Bagian 2

12.3K 920 7
                                    

"Sshh..." Aldrean memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit akibat ingatan baru yang didapatkannya.

Deon yang berada di sisinya sigap menahan tubuh itu saat Aldrean terhuyung. "Al--" tatapan datarnya seketika berubah cemas.

Tapi, Aldrean segera menyeimbangkan kembali tubuhnya, dia menepuk bahu Deon pelan untuk memberitahu keadaannya yang baik-baik saja. "Thanks. Gue ga pa-pa."

"Serius?" Tanya Edwin. Dia tahu kebiasaan Aldrean yang akan selalu berkata baik-baik saja walau pun kenyataannya tidak.

Aldrean mengangguk. "Lemes. Mungkin laper."

"Ya udah, ayo ke kantin." Edwin mendahului dan menarik tangan Aldrean untuk mengikutinya.

Aldrean sendiri hanya pasrah. Kepalanya masih pusing walau tidak parah. Sepanjang perjalanan itu tidak ada lagi yang berbicara dan Aldrean memanfaatkan waktunya untuk melihat-lihat sekeliling sekolah.

Karena ingatannya yang tidak sempurna, banyak hal yang Aldrean lupakan termasuk letak kantin atau bahkan perpustakaan.

Di sisi kanan koridor yang mereka lalui saat ini ada lapangan luas out door, beberapa siswa terlihat ramai bermain permainan bola basket.

Jika tidak salah Nevan juga salah satu anggota tim basket sekolah.

Ah, masa bodo. Aldrean menggelengkan kepalanya.

Kenapa ingatan-ingatan yang muncul adalah ingatan-ingatan yang tidak penting.

___

Di YHS masing-masing tingkatan memiliki jagoan visual mereka masing-masing. Jika Aldrean dan teman-temannya adalah visual dari kelas sepuluh, di kelas sebelas ada Revano dan teman-temannya. Walau pun Nevan juga termasuk tampan tapi ketampanannya masih di bawah ketampanan ketua OSIS YHS yang merupakan kesayangan semua orang. Revano.

Di kelas dua belas ada Kris dan dua temannya-- Adam dan Juan. Mereka anggota Klub Basket dan Kris bahkan pernah menjabat sebagai ketuanya.

Saat ini, keadaan kantin yang semula tenang berubah gaduh saat Aldrean dan teman-temannya mulai memasuki tempat itu.

Hari ini kejadian langka baru saja terjadi. Di satu tempat yang sama, semua visual dari masing-masing tingkatan telah berkumpul.

Kris dan kedua temannya berada di pojok kanan kantin, tidak biasanya bagi anak dua belas nongkrong di kantin di lantai satu, walau pun kantin di lantai satu memang memiliki menu lebih banyak, tapi anak-anak kelas dua belas lebih suka makan di kantin di lantai tiga yang mana letaknya lebih dekat dengan kelas mereka.

Hal yang jarang terjadi juga untuk Revano yang biasanya lebih suka menikmati bekal di ruangan OSIS nya alih-alih mengikuti teman-temannya pergi ke kantin. Saat ini Revano sedang asik menyantap bakso dengan kuah merah miliknya.

Aldrean dan teman-temannya memang datang terlambat ke kantin karena masalah yang tidak terduga sebelumnya.

Kantin hampir penuh seutuhnya tapi beruntung ada satu tempat kosong yang tersisa. Tempat itu tepat diujung, paling jauh dari yang lain.

Edwin langsung menuntun Aldrean untuk menempati tempat itu sementara pemesanan makanan dia serahkan pada Bisma dan Deon.

"Wah... ngimpi apa gue semalem bisa liat cogan-cogan ngumpul barengan gini."

"Liat deh, dia Al kan anak kelas 10-3, ganteng banget cuy!"

"Ganteng sih tapi miskin elah."

"Huss, jangan keras-keras nanti dia denger gimana?"

"Gue sih ga peduli mau miskin apa ngga yang penting bisa banget buat memperbaiki keturunan."

"Ah dasar lo!"

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang