Bagian 49 (Season 2)

1.5K 289 35
                                    

Setelah ditemukannya botol kecil di tas milik Aldrean yang diduga merupakan sisa racun yang telah dikonsumsi Aldrean, Edwin bergegas kembali ke sekolah sementara dia meninggalkan Bisma dan Deon untuk tetap tinggal di rumah sakit, menunggu Aldrean yang dalam perawatan.

Seperti perkiraan Bisma, menurut dokter Aldrean memang keracunan dan kemungkinan besar racun itu terkandung dalam makanan atau minuman yang telah pemuda itu konsumsi.

Selain makanan dan minuman yang Aldrean makan saat di kantin sekolah, Aldrean tidak mengonsumsi yang lain.

Pikiran Edwin cukup gelisah tapi dia berusaha bersikap tenang. Orang suruhannya telah mendapatkan CCTV dari kantin pada jam istirahat tapi sayangnya CCTV tidak menangkap gerakkan mencurigakan apa pun.

Begitu sampai di sekolah, Edwin langsung meminta untuk melihat rekaman CCTV itu secara langsung.

Pemuda itu melihat secara cermat dan teliti setiap pergerakkan yang ditampilkan di dalam layar, seolah dia tidak ingin melewatkan sedikit petunjuk apa pun.

Saat ini di layar komputer di depannya terlihat saat Bisma memesan minuman untuk mereka di kantin. Tidak ada yang ganjal bahkan gerak gerik penjaga stan minuman yang Edwin ketahui bernama Elis itu terlihat normal.

"Apa Al memasukkan racun itu sendiri? Tidak mungkin..." Edwin berguman pelan sekaligus langsung membantah pikiran liarnya sendiri.

Kepalanya terasa sakit dan matanya pun mulai sakit karena terus fokus menatap layar komputer selama setengah jam tanpa hasil apa pun. Edwin bergerak untuk mencubit tengah hidungnya saat dia mulai melihat layar menampilkan Diki di menit selanjutnya.

CCTV di kantin hanya bisa menangkap sudut di mana hanya profil sebelah kiri Diki yang terlihat. Awalnya Edwin tidak mengenali proporsi itu tapi saat Diki akhirnya berbalik menghadap kamera dengan minuman ditangannya baru lah Edwin akhirnya mengenalinya. Tapi, tetap saja tidak ada yang istimewa.

Meski begitu Edwin tidak menyerah, dia tetap menatap serius layar komputer di depannya.

"Saya sudah melihat semua rekamannya dan memang tidak ada hal yang mencolok tuan muda. Tapi sejujurnya, gerakkan anak itu cukup dapat dipertanyakan."

Egi, pria yang kali ini Edwin tugaskan untuk menyelidiki CCTV disekolah membuka suaranya. Sebelum tuan mudanya datang dia juga telah melihat keseluruhan rekaman dan sebenarnya dia tidak menemukan hal mengganjal yang mencolok, hanya setelah dia melihat rekaman yang terus diulang-ulang oleh majikannya dia baru merasa ada sesuatu yang aneh pada gerakkan anak berkaca mata yang tampaknya bahkan juga tidak terlalu disadari oleh tuan mudanya.

Mendengar orangnya berbicara, Edwin menoleh untuk menatap pria di belakangnya itu. "Jelaskan!"

"Silahkan anda ulangi di menit ke 8.16, tangan anak itu seperti merogoh sesuatu dikantongnya." Egi menjelaskan dengan fokusnya yang tetap tertuju ke arah layar komputer.

Edwin menuruti ucapannya dan mengulang adegan yang ingin dilihat oleh Egi. Melihatnya lagi, Edwin tetap tidak bisa menangkap apa yang salah. Itu hanya menampilkan Diki yang berdiri di depan stan minuman untuk memesan.

"Tidak ada yang aneh. Apa maksudmu?"

"Setelah saya melihat berulang adegannya saya baru sadar jika anak itu sepertinya cukup lama berdiri di sana hanya untuk memesan." Egi bergerak maju dan dia juga memundurkan adegan kembali. "Lihat, penjaga wanita itu sepertinya sudah menerima pesanannya tapi dia tidak juga pergi dari sana."

Edwin juga melihat adegan itu dan dia masih tidak terlalu memahami apa yang salah dari itu. "Dia jelas menunggu pesanannya jadi."

Terkadang ada beberapa murid yang memang suka menunggu pesanan mereka sendiri dari pada memilih untuk menunggu pesanan mereka diantarkan oleh pelayan.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang