Chapter 67 - Itu Istri Orang Woy, Hadeh...

3 1 0
                                    

Beberapa jam berlalu, suasana semakin tenang saat Haruto, Ayumu, dan Mio mendekati perbatasan Origawa, negeri binatang buas yang terkenal dengan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai ras, terutama manusia, elf yang populasinya sedikit, dan binatang buas yang menjadi mayoritas penduduknya. Mereka melewati jalan yang semakin jarang dijelajahi oleh para pedagang maupun petualang.

"Oh iya ... jangan memanggilku dengan nama Haruto ya ... aku akan menggantinya menjadi nama lama ku, Takumu Hiyoshi ..." ucap Haruto sambil berjalan mendekati perbatasan.

"Baik Master ..." ucap Mio dan Ayumu hanya mengangguk setuju.

Saat Haruto—sekarang Takumu Hiyoshi—bersama Ayumu dan Mio berjalan mendekati perbatasan Origawa, monumen batu yang sangat familiar bagi Haruto menarik perhatiannya. Monumen itu terlihat seperti penanda kuno, dengan ukiran yang mengisyaratkan kekuatan para binatang buas yang memerintah negeri ini.

"Kita benar-benar sampai di Origawa," ucap Takumu sambil menatap monumen itu.

["Monumen itu mirip seperti yang ada di kuil jepang ..."]

"Ah benar ... aku benar benar menyadari itu ..."

Ayumu melihatnya sekilas. "Monumen ini... rasanya ada sesuatu yang misterius di baliknya."

"Ya," kata Mio, "sepertinya ini lebih dari sekadar tanda perbatasan. Mungkin itu peninggalan para leluhur mereka."

Kemudian di depan sana ada sebuah tempat yang tampak cukup bersih di tengah hutan seperti ini. Haruto pun mendekati tempat itu, dan menyadari kalau itu adalah sebuah kuil seperti yang ada di negara lamanya, Jepang.

"Torii ...?" gumam Takumu yang kemudian memasuki gerbang itu.

"Ah ini beneran seperti di sana ... ah, Ayumu-sam- san ... apakah kamu punya koin perak atau emas ...?" ucap Takumu.

"Eh, aku adanya koin emas ... mau untuk apa ...?" ucap Ayumu.

"Boleh aku pinjam 3 koin ...? nanti akan ku kembalikan ..." ucap Takumu.

"Eh, tidak masalah ..." ucap Ayumu sambil memberikan koin emasnya, "Tidak perlu di kembalikan ... aku tidak keberatan kok ..." ucap Ayumu setelah memberikan koin nya.

"Ah terimakasih ..." ucap Takumu yang berlari ke sebuah tempat seperti tempat berdoa.

Takumu berlari menuju tempat yang mirip dengan tempat berdoa di kuil Jepang. Di hadapannya terdapat sebuah altar batu kecil, dilengkapi dengan lonceng dan tali. Dengan koin emas di tangan, dia berdiri di depan altar itu, mengingat tradisi dari kehidupannya yang dulu.

Dia melemparkan tiga koin emas itu ke dalam kotak persembahan, kemudian menggenggam tali lonceng dan mengayunkannya hingga terdengar suara berdenting lembut. Setelah itu, dia menangkupkan tangan di depan dada, matanya terpejam.

Ayumu dan Mio memperhatikannya dengan rasa penasaran.

"Apakah ini semacam ritual dari dunia lamamu?" tanya Ayumu.

Takumu mengangguk pelan, masih dengan mata terpejam. "Di Jepang, ini adalah cara kami berdoa dan memohon keberuntungan atau perlindungan. Mungkin tidak ada makna magis di sini, tapi aku merasa lebih tenang melakukan ini."

"Semoga perjalanan ini berjalan mulus ..." ucap Takumu di depan kuil itu.

Setelah selesai berdoa, Takumu membuka matanya dan tersenyum tipis. "Yah, setidaknya itu cara sederhana untuk menghormati apa yang sudah ada di sini."

Mio menatap monumen dan altar itu dengan rasa hormat yang lebih besar. "Tempat ini memang terasa berbeda... mungkin ada kekuatan lama yang masih tersisa."

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang