Revano yang awalnya hanya ingin menikmati makanan dengan tenang terpaksa ikut campur karena posisinya sebagai ketua OSIS. Dia harus bisa menjaga kedamaian di sekolah, tidak mengizinkan adanya pembulian adalah salah satunya.
"Lo baik-baik aja?" Tanyanya pada siswa berkacamata.
Siswa berkacamata itu terus menunduk dan tidak menjawab, penampilannya terlihat seperti orang yang benar-benar ketakutan.
"Lo diapain mereka?" Tanyanya lagi.
Pertanyaan yang dilontarkan Revano itu lantas membuat Bisma tidak terima. "Ga usah ikut campur kalo ga tau awalnya. Kita ga ngapa-ngapain tuh anak. Dia jatuh sendiri."
Revano tampaknya mengabaikan ocehan Bisma. "Kalo mereka ngebuli lo, lo tinggal bilang aja ke gue, nanti gue urus."
Kemudian, Revano mengarahkan tatapannya pada Bisma, Edwin, Deon, dan terakhir dia menatap Aldrean yang masih duduk dibangkunya.
Tatapan mereka bertemu untuk sesaat.
Tatapan Aldrean sangat datar dan membuat Revano merinding. Dia dengan cepat mengalihkan tatapannya.
"I-iya." Siswa berkacamata itu mengangguk setelah menatap Revano dan kemudian menundukkan kepalanya kembali.
Dia tak ingin melihat tatapan tajam Bisma yang seperti bisa menyobek mulutnya.
Walau pun pelan tapi jawaban yang dikeluarkannya semakin memancing amarah dari Bisma untuk keluar. "Lo yang bener aja dong, kita ga ngapa-ngapain lo ya! Yang ada gara-gara lo Al luka, anjin*"
Sudah terlanjur marah Bisma bahkan tidak bisa lagi memfilter mulutnya.
Edwin yang sudah paham tabiat anak itu segera menghentikannya. "Udah, Bis."
Dia kemudian menatap Deon. "Yon, mending lo bawa Al ke UKS duluan. Nanti kita nyusul."
Deon hanya mengangguk.
Saat Deon akan membantu Aldrean untuk berdiri dan memapahnya, dia menolaknya. "Gue bisa jalan sendiri."
Moodnya sudah rusak, Aldrean tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan makannya. Abaikan perutnya yang bergemuruh, tangannya saat ini gatal karena ingin meninju sesuatu.
Aldrean kemudian mendahului Deon untuk meninggalkan kantin, membiarkan anak itu mengikutinya di belakang.
Tapi di tengah jalan Aldrean menghentikan langkahnya. Deon pun ikut berhenti.
"Sakit?" Tanya Deon.
Walau wajahnya datar tapi Aldrean tahu anak itu sedang cemas sekarang.
Perasaannya yang memberitahu hal itu.
Sayangnya Aldrean tidak punya waktu untuk memperhatikan Deon yang cemas, saat ini dia sedang kebingungan.
Aldrean lupa di mana letak ruang kesehatan sekolah.
___
Setelah mengobati luka dikakinya, Deon mengajaknya untuk membolos. Aldrean yang pada dasarnya sudah muak dalam belajar hanya mengangguk mengiyakan.
Untuk masalah yang terjadi di kantin sebelumnya, Aldrean tidak mau tahu dan tidak mau peduli, dia membiarkan Edwin dan Bisma mengurus semuanya.
Dia tahu keduanya bisa diandalkan.
Keduanya keluar dari gerbang depan sekolah bertepatan dengan bel istirahat berakhir yang berbunyi dengan mudah, berkat sang kaisar sekolah-- Edwin tentu saja.
Sudah ada sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di dekat gerbang besar YHS. Mobil itu milik Deon yang biasa dia gunakan untuk pulang-pergi ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
JugendliteraturDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]