Chapter 80 - Pertemuan nya dengan Lisa

2 1 0
                                    

Karena tidak ingin mendapatkan perhatian lebih, Hiyoshi harus kabur dari masa untuk tidak mencolok. Mereka terus bergerak, menembus lorong-lorong sempit dan jalan-jalan sibuk, mencoba melarikan diri dari tatapan orang-orang yang kini semakin tertarik pada siapa mereka sebenarnya.

"Haah ... ini gawat ... cih dasar penjaga gerbang ..." ketus Hiyoshi.

Mio menoleh ke belakang sekali lagi. "Hiyoshi, sepertinya kita sudah jauh dari kerumunan. Tapi, tetap hati-hati," ujarnya sambil mengatur napas. Meskipun kalimatnya terdengar tenang, sorot matanya penuh kewaspadaan.

"Kita tidak bisa berdiam di sini. Cari tempat aman, lalu kita harus pikirkan langkah selanjutnya," kata Ayumu, yang meski kelelahan, masih menjaga ketenangannya.

Hiyoshi mengangguk, berusaha menjaga pikirannya tetap jernih meski situasi terus memburuk. Mereka harus segera menemukan tempat persembunyian sebelum perhatian orang-orang semakin banyak tertuju pada mereka. Setiap langkah yang mereka ambil kini terasa seperti berlomba dengan waktu—sebuah perlombaan yang harus mereka menangkan.

Saat mereka akhirnya berhenti di sudut lorong yang lebih tenang, Hiyoshi bersandar di dinding rumah dan mengatur napasnya. "Apa... menjadi putra mahkota bakal se-tenar itu di negara lain?" gumamnya, sedikit frustasi. Wajahnya masih menunjukkan ketidaknyamanan dari perhatian yang baru saja mereka dapatkan.

Namun, sebelum ada yang sempat menjawab, suara yang familiar muncul dari arah bayangan. "Bukan soal tenar..." Suara itu begitu tenang, namun jelas membuat semua orang waspada. Hiyoshi dan yang lain dengan cepat menengok, dan setelah melihat sosok yang muncul dari balik bayangan, dia segera memberi isyarat kepada teman-temannya untuk menurunkan kewaspadaan.

"Elara-sensei..." ucap Hiyoshi dengan nada lega, meski masih ada sedikit keterkejutan di wajahnya. "Jangan kejutkan kami seperti itu."

Lisa—atau yang dikenal sebagai Elara-sensei—tersenyum kecil. "Aku sengaja..." ujarnya santai, melangkah mendekat dengan sikap yang tenang namun penuh percaya diri. Matanya beralih ke arah kelompok perempuan di sekitar Hiyoshi. "Hmm... Haruto-kun, aku lihat jumlah gadis di sekitarmu terus bertambah, ya."

Hiyoshi menghela napas panjang, wajahnya memerah sedikit karena godaan itu. "Hei, jangan panggil aku Haruto. Sekarang nama ku Hiyoshi Origawa." Suaranya terdengar tegas, meski ada sedikit nada protes.

Lisa tertawa kecil, tetapi anggukannya mengisyaratkan bahwa dia akan menghormati permintaannya. "Baiklah, Hiyoshi-kun." Lalu, dia melirik ke arah Karin dan Akiko, yang tampaknya masih waspada.

"Jadi begini," lanjut Lisa, suaranya lebih serius kali ini. "Mereka ingin menjadi lebih dari sekadar teman seperjalanan. Mereka tahu siapa kamu, Hiyoshi. Sebagai putra mahkota dari negeri yang tersohor, banyak yang akan mencari perlindungan atau aliansi denganmu."

Mata Hiyoshi sedikit menyipit, menatap Lisa dengan penuh perhatian. "Maksudmu... mereka ingin menjadi bawahan atau pelindungku?"

Lisa mengangguk pelan, "Sebagian besar dari mereka pasti melihatmu sebagai simbol kekuatan dan pengaruh, terutama di dunia yang penuh intrik ini. Kamu bukan hanya sekadar putra mahkota dari Origawa, tapi seseorang yang banyak dicari karena kemampuanmu. Jangan heran jika orang-orang ini melihatmu sebagai pemimpin masa depan mereka."

Kata-kata Lisa membawa pemikiran baru di benak Hiyoshi. Selama ini dia hanya berfokus pada perjalanannya tanpa memikirkan dampak dari identitasnya yang sebenarnya. Sekarang, dia menyadari bahwa statusnya sebagai putra mahkota membawa lebih banyak tanggung jawab dan perhatian dari yang dia bayangkan.

"Tapi kan ..." ucap Hiyoshi, ragu, seakan mencari cara untuk menolak atau setidaknya mempertanyakan situasi yang dihadapinya.

Namun, Lisa dengan cepat memotong ucapannya. "Mereka memang tidak mengetahui kekuatanmu, tapi dengan pengakuan bahwa kamu adalah putra mahkota, itu sudah lebih dari cukup untuk menarik perhatian. Tapi, pertanyaan besarnya... bagaimana caranya kamu bisa menjadi putra mahkota?"

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang