Keesokan paginya, Haruto melangkah menuju kantor administrasi akademi, membawa sekantong uang yang diterimanya dari Celestine. Dengan perasaan campur aduk, dia menyerahkan uang itu untuk melunasi kekurangan pembayaran akademi. Setelah pembayaran selesai, Haruto kembali ke sekolah dengan sedikit kelegaan, namun memutuskan untuk tidak menemui sang ratu terlebih dahulu mengingat kejadian kemarin.

Di kelasnya, suasana ramai oleh obrolan tentang sosok dengan aura misterius yang membuat gempar seluruh kota di hari sebelumnya. Setiap murid tampak penasaran dan saling berdebat mengenai siapa atau apa sosok tersebut. Haruto, meskipun tahu kebenarannya, tetap diam dan tidak mengaku. Ia mendengarkan obrolan itu dengan tenang, bahkan ikut menyimak pembicaraan dari teman-temannya, termasuk Adelina yang tampak sangat bersemangat membahasnya.

"Siapa pun dia, pasti kuat sekali! Aura seperti itu, tidak mungkin berasal dari orang biasa," ujar salah satu teman sekelas.

Adelina mengangguk setuju, "Betul! Bahkan para penyihir kerajaan sampai harus ditarik mundur. Aku penasaran siapa orang itu."

Haruto hanya tersenyum kecil, pura-pura tak tahu apa-apa. Baginya, lebih baik tak menambah kerumitan dalam situasi yang sudah cukup menegangkan.

Setelah itu pelajaran dimulai, dan seperti biasa pada hari hari sebelumnya juga, Elara-sensei masuk dengan gembira dan penuh semangat. Setelah dua jam berlalu, pelajaran pertama juga sudah selesai dan para siswa beristirahat, Haruto di panggil oleh Elara-sensei ke ruangan nya untuk melakukan sesuatu. Karena dia penasaran, dia hanya bisa berkata "iya" ketika di minta oleh Elara-sensei.

"Haruto, bisa ke ruanganku sebentar?" ucap Elara-sensei dengan senyum ramah.

"Eh, iya, tentu," jawab Haruto, sedikit penasaran namun tak bisa menolak.

Dengan rasa ingin tahu yang menggelitik pikirannya, Haruto berjalan menuju ruang Elara-sensei. Banyak pertanyaan berkecamuk di pikirannya—apakah ini terkait kejadian misterius tadi malam? Atau mungkin sesuatu yang lebih sederhana?

Begitu sampai di depan pintu ruangan, ia mengetuk pelan.

"Masuk saja, Haruto," terdengar suara lembut Elara dari dalam.

Haruto membuka pintu dan melangkah masuk, melihat Elara-sensei sedang duduk di mejanya, tersenyum hangat.

"Ada apa, sensei?" tanya Haruto, masih bingung.

Elara-sensei memandang Haruto dengan tatapan yang serius, berbeda dari senyum ceria yang biasa ia tampilkan di kelas. Matanya tampak penuh dengan pertimbangan seolah sedang menimbang-nimbang bagaimana memulai percakapan yang lebih berat dari biasanya. Suasana di ruangan itu tiba-tiba berubah, menjadi lebih sunyi dan menegangkan.

Haruto merasa ada sesuatu yang penting akan diungkapkan. Pikirannya berputar, memikirkan semua hal yang telah terjadi, terutama sejak malam sebelumnya saat Celestine muncul. Dia menunggu dengan cemas, siap mendengar apa yang akan dikatakan Elara.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja," ucap Elara-sensei dengan suara yang lebih lembut, tapi kali ini terdengar lebih dalam. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan... sesuatu yang mungkin kau perlu tahu," lanjutnya.

Haruto mengangguk, mencoba menenangkan pikirannya yang penuh pertanyaan.

"Baiklah... pertama-tama," Elara mulai berbicara, namun tiba-tiba ia menunduk. Wajahnya tampak tegang, seperti ada sesuatu di dalam dirinya yang sedang berjuang keluar. Suasana berubah lebih berat, bahkan tubuh Elara-sensei tampak gemetar sedikit.

"Sensei...?" Haruto memanggilnya dengan ragu, khawatir dengan apa yang sedang terjadi.

Dalam sekejap, Haruto merasakan ada perubahan halus dalam atmosfer ruangan. Saat Elara menegakkan tubuhnya lagi, ada sesuatu yang berbeda dari auranya. Matanya tampak lebih tenang, namun dalam, seolah ada jiwa lain yang telah mengambil alih kendali.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang