⚠️ HANYA FIKSI ⚠️
TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!"Kakak!!!" Tubuh Chika tekulai lemas dihadapan Christy.
"Kaaakk, bangun. Kakak kenapa???" Christy terus menepuk-nepuk pipi Chika yang tidak sadarkan diri.
"Ayaaahh... Bundaa!!!" Teriak Christy.
Cio dan Shani sedang berada di kamarnya, kamar Chika dan orangtuanya ini berdampingan sehingga suara teriakan Christy itu dapat mereka dengar.
Cio dan Shani tergesa-gesa sampai di kamar Chika."KAKAK!!!" Teriak Shani yang langsung mendekati Chika.
"Dek kakak kenapa?" Tanya Cio pada Christy.
"Gak tau yah, Kakak tiba-tiba kaya gini hiksss... Kak, bangun...!"
Shani segera memangku Chika."Kak, bangun sayang. Maafin bunda Kak. Bunda mohon bangun!!!" Shani mencoba untuk menyadarkan Chika dari pingsannya.
"Yah, kita bawa Kakak ke rumah sakit aja. BURUAN!!!" Panik Shani, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Pertama kali dia melihat Chika yang seperti ini. Rasa bersalah Shani semakin besar saat mengingat perdebatan antara dirinya dan Chika, sampai Chika seperti ini pun itu karenanya.
"Adek ikut yah hiksss." Ucap Christy.
"Adek dirumah aja ya." Ucap Cio pada Christy.
"BURUAN gendong Kakak yah!" Titah Shani.
"Kamu tenang dulu Bun."
"Gimana mau tenang anak aku kaya gini hiksss hiksss, maafin bunda sayang." Shani terus mengelus kening Chika dan menciumnya. Tapi Chika tak kunjung sadar.
"Huwaaaaaaa kakak!!! Bangun kak, jangan gini." Christy terus menangis di samping Chika yang pingsan.
"Bun, biar ayah bawa sendiri aja Kakak ke rumah sakit. Kamu di rumah sama adek."
"Mana bisa kaya gitu yah, bunda khawatir sama Kakak. Dia kaya gini juga pasti gara-gara bunda hikss."
Cio dengan segera menggendong Chika."Udah kamu tunggu di rumah, kasian adek kalo di bawa ke rumah sakit." Ucap Cio sambil berlalu keluar dari kamar Chika.
"Yah tunggu, bunda ikut!"
"Huwaaaaaaa Kakak, mau ikut Kakak!!!" Tangis Christy semakin kencang. Saat mendengar tangisan Christy Shani yang sudah di ambang pintu baru tersadar kalau dia ikut ke rumah sakit akan bersama siapa Christy di rumah. Sedangkan Bi Inah sedang pulang kampung.
"Kakaaaakkk" Christy juga berusaha akan mengejar Cio, namun tubuhnya di tahan oleh Shani.
"Suuttsss sayang, sama bunda dulu ya." Ucap Shani sambil menggendong Christy.
"Kakak Bun hiksss kakak sakit, Kakak pergi dari adek hikss. Adek mau Kakak bundaaaa!!!" Tangis Christy dalam dekapan Shani.
"Tenang sayang, kita doain Kakak supaya baik-baik aja ya." Ucap Shani menenangkan Christy, meskipun sebenarnya dia juga tidak tenang pikirannya terus tertuju pada Chika. Entah apa yang sedang anaknya itu rasakan saat ini. Shani terus menangis dalam diamnya, karena dia juga tidak mau membuat Christy semakin sedih.
"Ini gara-gara bunda. Kakak sakit gara-gara bunda marahin Kakak," ucap Christy pada Shani dia seketika turun dari pangkuan Shani.
"Iya dek ini memang salah bunda. Bunda udah keterlaluan sama kakak, bunda juga nyesel dek." Ucap Shani airmatanya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Karena memang yang di katakan oleh Christy itu benar adanya ini semua salah Shani.
"Sini sayang sama bunda." Lanjut Shani sambil meraih tubuh Christy yang menjauh darinya.
"Nggak hiks hiks, bunda jahat! Adek ga mau sama bunda." Ucap Christy. Shani yang mendengar perkataan Christy hatinya sungguh sakit, dia harus menanggung resiko karena telah membuat Chika seperti itu sampai Christy tidak mau bersamanya. Percuma saja kalau dia bujuk Christy untuk bersamanya itu tidak akan berhasil. Shani hanya bisa membiarkan Christy menangis, meluapkan emosinya terlebih dahulu.
SKIP Rumah Sakit
Cio dengan tergesa-gesa memasuki rumah sakit. Keadaan Chika masih sama dia belum sadar sejak dari rumah.
"SUSTER, DOKTER TOLONG ANAK SAYA!!!" ucap Cio dia sedikit berlari untuk sampai ke dalam rumah sakit. Datang beberapa perawat dengan membawa brankar.
"Baik pak, tolong letakkan di sini." Ucap salah satu perawat.
Cio dengan perlahan menidurkan Chika di brankar itu. Nampak wajah Chika yang semakin pucat, bibirnya tidak bergerak sama sekali.
Chika pun dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan."Maaf pa, tolong tunggu di sini."
"Tapi sus anak saya."
"Kami akan melakukan penanganan terhadap anak bapa. Mohon kerjasama nya pak." Ucap Suster.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya sus." Ucap Cio.
"Iya pak, kami akan berusaha. Bapak tolong bantu do'a saja." Ucap Suster yang langsung menutup pintu ruangan itu. Tubuh Cio mulai terasa lemas, dia mendudukkan dirinya di kursi besi yang ada di depan ruangan IGD. Cio menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Pikiran Cio mulai kalut, dia takut terjadi sesuatu pada Chika. Cio hanya bisa berdo'a untuk Chika semoga keadaannya baik-baik saja dan tidak ada hal serius yang menimpa Chika.
"Kak, ayah mohon kamu harus bangun sayang. Kenapa kamu tiba-tiba kaya gini, Kak? Kakak capek ya? Maafin ayah ya sayang, ayah gak bisa jagain Kakak sampe kakak kaya gini." Gumam Cio, tak terasa airmatanya mulai menetes. Seolah kejadian ini menarik mundur ingatan Cio tentang Chika saat dulu pertama kali dia ditemukan. Bahkan setelah itu Chika tidak pernah sakit sampai masuk rumah sakit seperti saat ini.
Drrrttt drrrttt
"Halo Bun?"
"Kakak gimana yah? Dia baik-baik aja kan? Bunda mau kesitu yah."
"Kakak masih di periksa Bun, ayah belum tau keadaan Kakak kaya gimana."
"Hiks hiks, maafin bunda kak. Bunda udah bikin kakak kaya gini."
"Sutss, kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri Bun. Kamu doa'in aja semoga kakak baik-baik aja." Ucap Cio.
"Tapi emang bener yah, ini semua salah bunda hiksss. Bunda pengen minta maaf sama kakak yah. Bunda janji bunda gak akan larang dia lagi hiksss asal dia disini sama bunda lagi. Bunda mau kesitu yah."
"Kalo bunda kesini adek kasian. Udah kamu di rumah aja, biar kakak ayah yang temenin disini. Kamu jangan khawatir Kakak udah ditangani sama dokter. Ayah mohon kamu jangan banyak pikiran dulu Bun. Kakak pasti baik-baik aja, ayah yakin. Anak gadis ayah yang satu itu kuat." Ucap Cio, dia berusaha terus menenangkan Shani. Sebenarnya hati Cio pun sama seperti Shani, tapi dia juga harus menguatkan Shani.
"Hiks hiks bunda takut yaahh."
"Bunda ga usah takut, kita do'ain aja yang terbaik buat Kakak ya. Udah dulu ya Bun, nanti ayah telpon lagi kalo Kakak udah selesai di periksa."
"Iya yah, kabarin bunda terus ya. Jangan sampe nggak!"
"Iya Bun."
Tuutt
Panggilan terputus.
Saat akan menyimpan kembali ponselnya, Cio melihat sekilas foto yang menjadi wallpaper di layar ponselnya. Foto Chika bersama Christy yang saling berpelukan dan menampilkan senyuman.
"Anak cantiknya ayah, anak kuatnya ayah. Apapun yang lagi kamu rasain saat ini, ayah mohon kamu tetap kuat ya. Ayah disini nemenin kakak, kakak gak usah takut." Gumam Cio yang terus menatap layar ponselnya.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya jika terjadi sesuatu pada Chika. Tapi dia juga selalu berharap kalau apa yang menjadi ketakutannya itu tidak akan pernah terjadi.Mungkin beberapa part lagi akan end guys🥺 karenaaa....
Buat yang baru baca part ini, mending baca dari awal deh biar tau kaya gimana🤭
VOTE nya dong😁
Makasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Milikku [END]
Teen FictionTak selamanya keluarga itu harus terbentuk dari ikatan darah yang sama.