Latar pemandangan yang terlihat adalah sore hari yang indah, dengan sinar matahari yang kemerahan dan langit biru yang bercampur abu, bunga-bunga di halaman rumah minimalis itu memiliki berbagai macam warna.
Seorang wanita cantik, dengan gaun putih selutut, rambutnya cokelat panjang dan tergerai, wajahnya kabur tapi senyuman manis di bibir merah mudanya bisa ditangkap dengan jelas. Wanita itu tampak begitu menikmati kegiatannya menyiram sembari melantunkan senandung kecil lewat bibirnya.
Lalu, pemandangan beralih pada seorang anak laki-laki dengan rambut putih yang tidak sesuai untuk usianya. Anak laki-laki sekitar sepuluh tahun itu berdiri di ambang jendela kamar di lantai dua, bola mata merah besarnya menatap penuh kehangatan yang bercampur kerinduan pada sosok wanita cantik yang sedang menyiram tanaman di halaman.
"*** rindu, Mama..."
...
"Al! Aldrean!"
Sepasang cokelat cerah itu terbuka. Aldrean menatap linglung pemandangan di depannya.
Bisma yang baru saja membangunkannya menatapnya dengan heran sekaligus ditambah kecemasan. "Lo ga pa-pa kan? Sorry gue bangunin lo, bentar lagi kita nyampe."
Untuk sesaat Aldrean masih linglung. Remaja bermata cokelat itu mendudukkan diri dan mulai menatap sekeliling. Seketika dirinya baru menyadari jika dia saat ini berada di dalam pesawat, tepatnya di dalam sebuah kabin khusus yang menyedikan ranjang dan kasur.
Melihat Aldrean yang linglung, Bisma hanya menyimpulkan jika anak yang lebih muda setahun darinya itu masih terjebak oleh mimpi.
Bisma tersenyum dan menepuk bahu Aldrean. "Lima belas menit lagi kita mendarat. Lo oke kan? Kalo ga gue bangunin takutnya nanti lo masih pusing kalo turun."
Aldrean hanya menggangguk, pikirannya masih kabur. Dia baru saja bermimpi. Itu mimpi yang terasa sangat nyata walau pun dia tidak ingat apa dia benar-benar pernah mengalaminya atau memang semua itu hanya bunga tidur semata.
Selain memimpikan tentang masalalu Aldrean asli, ini pertama kalinya dia bermimpi tentang hal lain setelah hidup sebagai Aldrean.
Terutama penampilan anak laki-laki dengan rambut putih yang muncul dalam mimpinya. Firasatnya mengatakan jika anak itu adalah dirinya di masa lalu.
Tapi, dia lupa.
Entah anak itu benar dirinya atau bukan.
Lalu, wanita cantik berambut cokelat, apa sosok itu adalah ibunya? Wajah cantiknya bahkan kabur, semua ingatannya tentang masa lalunya hampir tak tersisa.
"Al! Aldrean!"
Suara Bisma menyentak lamunan Aldrean.
"Astaga lo malah ngelamun!"
"S-sorry. Lo bilang apa barusan?"
"Sana cuci muka dulu. Yang lain udah di depan. Bentar lagi pendaratan."
"O-oke."
Beberapa menit kemudian pesawat pribadi milik Keluarga Atmaja yang secara khusus membawa keempat sekawan itu mendarat di Bandara Internasional Polind. Membutuhkan waktu sekitar satu jam dari Bandara Polind ke Kota Monrou, tempat yang menjadi tujuan wisata anak kelas sepuluh YHS.
Memilih untuk menggunakan pesawat pribadi alih-alih pesawat umum yang digunakan murid-murid lain, Edwin, Bisma, Deon dan Aldrean menjadi orang-orang yang pertama kali sampai di Hotel tempat mereka akan menginap.
Setelah memandu ketiga teman-temannya untuk menemukan kamar mereka masing-masing, Edwin kembali keluar untuk menjemput teman-teman sekelas mereka yang menyusul di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Novela JuvenilDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]