Lisa memulai penjelasannya dengan suara yang tenang, namun dalam setiap kata yang terucap, terselip kesedihan dan kepedihan. "Tania... saat kamu pergi, dia kehilangan arah. Dia tidak bisa fokus pada pelajaran, terlalu sering memikirkanmu dan saat dia tahu kalau kau di bunuh, dia dan Adelina langsung drop dan seperti tidak bersemangat ..."
"Poligami di anggap wajar di sini, bahagiakan mereka ya ... tolong sekali ..." lanjut Lisa dengan wajah cukup serius.
"Aku akan tanya satu hal lagi ..." ucap Hiyoshi. dan Lisa mengangguk untuk mendengar apa pertanyaan Hiyoshi. "Katakan saja ..." ucap Lisa.
"Excalibur ... bukankah pemegangnya itu adalah orang yang berhati bersih ...?" ucap Hiyoshi, kata kata itu membuat Lisa terdiam dan tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun. Dia merenung dan berbalik serta menggerakkan mulutnya. Kemudian Hiyoshi terbelalak setelah mendengar penjelasan Lisa.
Wajah Lisa tiba-tiba menjadi kelam, dan tatapannya teralihkan sejenak seolah ia mencoba mencari jawaban yang tidak mudah untuk diungkapkan. Pertanyaan Hiyoshi mengenai Excalibur membawa beban besar, dan itu tergambar jelas dari reaksi Lisa.
"Excalibur..." gumam Lisa, suaranya hampir seperti bisikan yang tertelan oleh angin malam. Hening sejenak menyelimuti keduanya, dan Lisa menutup matanya untuk merenungkan sesuatu yang tampaknya amat sulit baginya untuk diungkapkan.
Hiyoshi, yang tadinya sudah merasa terbebani oleh apa yang baru saja didengar tentang Tania, kini menunggu dengan perasaan cemas yang semakin dalam.
Lisa akhirnya membuka matanya kembali, dan wajahnya menunjukkan keseriusan yang jarang sekali terlihat. "Pemegang Excalibur memang seharusnya seseorang yang berhati bersih, seorang pahlawan yang memiliki kebajikan dan tekad untuk melindungi dunia ini," ucapnya pelan, suaranya terdengar bergetar karena emosinya yang ditahan.
"Lalu?" desak Hiyoshi dengan penuh rasa ingin tahu dan kecemasan.
Lisa menggigit bibirnya, seolah ragu untuk melanjutkan. Namun akhirnya, dia berbicara dengan suara yang nyaris tercekat, "Excalibur sudah tidak memiliki kuasanya lagi, Hiyoshi-kun... Sebab, pemegangnya sekarang telah jatuh ke dalam kegelapan. Raja Arthur, yang dulu mengangkat pedang itu dengan harapan dan keadilan, sekarang hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu."
Hiyoshi terbelalak, sulit mempercayai apa yang didengarnya. "Apa maksudmu? Bagaimana bisa...?" suaranya hampir hilang, tak sanggup memproses pengakuan mengejutkan itu.
Lisa menatap Hiyoshi, matanya menunjukkan penderitaan yang sudah lama ia simpan. "Raja Arthur tidak lagi murni. Kegelapan dan keputusasaan telah merasuki jiwanya. Dia berubah menjadi sesuatu yang bahkan tidak bisa kukenali lagi. Dan karena itu, kekuatan Excalibur juga mulai memudar—karena hati yang memegangnya tak lagi selaras dengan kehendak pedang suci itu."
Hiyoshi merasakan dinginnya angin menusuk kulitnya, meskipun sebenarnya tidak ada angin yang berhembus. Pernyataan Lisa membuat pikirannya berputar, mengingat kembali tentang Raja Arthur dan segala pengorbanan yang seharusnya dilakukan demi keadilan. Namun, semua yang ia percayai kini hancur berkeping-keping oleh kenyataan ini.
"Jika begitu... artinya..." Hiyoshi menggantungkan kalimatnya, terlalu bingung dan hancur untuk menyelesaikannya.
Lisa hanya mengangguk, mengonfirmasi pikiran Hiyoshi tanpa kata-kata. Dia tahu bahwa apa yang telah diungkapkan ini akan membawa beban yang sangat besar bagi Hiyoshi. Namun, ini adalah kenyataan yang harus mereka hadapi.
"Kamu mengerti kenapa ini sangat penting untuk dirahasiakan, kan?" tanya Lisa dengan suara pelan namun sarat dengan ketegasan. "Jika kabar ini tersebar, akan ada kekacauan besar... dan musuh-musuh kita akan menggunakan kelemahan ini untuk menghancurkan kerajaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...