Seperti perjanjian diawal Christy pun turun ketika Chika akan menuruni tangga. Dan kemudian dilanjutkan menuju ruang makan. Jujur Chika sudah sangat lelah, namun demi Christy apapun akan ia lakukan...
"Loh kenapa digendong kaya gitu sih dek? Kasian kakak!" Tegur Cio. Chika lebih dulu mendudukkan Christy di samping Cio.
"Ayah kaya gak tau aja, gimana susahnya bujuk ni bocil." Ucap Chika sambil meregangkan otot pinggangnya.
"Kakak iihh... Bocal bocil bocal bocil, orang Adek udah gede juga."
"Kalo udah gede gak mungkin banyak drama sama tantrum gini hm, gemes banget sii..." Beberapa cubitan pun mendarat di pipi Christy.
"Sakit kak!" Ringis Christy sambil memegang pipinya yang terasa panas.
"Kak, udah deh. Jangan mulai lagi, nanti malah kamu sendiri yang repot!" Tegur Cio." Kalian tunggu disini ayah mau mandi dulu."
"Lah ayah belum mandi?" Tanya Christy.
"Kamu lupa apa gimana sih dek? Kamu tadi kan pake kamar mandi ayah!"
"Hehe... Iya..." Ucap Christy sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Huh, kalo udah tantrum semua orang kena imbasnya." Sahut Chika.
"Biarin, wlee... Orang kakak yang bikin adek tantrum, salahin diri kakak sendiri laah..."
"Iya, iya maaf...siap saya salah." Chika menganggukan kepalanya beberapa kali. Shani pun datang dengan piring yang sudah terisi makanan.
"Udah pada disini ternyata,"
"Baru aja Bun," jawab Chika.
"Kak buruan suapin adek laper, capek abis marah-marah."
"Gak ada yang nyuruh, iya kan Bun?" Tanya Chika diangguki Shani.
"Makan sendiri dek. Biar kakak juga bisa makan."
"Gak mau Bun, orang tadi kakak udah janji mau suapin. Ya harus ditepati dong." Balas Christy tak mau kalah.
"Udah gak apa-apa Bun, kakak sekalian makan aja."
"Ya udah terserah kakak aja. Ayah kemana?" Tanya Shani pada Chika.
"Mandi Bun." Jawab Christy.
"Kalian makan duluan aja. Nih kak, pesanan kamu." Shani menyodorkan piring yang sudah terisi dengan makanan favorit Chika.
"Wiiihhh, akhirnya mba Retno bikinin juga." Chika sangat antusias melihatnya, karena sudah cukup lama ia tidak mencicipi makanan favoritnya itu.
"Kak, adek gak mau sama itu. Sama sup aja."
"Iya nanti piringnya pisah ko dek. Mba Retno nya mana Bun?"
"Itu bunda yang masak." Jawab Shani singkat yang kemudian duduk di samping Chika juga.
"Bunda?"
"Iya, kenapa gak minta bunda aja yang masak sih kak?" Tanya Shani penasaran.
"Maaf, kakak takut bunda cape. Jadi minta tolong mba deh."
"Ih kakak sama bunda malah ngobrol. Kapan makan nya..." Ucap Christy sambil mengerucutkan bibirnya.
"Utututu, iya makan sekarang..."Chika pun menyendok nasi dan juga sup untuk Christy.
"Kalian kalo mau apa-apa bilang sama bunda, jangan sungkan. Bunda gak akan pernah ada capeknya kalo buat kalian." Lirih Shani. Chika merasa sedikit bersalah, mungkin apa yang dia lakukan telah membuat Shani tersinggung.
"Maaf Bun." Lirih Chika menatap Shani dan mengusap punggung tangannya.
"Iya gak apa-apa." Balas Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Milikku [END]
Ficção AdolescenteTak selamanya keluarga itu harus terbentuk dari ikatan darah yang sama.