Setelah dua pekan penuh kekhawatiran, Haruto akhirnya dipanggil kembali ke ruang kepala sekolah. Ia berjalan dengan langkah berat, pikirannya terus dihantui oleh pertanyaan yang tak terjawab selama ini. Pintu ruang kepala sekolah terasa lebih besar dan berat dari biasanya, seakan menyiratkan ketegangan yang menanti di baliknya. Haruto menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk dan masuk.
Di dalam, kepala sekolah sudah menunggunya, duduk di balik meja besar dengan tangan yang dilipat di depan dada. Tatapannya tajam, penuh sinis, seolah sudah memiliki dugaan tentang sesuatu yang buruk. Mata sang kepala sekolah menyorot tajam pada Haruto, membuat perasaan gelisah yang telah mengendap di hatinya semakin nyata.
"Haruto," ucap kepala sekolah dengan suara berat, "Aku sudah mendengar kabar... dan aku ingin mendengarnya langsung darimu."
Haruto menelan ludah, tubuhnya kaku. "Kabar tentang apa, Pak?" Ia mencoba untuk tetap tenang, meskipun kegugupannya membuat jantungnya berdebar kencang.
Kepala sekolah menyandarkan diri di kursinya, tatapan penuh kecurigaan tak pernah lepas dari Haruto. "Kau tahu betul tentang apa. Ada sesuatu yang aneh terjadi dalam beberapa pekan terakhir, dan banyak yang memperhatikannya. Kinerja belajarmu menurun, fokusmu tidak ada... dan itu bukan satu-satunya masalah."
Haruto terdiam, merasa seluruh dunianya berputar. Dalam pikirannya, ia bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan pertemuan terakhirnya dengan Celestina. Apakah kepala sekolah telah mengetahui sesuatu yang lebih dari yang ia duga?
"Aku... aku tidak mengerti, Pak," jawab Haruto dengan gugup, meski jelas kepala sekolah tidak puas dengan jawaban tersebut.
Kepala sekolah mendesah, lalu berdiri, menatap langsung ke mata Haruto. "Aku berharap kau bisa menjelaskan alasan di balik semua ini, Haruto. Ini bukan hanya soal prestasi akademikmu—ini tentang sikapmu, perilakumu, dan rumor yang beredar. Kau tahu apa yang kumaksud."
Seketika itu juga, Haruto merasa darahnya berdesir. Rumor. Apa yang telah didengar kepala sekolah? Apakah ini ada hubungannya dengan Celestina atau sesuatu yang lain?
"Kalau kau tidak jujur, Haruto," lanjut kepala sekolah dengan suara yang kini lebih tegas, "aku akan mengambil langkah yang lebih serius."
Haruto mencoba menenangkan dirinya. "Saya benar-benar tidak tahu apa yang dimaksud, Pak. Saya hanya... saya hanya merasa sedikit tertekan belakangan ini."
Kepala sekolah hanya mengangguk, tapi tatapan sinis itu tetap ada. "Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki ini. Tapi ingat, Haruto, semua orang mengawasimu. Jangan kecewakan mereka... atau dirimu sendiri."
"Satu hal lagi ... kamu belum melunasi semua biaya Administrasi di tahun ini ..." ucap Kepala Sekolah, "Kapan kamu melunasinya ...?" lanjutnya dengan tatapan dingin.
"Terus terang saja ... kau berbeda dengan kakak mu, dia berjasa bagi sekolah ini ... jadi dia tidak perlu membayar, tapi jelata seperti mu .... kenapa bisa mendaftar ke akademi ini ...?" ucapnya dengan nada merendahkan.
"Aku tidak peduli kamu mau jadi ksatria atau apapun itu ... aku hanya ingin kau cepat membayar semua administrasi nya ..." ucap nya lagi.
Haruto benar benar terkejut dan terdiam seribu kata, matanya terbelalak dan dia nampak tidak percaya lagi dengan apa yang di dengarnya.
Kata-kata kepala sekolah menghantam Haruto dengan keras, lebih kuat daripada apapun yang pernah dia hadapi sebelumnya. Napasnya tercekat, dan dadanya terasa berat seolah ditindih beban yang tak terlihat. Tatapan dingin kepala sekolah menghunusnya seperti belati, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya mempertegas jarak dan ketidakadilan yang selama ini Haruto coba lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...