Diki menghela napas karena tidak bisa mendapatkan jawaban dari Aldrean. Lagi pula apa yang bisa dia harapkan dari seseorang yang sedang kehilangan kesadaran.
Tiba-tiba Diki menyesal karena telah membius Aldrean.
Tapi saat dipikir lagi, tanpa membius Aldrean, bagaimana Diki bisa membawanya.
Diki berjongkok di sisi tubuh Aldrean dan akhirnya hanya mengeluarkan helaan napas panjang. "Hahh..."
Gibran memintanya untuk menjatuhkan Aldrean dari atas, walau pun Diki tidak ingin melakukannya tapi anehnya tubuhnya bergerak sendiri untuk melakukannya.
Diki mulai menyeret tubuh tidak sadarkan diri Aldrean untuk sampai ke pagar pembatas. "Aku ga mau ngelakuin ini tapi aku ga ada pilihan." Ucapnya.
Kata-kata Diki terkesan bahwa dia tidak ingin melakukannya tapi ekspresi wajahnya yang tersenyum lebar menunjukkan bahwa dia senang melakukan tugasnya.
"Uuh... bener-bener deh, mau mati aja Aldre ngerepotin." Diki kesusahan menegakkan tubuh Aldrean yang lemas. Untungnya dia berhasil melakukannya setelah berjuang cukup lama.
Diki membuat tubuh Aldrean berdiri dengan bersandar pada pagar pembatas. Tinggi pagar pembatas itu hanya sekitar perut Aldrean, jika Diki tidak ikut memeganginya tubuh Aldrean akan otomatis meluruh kembali ke bawah.
"Nah, sekarang ayo ucapkan selamat ting--"
Grep.
Mata Diki membola saat kedua tangannya yang membantu menahan tubuh Aldrean tiba-tiba dicengkeram balik.
Bukan hanya itu, Aldrean yang seharusnya masih tidak sadarkan diri karena pengaruh obat biusnya yang kuat tiba-tiba saja membuka matanya.
"...A-Al--akkh!"
Aldrean mencengkeram kedua tangan Diki dengan erat membuat Diki berteriak sakit alih-alih mengungkapkan isi pikirannya.
Diki sangat terkejut.
Bukan hanya karena Aldrean yang tiba-tiba sadarkan diri tapi juga karena kedua warna bola mata Aldrean.
Bola matanya yang berubah merah terlihat menyala dalam kegelapan malam. Tatapannya sangat dingin dan menusuk sampai membuat Diki merinding ketakutan.
"Lo melewati batas!"
Suara Aldrean yang mengalun dengan rendah tapi penuh penekanan membuat Diki langsung kaku di tempat.
Bruk.
Aldrean melemparkan tubuh Diki, membuatnya terjatuh ke lantai atap yang kotor. Kemudian, Aldrean berdiri tegap, menatap Diki yang berada di bawahnya dengan tatapan dingin yang tidak berkurang.
Diki hanya bisa meringis saat Aldrean melemparkan tubuhnya dengan tidak berperasaan. Walau pun dia ingin angkat bicara tapi tatapan dingin Aldrean dan aura menekan yang terasa menguar dari tubuhnya membuat mulut Diki sungkan untuk terbuka.
Tap.
Tap.
Aldrean melangkah secara perlahan dan seperti menyadari bahaya akan datang padanya jika membiarkan Aldrean mendekatinya, tubuh Diki otomatis bergerak mundur untuk menjauhi Aldrean.
Tap.
Melihat Diki yang bergerak mundur dengan menyeret tubuhnya di atas lantai membuat seringai dingin muncul di wajah Aldrean.
"Ja-jangan mendekat..."
Tap.
Aldrean menghentikan langkahnya dan melihat itu Diki akhirnya bisa menghela napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]