Bagian 29

3.2K 421 15
                                    

Suara notifikasi ponselnya membuat Deon menghentikan langkahnya yang akan menuju UKS. Jam belajar memang telah berakhir kurang dari lima menit yang lalu.

Edwin yang melihat Deon menghentikan langkahnya setelah membaca pesan yang masuk ikut berhenti. "Kenapa?"

"Renata." Jawab Deon dengan datar. Dia tampak memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.

Renata adalah sekretaris Alexander-- ayah dari seorang Deon.

Hanya melewati wanita itu Alexander biasa menghubungi Deon.

"Ya udah lo balik aja, nanti gue juga bakal langsung anterin Al balik."

Edwin sudah hapal jika Renata menghubungi Deon itu berarti Alexander memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dan otomatis meminta putranya untuk pulang.

Deon memang lebih suka tinggal di apartement pribadinya dibandingkan di kediaman resmi Keluarga Liu kecuali ada acara keluarga atau acara penting lainnya.

Pemuda itu tidak akan kembali jika tidak diminta.

"Hm." Deon hanya berdehem. Sebenarnya dia malas untuk pulang tapi dia tidak diizinkan untuk menolak.

Menyadari ketidaksukaan dibalik raut datar Deon, Edwin tersenyum tipis dan menepuk pelan pundak Deon. "Nanti gue kabarin lo." Dia tahu Deon pasti akan menunggu kabar darinya.

Deon mengangguk dan tanpa berbicara dia berbalik untuk mengambil arah yang berlawanan dari arah UKS. Selain pesan dari Renata, Deon juga menerima pesan dari Haris yang mengatakan jika pria itu sudah di depan untuk menjemputnya.

___

Dengan tas gendong yang hanya disampirkan di bahu kanannya, Nevan melenggangkan langkahnya menuju parkiran khusus mobil di mana mobilnya berada.

Kelas terakhirnya hari ini berakhir sedikit lebih lambat dari biasanya, sudah hampir lima belas menit berlalu sejak bel pulang berbunyi. Nevan sangat yakin jika Aldrean pasti tengah menunggunya di parkiran mengingat pembicaraan yang mereka lakukan saat istirahat sebelumnya.

Hari ini juga Nevan akan membawa Aldrean untuk menemui Mamanya. Walau pun Nevan tidak ingin mengakuinya tapi Mamanya-- Hana pasti akan senang setelah melihat Aldrean.

Kerutan didahinya muncul saat Nevan sampai di parkiran dan dia tidak mendapati keberadaan Aldrean di sekitar mobilnya. Padahal Nevan sangat jelas mengatakan pada Aldrean untuk menunggunya di parkiran.

Apa Aldrean tidak mendengarkan perkataannya? Pemikiran itu membuat Nevan merasa marah.

Dengan gerakkan sedikit kasar Nevan mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Aldrean.

'Nomor yang anda--'

Tut.

"*njing!" Nevan lupa menanyakan nomor baru Aldrean. Nomor lama Aldrean yang Nevan simpan tentu saja tidak bisa dihubungi membuat Nevan langsung mengakhiri kembali panggilan yang dilakukannya tanpa mendengarkan suara operator lebih lanjut.

"Eh lo! Lo kenal Aldrean kan? Kelas dia udah selesai apa belum?" Tanya Nevan pada seorang siswa yang kebetulan lewat di depannya.

Siswa itu memakai dasi berwarna merah yang menunjukkan tingkatannya. Walau pun Nevan tidak ingin mengakuinya tapi Nevan tahu betapa populernya Aldrean di antara teman-teman seangkatannya. Saat melihat anak itu menggelengkan kepala tanda tidak tahu, Nevan hanya mengerutkan kening dan memilih untuk meninggalkan parkiran.

Mencarinya sendiri mungkin lebih baik.

Sementara itu orang yang dicari oleh Nevan masih tertidur di UKS. Aldrean terus tidur tanpa mengetahui waktu.

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang