Misha von Ascham menatap Haruto dengan tajam, tapi kemudian tersenyum lembut. "Haruto, tenang saja. Aku hanya ingin berbicara denganmu," ucapnya dengan suara lembut namun penuh wibawa.
Haruto mengangguk cepat, terlalu gugup untuk mengatakan apa-apa. Ia bisa merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya, dan tiba-tiba merasa bahwa pakaiannya terlalu panas. "Oh, sial, kenapa ruangan ini terasa seperti sauna ...?" pikirnya dengan panik, berusaha mencari cara untuk mengatasi kecemasannya.
"Aku ingin kamu menjadi pengawal pribadinya Tania dan putriku Celestina ..." ucap Ratu Misha von Ascham dengan suara lembut namun penuh wibawa.
JEGER!! Suara petir terdengar di pikiran Haruto, seolah-olah seluruh langit runtuh hanya untuknya. Dia bisa merasakan jantungnya hampir meloncat keluar dari dadanya. Wajahnya yang sudah pucat kini semakin pucat, hampir menyerupai warna dinding istana. Haruto semakin berkeringat, tetesan-tetesan keringat mengalir seperti sungai kecil di pelipisnya.
"Eh... eh... m-maaf, Yang Mulia, apakah aku mendengar dengan benar?" Haruto tergagap, suaranya lebih seperti bisikan panik daripada kalimat yang utuh. "Peng-pengawal pribadi...?"
"Ada yang salah ... pertama silahkan duduk terlebih dahulu ..." ucap Misha.
Dengan tanpa disadari Haruto, dia tiba-tiba mendapati dirinya duduk di sofa depan sang Ratu. Seperti dalam kilatan cahaya, ia berpindah tempat tanpa mengingat bagaimana dia bisa sampai di sana. "Apa... bagaimana aku bisa...?" gumam Haruto bingung, merasa seolah-olah ada yang memindahkannya seperti boneka.
Sambil masih kebingungan, Haruto mendengar suara halus dari sebelahnya. Dia menoleh dan melihat seseorang dengan gaun mewah, yang dengan tenang sedang meminum teh. Wajah nya sangat serius, seperti sedang menganalisis rahasia besar dari setiap tegukan tehnya.
"Si- siapa dia ...?" gumam Haruto, suaranya gemetar seperti daun di tiup angin. Matanya melirik ke arah wanita yang sedang menikmati tehnya dengan anggun.
"Oh, aku akan memperkenalkannya," ucap Misha von Ascham dengan senyum lembut yang menambah kegelisahan Haruto. "Dia adalah Ratu Kerajaan Taenia sekaligus Ibu dari Tania."
Saat mendengar penjelasan itu, Haruto memutih seperti kertas dan hampir menghilang menjadi abu. Dalam pikirannya, dia sudah bisa melihat dirinya sendiri meleleh ke lantai seperti lilin yang dipanaskan.
"R-Ratu?!" Haruto tergagap, hampir melompat dari sofa. "Ibunya Tania?!" Dia berusaha menjaga suaranya agar tidak bergetar, tetapi usaha itu sia-sia. Matanya membelalak, dan keringat dingin kembali mengalir deras di pelipisnya. "Kenapa selalu ada yang lebih mengejutkan? Apa selanjutnya? Aku harus menghadapi naga?"
Celestina menahan tawa di sebelahnya. "Haruto, tenang saja. Ini bukan sesuatu yang menakutkan. Ibu hanya ingin memastikan kamu siap untuk tugas barumu."
Haruto hanya bisa mengangguk, walau pikirannya berteriak ingin kabur. "Ya, tentu... siap...," ucapnya, berusaha terdengar meyakinkan meskipun suaranya masih gemetar.
Misha von Ascham, yang melihat reaksi Haruto, menepuk pundaknya dengan lembut. "Jangan khawatir, Haruto. Kamu tidak sendirian. Kami semua akan membantumu."
"Perkenalkan .... aku Rihao Nene von Taenia ... 17 tahun ... dan akan terus begitu ..." ucapnya dengan aksen anak remaja.
"Se- se- se- senang berkenalan dengan anda ... Haruto Gerald, aku hanya seorang rakyat biasa ..." ucap Haruto yang sudah memutih.
"Whoa Haruto, jangan pingsan ..." ucap Celestina dengan panik ketika Haruto terhuyung.
"Ah, aku akan meninggalkan masa masa santaiku ... sayonara. ..." ucap Haruto yang merasa pasrah dengan apa yang akan dia hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...