Di Villa saat ini makan malam tengah berlangsung. Hanya ada tiga orang laki-laki berusia berbeda yang menghuni meja makan karena, Mary-- satu-satunya perempuan yang tinggal di tempat itu saat ini sedang melakukan pekerjaannya di Negara A.
Sebagai seorang super model internasional, Mary memang menjadikan Negara A sebagai rumah utama untuk pekerjaannya. Lagipula perusahaan modeling yang dia dirikan juga berada di negara itu.
Mary hanya sesekali akan datang berkunjung ke Negara N hanya untuk melihat Papanya-- Louis.
Makan malam itu berlangsung dengan tenang. Aldrean melirik Kei saat pemuda itu tiba-tiba saja menambahkan lauk ke atas piringnya. Yang dilirik hanya tersenyum saja seolah dia menikmati hal yang dilakukannya.
Tidak ada pilihan lain selain menerima tambahan lauk itu, Aldrean akhirnya menghabiskan semua makanan dipiringnya dengan tanpa sisa.
"Besok, kita akan pindah." Kata-kata itu Louis keluarkan setelah pria itu menyelesaikan makanannya juga. Dia menatap kedua orang pemuda berbeda usia yang duduk di sebelah kanannya.
Kei diam. Dia tidak bertanya atau melakukan protes apa pun walau pun dia sedikit heran karena Papanya tiba-tiba berkata akan pindah.
Padahal setahu Kei tinggal di Villa yang jauh dari kerumunan orang-orang adalah apa yang diinginkan Papanya saat Papanya mengatakan akan pensiun.
Walau pun sebenarnya Papanya itu belum terlalu tua dan bahkan masih sangat sehat dan bugar, Kei juga baik-baik saja jika Papanya memilih untuk tinggal di rumah.
Dia tidak tahu apa yang membuat Papanya berubah pikiran.
Aldrean yang mendengar penuturan itu pun sama-sama diam. Kenapa tiba-tiba pria tua itu membahas soal kepindahan?
Menyadari tidak ada yang akan membuka suara, Louis pun melanjutkan kata-katanya. "Villa ini terlalu jauh dari sekolah Al, aku tidak mungkin membiarkan Al kembali ke kost an kecilnya dan Al juga perlu melanjutkan pendidikannya."
Louis menjeda, dia melirik Aldrean. "Atau, Al, apa kamu ingin homeschooling?"
Apa? Aldrean mengerutkan dahi. "Tidak mau." Jawabnya.
Tidak mungkin Aldrean mau menghabiskan waktunya selamanya hanya di dalam Villa, walau pun bermalas-malasan itu memang menyenangkan tapi melakukan itu untuk selamanya itu akan menjadi membosankan. Bisa-bisa dia mati kebosanan.
Tentang sekolah, jujur Aldrean bahkan lupa jika statusnya saat ini masih seorang siswa, terlalu banyak tubuh yang dia tempati kadang membuatnya kebingungan sendiri.
Aldrean sudah lama tidak datang ke sekolah, mungkin hampir seminggu? Tulang kaki kirinya yang patah bahkan sudah tersambung kembali, Frans mengatakan selama dia menghindari kegiatan yang akan membebani kakinya seperti berlari atau melompat, kakinya mungkin akan pulih seutuhnya dalam dua minggu.
Untuk sekarang Aldrean juga sudah bisa bergerak sendiri, dia tidak memerlukan tongkat atau bantuan orang lain. Penyembuhannya memang lebih cepat dari orang lain.
Meski pun begitu Ron kadang-kadang masih akan berinisiatif untuk membantunya, mengurangi kegiatannya untuk bergerak. Aldrean tidak masalah, dia mulai menyukai bantuan dari pria itu yang sangat membantu dan membuatnya bisa bermalas-malasan.
Seperti tadi saat Ron membantu menggendongnya turun dari lantai dua.
"Kalau begitu kita akan pindah besok." Final Louis sebelum meninggalkan meja makan.
Kei tidak keberatan. Dia mengangguk saja. Dia kemudian menoleh ke arah Aldrean yang duduk di sisi kirinya. "Kamu tidak apa-apa kan?" Tanyanya.
Kenapa bertanya seperti itu padanya? Aldrean tidak mengerti. Bukan seperti dia bisa protes atau sesuatu yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Подростковая литератураDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]