Bagian 38 ( Season 2)

2K 285 8
                                    

Seperti deja vu Aldrean lagi-lagi terbangun di sebuah kamar yang asing. Kamar itu tidak terlihat sebagus kamar yang ada di Rumah Louis atau pun Villanya tapi jika harus disebutkan kamar itu tetap saja mewah.

Hanya sekali lihat Aldrean bisa tahu berapa harga semua furniture yang tidak bisa disebut murah.

Tunggu! Jangan-jangan...

Dengan panik Aldrean turun dari ranjang, dia sedikit berlari menuju ke depan lemari besar di mana ada cermin yang terletak di sana.

Setelah melihat penampilannya masih sama sebagai 'Aldrean', Aldrean menghela napas lega.

Gue pikir gue ganti raga lagi.

Baru setelah hatinya berucap hal itu Aldrean baru menyadari rasa sakit dan perih yang berasal dari daerah perut sebelah kirinya.

Menengok ke bawah, Aldrean baru teringat jika perutnya baru kena bobol pisau.

Kaos putih polos yang saat ini melekat ditubuhnya seketika diwarnai merah.

Saat Aldrean mengangkat ujung kaosnya, dia bisa melihat perban melingkar di perutnya yang saat ini juga berwarna kan merah.

Memilih mengabaikan luka diperutnya yang tampaknya telah kembali terbuka, Aldrean lebih memilih mengamati sekeliling kamar yang ditempatinya.

Tempat itu asing.

Buktinya Aldrean tidak memiliki sedikit pun ingatan tentang tempat itu.

Apa saat dia pingsan di jalan seseorang menolongnya dan membawanya?

Lupakan.

Itu tidak penting.

Yang penting baginya adalah siapa orang yang telah menusuknya dan kenapa orang itu melakukannya?

Dia memiliki dendam dengan Aldrean? Tapi dendam apa?

Atau, orang itu hanya psikopat gila yang haus darah?

Sial.

Dia sebenarnya memang orang yang tidak beruntung.

Entah itu karena dendam atau psikopat, lukanya tetap saja sakit.

Aldrean meringis dan memejamkan matanya. Sepertinya luka tusukannya cukup dalam sampai rasa sakitnya bisa dia katakan lumayan.

Dia bahkan sampai pingsan di jalan saat berniat untuk kembali kost annya. Sepertinya dia juga kehilangan banyak darah.

Lihatlah wajah pucat di cermin itu.

Jelek banget.

Aldrean meraup wajahnya dan tanpa pemuda itu sadari seseorang telah memperhatikan semua kegiatannya yang menatap cermin sedari tadi.

Orang itu-- Adam. Putra bungsu Keluarga Wijaya yang saat ini menginjak bangku kelas 12 SMA di sekolah yang sama dengan Aldrean.

Adam awalnya terkejut saat melihat Papanya pulang dengan membawa seorang anak yang tidak sadarkan diri. Saat dokter datang memeriksa dokter mengatakan jika luka tusuknya cukup dalam dan bahkan hampir melukai ginjal, beruntung itu tidak. Tetap saja kondisinya mencapai tahap serius dan dokter menyarankan untuk membawanya ke rumah sakit untuk perawatan yang lebih baik.

Dengan begitu anehnya Papanya menolak usulan itu dan justru meminta dokter untuk menyiapkan semua yang diperlukan, Papanya ingin anak itu di rawat di rumah.

Itu adalah kejadian kemarin malam. Anak yang saat ini Adam lihat sedang menatap cermin itu telah tidak sadarkan diri selama lebih dari 12 jam.

"Lo masih butuh ini kan?" Adam meraih bekas jarum infus yang tercecer di lantai. Pemilik sebelumnya sepertinya tidak menyadari jika benda yang semula menempel ditangannya itu telah terlepas secara paksa.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang